Judul buku    : Ayat-ayat semesta sisi-sisi Al-Quran yang terlupakan
Pengarang    : Agus Purwanto, D.Sc.
Penerbit        : MIZAN (Khasanah Ilmu-Ilmu Islam)
Tebal        : 437 halaman
Tahun        : Cetakan II, September 2008
Peresensi        : Muh. Amri Mukhtarifin

Sains dan religi adalah dua hal yang tidak dapat luput dari kehidupan manusia. Pada era/zaman terdahulu para cendikiawan tidak pernah menyatukan dua unsur yang memang berbeda tersebut, atau bahkan cenderung memisahkan keduanya. Banyak sekali pemikir ilmu sains terutama yang terkonsentrasi pada alam semesta dan kehidupannya. Tapi yang sangat disayangkan  mereka hanya membangun sains dengan satu metodologi, yakni metodologi ilmiah yang di dalamnya terkandung unsur logika, observasi, dan eksperimensi. Bahkan para ilmuan terdahulu tidak memperhitungkan peran tuhan dalam sains. Hal ini sangat bertentangan dengan teori sains yang menyebutkan setiap bangunan ilmu pengetahuan atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar ontologism, aksiologis, dan epistemologis. Sebagai contoh ketika Napoleon menemui Laplace dan berkata, “Tuan Laplace orang-orang mengatakan kepada saya bahwa Anda telah menulis buku besar mengenai system alam semesta dan anda tidak pernah menyebut sang pencipta.” Laplace memberi jawaban yang sangat terkenal, “Saya tidak membutuhkan hipotesis itu”. Begitu juga dengan Eddington dan Whitehead yang menyatakan dengan tepat bahwa sains modern adalah jenis pengetahuan yang dipilih secara objektif karena hanya berurusan dengan aspek-aspek realitas alam semesta yang dapat dipelajari dengan metode ilmiah. Dari pandangan tiga ilmuan tersebut menunjukkan bahwa tuhan tidak diperlukan dalam sains, bahkan hanya sekedar hipotesisi peran saja tidak diperlukan, maka jelas musykil berharap tuhan menjadi tujuan dalam sains modern.
Berbeda halnya dengan sains islam yang bangunan secara keseluruhan harus berdasar dan merupakan pengejawantahan prinsip tauhid yang bersumber pada wahyu. Tiga pilar sains islam jelas harus dibangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam kalimat la ilaha illallah dan terdiskripsi dalam rukun iman dan rukun islam. Pilar ontogonis yakni, hal yang menjadi sumber ilmu, islam harus menerima realitas material maupun nonmaterial sebagaimana QS. Al-Haqqah : 38-39. Pilar kedua adalah pilar aksiologis, terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan dibangun atau dirumuskan. Tujuan utama ilmu pengetahuan islam adalah menenal sang pencipta melalui pola-pola ciptaannya, sebagaimana QS. Al-Imran : 191. Sains islam juga bertujuan untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip ilahi. Pilar ketiga dan terpenting adalah bagaimana atau dengan apa kita mencapai pengetahuan, pilar epistemology. Al-Quran yang merupakan mu’jizat terbesar Nabi SAW. Sekaligus merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas islam. Artinya, dalan epistemology islam, wahyu dan sunnah dapat dijadikan sumber inspirasi bagi bangunan ilmu pengetahuan. Jelas hal ini bertentangan dengan sains modern yang pada awal kelahirannya dengan terang-terangan memproklamasikan perlawanan terhadap doktrin religius gereja, dan wahyu tidak mendapat tempat dalam bangunan sains.
Buku ayat-ayat semesta karangan Agus Puwanto, D. Sc. ini membahas dan mengupas bagaiman Al-Quran sangat berperan dalam ilmu pengetahuan, bahkan sebelum ilmu pengetahuan itu ditemukan, Al-Quran sudah membahas dan memprediksikan segala hal yang akan terjadi di dunia ini. Tidak heran ketika di dalam Al-quran terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah, ayat tentang alam semesta, dan hanya sekitar150 ayat fikih. Agus Purwanto, D.Sc. membahas dengan detail dari sejarah penelitian sebuah ilmu pengetahuan sampai pertentangan yang ada hingga kandungan Al-Quran yang sebenarnya telah lama membahas suatu ilmu. Dengan penafsiran yang dihubungkan pada penemuan ilmu-ilmu terdahulu maka dapat ditemukan kandungan Al-Quran yang membahas ilmu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah sumber dari segala ilmu.
Penulis buku ini telah mengupas sisi-sisi Al-Quran yang terlupakan, dalam buku ini juga dibumbuhi beberapa pertanyaan yang dapat merangsang pembaca untuk berpikir dan berimajinasi sebagai jalan untuk menemukan ilmu yang mungkin masih belum ditemukan. Buku ini juga membuka lembaran-lembaran baru bagi sains karena telah banyak menemukan kelemahan sains modern yang menjadi acuan sains sampai sekarang. Dengan membaca buku ini kita serasa sebagai ilmuan, dan buku ini patut dibaca oleh siapa saja yang ingin mengetahui pertemuan antara alam logika bebas dan alam wahyu. Namun yang harus diingat ketika membaca buku ini butuh pemahaman yang lebih karena bahasa yang dipakai merupakan perbendaharaan bahasa tingkat tinggi dan juga membutuhkan penfsiran, utamanya penafsiran tentang ayat-ayat suci Al-Quran. Semoga buku ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan (sains).

?    Peresensi adalah mahasiswa FT UM calon ilmuwan dalam bidang sains dan teknologi.