Nama              : Miftachul Hasana
Tempat lahir    : Pasuruan
Tanggal lahir    : 1 September 1986
Alamat            : Sumberdawesari no. 2 Grati, Pasuruan
e-mail             : mifta_upik@yahoo.com
Jurusan            : Sastra Inggris
Pengalaman Organisasi
1. Ketua Departemen Humas SKI Al-Furqon (2006-2007)
2. Anggota Forum Kajian Islam Fakultas Sastra UM (2005-2009)
3. Anggota Sie Bina Anggota KAMABA PPA (2006-2007)
Riwayat Pendidikan
1. SDN Sumberdawesari (1993-1999)
2. SLTP 2 Nguling (1999-2002)
3. SMAN 1 Grati (2002-2005)
4. Sastra Inggris UM (2005-sekarang)

Satu lagi mahasiswa UM (Universitas Negeri Malang) yang mengharumkan nama almamater. Bulan Januari lalu, SGAC (Space Generation Advisory Council) bekerja sama dengan UNESCO mengadakan lomba penulisan esai internasional bertajuk International Astronomi Essay Competition SGAC. Acara yang bertema What Astronomi Bring for Civil Society tersebut digelar bersamaan dengan pencanangan tahun 2009 sebagai International Years of Astronomi (IYA). Tahun 2009 dipilih karena pada tahun tersebut telah genap 400 tahun penemuan teleskop Galileo Galilei.
Miftachul Hasana, mahasiswi Sastra Inggris UM berhasil meraih juara I dalam ajang bergengsi dunia tersebut. Dewan juri mengukuhkan esainya yang berjudul The Expectation Within Desperation sebagai pemenang lomba. Tak ayal, hadiah berupa paket seminar dan field trip di Prancis menjadi haknya. Bagaimana perjalanan perempuan berkerudung ini hingga bisa meraih prestasi yang cukup bergengsi? Berikut hasil wawancara reporter Komunikasi dengan Miftachul Hasana beberapa hari setelah dia sampai di tanah air.

Bagaimana perasaan Anda begitu dinyatakan sebagai pemenang?
Kaget dan tidak percaya, saya masih ingat, pada tanggal 22 Desember, saya mendapat e-mail oleh panitia SGAC dan dinyatakan sebagai pemenang.
Apa yang Anda lakukan selanjutnya?
Yang pertama kali saya lakukan adalah klarifikasi ke panitia. Saya meminta official letter sebagai bukti bahwa saya benar-benar pemenangnya. Akhirnya, saya benar-benar percaya bahwa sayalah pemenangnya. Saya bertemu dengan Pak Robert, Deputi Kebudayaan di Kedutaan Prancis untuk Indonesia. Pak Robertlah yang sangat membantu keberangkatan saya ke Prancis.
Anda telah memenangkan esai ini. Siapa pemenang lainnya?
Juara II dari India, namanya Ajith S. Padmanabhan, mahasiswa S2 di India, mahasiswa terbaik dan sering mendapat penghargaan dari Universe Awarnes India yaitu lembaga yang mengajarkan astronomi pada anak usia 14 tahun. Juara III dari Jamaika, Jason Craig, siswa Senior High Student di Jamaika.
Bagaimana kisahnya, akhirnya Anda dapat memenangkan lomba ini?
Semuanya berawal dari hobi saya. Saya sangat menyukai astronomi sejak kecil. Ketika memandang langit, saya merasa sangat kecil. Ketika membaca Al-Quran pun saya juga sering menemukan ayat-ayat yang berhubungan dengan benda-benda langit, dan saya sering mencatatnya dalam buku-buku saya. Ada juga keinginan untuk kuliah di ITB mengejar cita-cita saya menjadi astronot. Namun, orang tua saya menentang keras, karena profesi ini tidak begitu memiliki prospek di Indonesia. Akhirnya, saya urungkan saja niat tersebut. Saya sering menyalurkan kegemaran saya dalam bidang astronomi tersebut dengan mengikuti Discovery Channel, saya juga sering mengikuti olimpiade Fisika sejak SMA, sempat meraih juara 3 di tingkat kabupaten. Saya juga bergabung di blog milik NASA dan di Yahoo Group Astronomi Indonesia. Awalnya, saya tidak berniat mengikuti lomba tersebut, tapi akhirnya saya menulis juga dan tidak ada niat pula untuk mengirimkan, tapi akhirnya saya kirim juga bertepatan dengan deadline.
Bagaimana respon UM?
Respon UM sangat bagus. UM sangat mendukung dan membantu klarifikasi ke ITB, selaku Single Point of Contact (SpoC Indonesia)
Apa hadiah dari lomba ini?
Hadiah yang saya dapatkan, mengikuti konferesi astronomi di Prancis International Years of Astronomi (IYA) dengan tema Universe, Yours to Discover pada tanggal 15—16 Januari di gedung pusat UNESCO. Selanjutnya, simposium di negara yang sama pada tanggal 19—23 Januari dengan judul The Role of Astronomy in Society and Culture. Sebelumnya, saya juga mengikuti Opening Ceremony di Youth hostel di Marie De Clicy sekaligus acara penyerahan piagam pemenang.
Selama di Paris, tempat mana saja yang telah Anda kunjungi?
Selain konferensi dan simposium, bagian dari hadiah lomba ini ada tour juga. Beberapa tempat yang saya kunjungi, Invalides-Soldier Church, ini adalah pemakaman para tentara. Di sini, saya bisa melihat-lihat peralatan dan baju perang. Saya juga mengunjungi Palais de la Decouverte, tempat ini adalah museum science, di tempat ini ada resepsi dan nonton film dokumentasi tentang astronomi. Kemudian, di Observatoire de Paris, ini adalah sebuah observatorium. Di sini, saya bisa melihat teropong dan benda-benda astronomi lainnya. Saya juga mengunjungi Menara Eiffel, sempat singgah di Trocadero, dari tempat itu saya bisa melihat Eiffel dari bagian tengah. Selain itu, juga berkunjung ke Sain Michole, pusat toko buku, dan Sain Sulpice. Sain Sulpipce adalah gereja yang kita kenal lewat film Da Vinci Code. Di sana ada jam matahari tertua.
Apa yang membuat Anda terkesan?
Tentunya semuanya membuat saya terkesan, saya bisa memandang Paris dari tempat yang tertinggi. Saya bisa puas memandang Paris dari bagian darat maupun lautnya.
Apa pesan Anda untuk mahasiswa UM?
Pada mahasiswa UM, saya berpesan bahwa siapa pun diri kalian, kalian pasti bisa melakukan yang terbaik. Kesuksesan bisa didapat, di luar bidang kita sekalipun. Jangan pernah memandang rendah orang lain, karena setiap orang memiliki kelebihan dan keahlian masing-masing. ?Ind