Oleh: Widiyatna

Merebaknya epidemi HIV/AIDS telah menjadi permasalahan  dunia yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dunia, mulai dari negara, LSM, masyarakat internasional dan PBB. Epidemi HIV/AIDS ini terkonsentrasi di negara-negara berkembang seperti di negara-negara Afrika dan Asia. Di benua Afrika 1,6 juta orang meninggal setiap tahun karena  terinfeksi HIV/AIDS, sementara  di Asia sekitar  8,3 juta orang terinfeksi HIV/AIDS.
Di Indonesia, menurut data dari Departemen Kesehatan akhir Maret 2008 Kasus AIDS mencapai 11868 sedangkan infeksi HIV sebanyak 6130. Data yang dikeluarkan pemerintah ini merupakan data yang telah dilaporkan. Diprediksikan masih banyak orang Indonesia yang terinfeksi HIV, mengingat kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, yang kelihatan hanya di permukaan saja. Hasil estimasi populasi rawan tertular HIV tahun 2006 sebanyak 193000 orang.
Keseriusan dunia dalam menanggulangi HIV/AIDS tercetus dalam Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals/MDGs) yang disponsori oleh Badan Dunia PBB. Diharapkan MDGs ini dapat tercapai pada tahun 2015, di mana pada tahun tersebut orang yang terinfeksi HIV/AIDS dapat berkurang dan negara-negara di dunia telah mampu memerangi HIV/AIDS. Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut menyepakati MDGs bersama 189 negara lainnya.  Namun hingga saat ini prevalensi HIV/AIDS semakin meningkat, bila tidak ditangani secara serius Indonesia bisa dianggap gagal dalam mencapai MDGs.
Anggapan ini belum bergeser, mengingat baru-baru ini, Indonesia dinyatakan termasuk di jajaran negara-negara yang mundur dalam upaya pencapaian MDGs (Kompas, 03/03/2007). Laporan “A Future Within Reach” maupun Laporan MDGs Asia-Pasifik Tahun 2006 menempatkan Indonesia dalam kategori terbawah bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan Filipina. Menurut Todaro Ahli Ekonomi Pembangunan, karakteristik dari negara-negara berkembang diantaranya belum mampu mengendalikan berbagai macam penyakit seperti Malaria, Tipes, TBC termasuk HIV/AIDS.
Perlu ada kesadaran bersama tentang bahaya HIV/AIDS bahwa merebaknya HIV/AIDS merupakan ancaman bagi keberlangsungan bangsa terutama keberlangsungan sumber daya manusia. Harapan hidup manusia di negara-negara berkembang termasuk Indonesia antara 50 – 60 tahun. Di negara maju harapan hidup manusia bisa mencapai 80 – 90 tahun.  Bila penduduknya terinfeksi HIV maka harapan hidup akan semakin berkurang. Orang yang terinfeksi HIV masuk dalam kategori masa HIV yaitu masa di mana orang masih bisa produktif  (bekerja, belajar, bermain, berolah raga dan aktivitas lainnya) walaupun ditubuhnya sudah terdapat HIV. Masa HIV ini mampu bertahan 5 – 10 tahun, setelah itu tahap AIDS yaitu dimana sistim kekebalan tubuh manusia mulai menurun sehingga berbagai penyakit dapat menyerangnya, masa AIDS ini bertahan 1 – 2 tahun.
Persoalan HIV/AIDS bukan hanya persoalan medis tapi juga menyangkut persoalan sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan. Ketiadaan lapangan pekerjaan, biaya pendidikan yang semakin mahal membuat beban hidup masyarakat semakin berat. Demi untuk memenuhi kebutuhan hidup (survival) tidak sedikit masyarakat yang mencari nafkah dengan menjual diri, menjajakan diri dengan menjadi pekerja seks. Padahal pekerjaan jenis ini mengandung risiko tinggi terkena HIV termasuk para klien atau konsumennya.
Di samping itu adanya pengaruh globalisasi yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi memudahkan setiap orang mengakses berbagai informasi yang datang dari luar dengan membawa nilai-nilai baru dan budaya baru. Parahnya lagi industri pornografi baik yang ada di dalam maupun di luar negeri dapat dengan mudah di akses dan dikonsumsi oleh generasi muda Indonesia.

Penanggulangan HIV/AIDS
Pemerintah telah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang akan mengkoordinasikan lembaga-lembaga yang berkepentingan dalam penanggulangan HIV/AIDS baik di pemerintahan, swasta maupun masyarakat, kemudian merencanakan dan merumuskan rencana aksi penanggulangan AIDS di Indonesia.  KPA selain berada di pusat juga dibentuk di daerah mulai dari Provinsi hingga Kota dan Kabupaten. Keberadaan KPA dalam memerangi HIV/AIDS belum cukup bila tidak didukung oleh masyarakat. Untuk itu masyarakat harus ikut melibatkan diri minimal dengan menjaga dan mendidik keluarga dari bahaya pornografi maupun bahaya narkoba. Ketahanan keluarga sangat diperlukan untuk mencegah prevalensi HIV/AIDS ini.
Demikian pula dengan dunia kampus,  diharapkan kampus bisa menjadi pelopor dalam memerangi HIV/AIDS mengingat kampus merupakan tempat mendidik generasi bangsa menjadi pemimpin masa depan. Banyak kegiatan di kampus yang dapat dimanfaatkan untuk mensosialisasikan pencegahan HIV/AIDS. Bisa melalui BEM Universitas/Fakultas, HMJ, Unit Kegiatan Mahasiswa, atau yang paling berperan melalui KSR Palang Merah Indonesia. Biar lebih efektif pesan-pesan informasi tentang HIV/AIDS bisa juga digabung dengan bahaya Narkoba, karena narkoba bisa menjadi pintu masuk virus HIV. Perlu diingatkan disini bahwa virus HIV itu ada di darah, cairan vagina, air mani, dan air susu ibu. Penularan HIV sangat spesifik yaitu bila terjadi kontak dengan cairan tersebut, misalnya melalui hubungan seks dengan orang yang positif HIV, menggunakan jarum suntik yang tidak steril (bisanya pengguna narkoba jenis putaw sering menggunakan jarum suntik secara bergiliran/satu jarum di pakai bersama-sama), dari ibu yang hamil positif HIV dapat menular ke bayinya (melalui proses kelahiran dan menyusui).
Masih ada waktu untuk memperbaiki diri dan ikut berperan serta dalam memerangi HIV/AIDS sehingga target MDGs tahun 2015 dapat tercapai, dan Indonesia tidak termasuk ke dalam negara yang gagal dalam memerangi HIV/AIDS.

Penulis adalah Ketua Senat Mahasiswa IKIP Malang 1997–1998. Representatif for HIV/AIDS DKT Indonesia. Pengurus Pusat Forum Ketahanan Nasional.