Oleh: Anna Alfiana.

Waktu adalah uang, begitulah kata orang bijak. Jika kita membuang-buang waktu maka kita tentu akan sangat rugi. Tidak hanya rugi waktu tetapi juga rugi kesempatan untuk dapat menghasilkan hal yang bermanfaat. Bahkan di dalam kitab suci al-Quran surat al-‘Ashar ayat 1-2 dikatakan “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian“.

Keunggulan itu adalah milik orang yang paling efektif dalam memanfaatkan waktu mereka. Banyak orang yang cukup potensial untuk maju di berbagai bidang kehidupan tetapi tidak dapat unggul. Mungkin, di benak kita akan timbul pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi? Ya, salah satu sebabnya adalah ketidakmampuan mereka dalam mengelola waktu. 24 jam adalah waktu yang diberikan kepada semua makhluk hidup di bumi ini. Dengan rentang waktu selama itu, sebagian orang mampu mengurus segala urusannya dengan baik. Ada yang hanya separuh yang bisa ia manfaatkan dengan baik, bahkan ada yang malah tidak sangggup mengurus dirinya sendiri walaupun urusannya hanya sedikit. Sangat kasihan orang tersebut!

Waktu ternyata memiliki tabiat tersendiri. Waktu adalah sangat pendek karena ia tidak pernah cukup untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas-tugas dalam hidup. Waktu adalah sangat panjang karena ia menjadi ukuran keabadian. Waktu akan berlalu dengan sangat cepat bagi mereka yang bersuka cita dalam menjalani hidup. Sebaliknya, waktu akan berlalu dengan sangat lambat bagi mereka yang menjalani hidup dengan bermuram durja dan dirundung derita. Waktu menjadi saksi sejarah yang akan mengungkap segala kehinaan dan kenistaan. Waktu adalah perekam abadi yang akan mengekalkan segala keagungan dan kemuliaan seseorang.

Hal utama yang harus kita telaah adalah bagaimana komitmen kita terhadap waktu yang telah diamanahkan. Usaha untuk selalu mengevaluasi diri hendaknya menjadi bagian yang sangat urgent dalam kerangka agenda aktivitas hidup kita sehari-hari. Jika kita termasuk orang yang menganggap remeh waktu dan tidak merasa kecewa dengan kehilangan satu episode untuk peningkatan potensi diri, maka kita akan sulit menjadi unggul dalam kompetisi mengarungi hidup di dunia. Ingatlah bahwa saat ini, besok, dan seterusnya kita akan selalu berpacu dengan waktu. Setiap desah nafas kita adalah setapak demi setapak menuju kematian.

Ada tiga golongan pengguna waktu, yaitu orang sukses, orang hebat, dan orang malang. Orang sukses adalah mereka yang mampu mengoptimalkan waktu dan melakukan hal-hal yang tidak diminati orang gagal. Orang hebat adalah mereka yang tidak pernah membuang-buang waktu dan cenderung menganggap tidak ada hari esok. Mereka ini tampaknya seperti yang dikatakan oleh Dr. ‘Aidh al-Qarni, “Hiduplah hanya untuk hari ini” dan “Bunuhlah waktu kosong dengan pisau kesibukan”. Mereka benar-benar tidak ikhlas jika waktu mereka terbuang percuma. Setiap saat bagi mereka adalah peningkatan mutu kehidupan dan menyeimbangkan antara tugas sebagai makhluk sosial dan individu, serta tugas sebagai makhluk Tuhan dengan senantiasa menghambakan dirinya dalam ibadah yang ikhlas dan khusyuk. Sebaliknya orang yang malang selalu menunda pekerjaan mereka yang seharusnya bisa selesai saat itu. Penyakit ini tentunya sangat manusiawi. Namun, hendaknya hal ini tidak menjadikan kita lari dari masalah yang dihadapi apa pun bentuknya. Bagaimana bisa orang yang bersikap demikian akan unggul dan bertambah ilmunya? Satu lagi PR bagi kita untuk selalu dapat membuat perencanaan dan melatih diri untuk disiplin waktu sebab banyak orang pandai membuat rencana tetapi tidak mempunyai disiplin diri. Semakin kita menunda suatu pekerjaan semakin menumpuk pekerjaan itu.

Di salah satu bukunya, AA Gym menyatakan bahwa untuk menjadi seorang yang efektif dalam mengatur waktu, kita memang harus adil dalam membanginya. Ada hak untuk belajar, hak untuk membantu orang tua, hak untuk beribadah, hak untuk peningkatan kemampuan diri, hak untuk melakukan evaluasi, hak untuk beristirahat, dan hak untuk berekreasi. Semua itu harus dibagi secara adil. Misalnya, sibuk dan hebatnya belajar tetapi tidak dibarengi dengan istirahat, bahkan tidak diiringi dengan mantapnya ibadah kepada Allah SWT. semua itu hanya menunggu waktu yang suatu saat akan menjadi bumerang yang berbalik menyerang kita. Oleh karena itu, jangan terlalu ngoyo terhadap sesuatu sebab manusia itu identik dengan keterbatasan tetapi jangan jadikan keterbatasan ini sebagai tameng kita untuk tidak menyelesaikan suatu urusan.

Waktu kita boleh sama, tetapi isinyalah yang harus berbeda. Berlomba-lombalah dalam memanfaatkan waktu dengan seluruh potensi yang kita miliki. Terdapat suatu ungkapan bahwa membuang-buang waktu tidak hanya suatu kejahatan tetapi juga suatu pembunuhan yang kejam. Mungkin yang dimaksud ungkapan tersebut adalah kejahatan dan pembunuhan terhadap potensi dan kesempatan kita untuk unggul dengan mampu menggenggam dan menguasai waktu.

*) Anna Alfiana adalah mahasiswi jurusan Biologi angkatan 2007 FMIPA Universitas Negeri