kembar_mayang

Oleh: Mistaram

Kembar Mayang Pesisiran adalah produk kebudayaan, yang mempunyai wujud dan maujud. Sebagai wujud atau artefak, kembar mayang mempunyai bentuk yang unik. Kembar Mayang Pesisiran dibuat dari unsur alam, yang terdiri dari batang pisang (gedebok), janur, dan dedaunan yang ada pada lingkungan di masyarakat pesisiran. Seting penelitian ini berada di kawasan daerah pedalaman yang berada di sekitar pantai Prigi, yaitu salah satu daerah pengguna tradisi yang bertahan sampai kini.
Permasalahan yang diangkat dalam referat ini, iaitu “mengapa” keyakinan dan ketekunan masyarakat sampai saat ini masih setia dalam menggunakan Kembar Mayang sebagai property utama dalam perkawinan adat.
Tujuan dari penulisan ini adalah menyebarluaskan hasil penelitian, yang hasil-hasilnya merupakan uraian tentang nilai estetik, dan makna simbolik yang terkandung di dalam Kembar Mayang Pesisiran, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan fungsinya dalam pranata sosial di masyarakat.
Hadirnya Kembar Mayang Pesisiran sebagai salah satu properti dalam upacara perkawinan, tampaknya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Dukun Temu dalam perkawinan adat, yang juga sebagai pemimpin pembuatan Kembar Mayang Pesisiran. Kembar Mayang Pesisiran adalah jenis Kembar Mayang yang digunakan oleh masyarakat petani atau nelayan, yang mempunyai eksistensi bentuk, fungsi dan struktur, nilai estetik, dan makna simbolik, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat pesisiran. Kembar Mayang Pesisiran utama dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian bawah (dasar), bagian tengah (badan), dan bagiatas atas (mahkota/kepala). Ketiga bagian itu menjadi satu secara integratif, yang dapat diabstraksi dari dua sisi, yaitu dari sisi samping yang digambarkan seperti gunungan, dan dari sisi atas yang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang ditengahnya terdapat lingkaran kecil dan segi empat berarturan.
Nilai estetik Kembar Mayang Pesisiran dapat dilihat pada komposisi dasar, dan komposisi tegak. Komposisi dasar terdiri dari lingkaran tengah dan empat garis menyilang, merupakan komposisi stabil, dan kokoh,  yang dapat di interpretasikan sebagai kesiapan mempelai baru untuk membentuk keluarga baru yang sesuai dengan pranata sosial di masyarakat dan lingkungannya. Komposisi tegak terdiri dari silinder dan segitiga sama kaki yang mengarah ke atas, yang mirip dengan gunungan, dapat diinterpretasikan sebagai hubungan antara manusia dengan manusia di masyarakat, dan manusia dengan Tuhan. Dalam tatanan kehidupan keseharian merupakan tuntunan kehidupan di masyarakat, serta tuntunan kehidupan nantinya, yaitu kehidupan setelah manusia meninggal dunia.
Makna simbolik pada Kembar Mayang Pesisiran, dimulai dari penyiapan bahan, proses pembuatan, sistem tebusannya, dan penggunaannya. Hal-hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. Menyiapkan bahan bakunya, yang disiapkan oleh Keluarga dekat, yang dilaksanakan secara ihklas, dengan sepenuh hati, dan bertanggung jawab. Bahan-bahan Kembar Mayang Pesisiran  merupakan simbol pancaran Cahaya Suci, Bibit yang unggul, menjaga kelestarian lingkungan, keteguhan hati dan keihklasan. Proses pembuatannya dilaksanakan oleh Tim pembuat Kembar Mayang Pesisiran, adalah simbol dari sikap bekerja yang sungguh-sungguh, dengan selalu memohon kepada Tuhan YME akan keselamatan, dan diajuhkan dari segala godaan, serta rintangan.
Dalam proses pembuatann Kembar Mayang Pesisiran  tersebut mempunyai makna simbolik sebagai kekuatan lahir batin, iklas, penuh etika, berserah diri, dan toleransi. Kembar Mayang Pesisiran  setelah selesai dibuat diadakan upacara tebus Kembar Mayang Pesisiran, yang mempunyai makna simbolik sebagai penyiapan kehidupan keluarga di masyarakat,  dan kehidupan antara manusia dengan Tuhan YME. Hal tersebut adalah untuk dapat terpenuhi kehidupan lahir-batin, dunia akhirat yang merupakan nilai pendidikan masyarakat.
Makna simbolik pada saat upacara tebus Kembar Mayang Pesisiran merupakan pendidikan etika dan norma-norma yang ada di masyarakat. Penghargaan Kembar Mayang Pesisiran  sebagai benda sakral, dan berdo’a untuk para leluhurnya, dan berserah diri.
Makna simbolik pada saat penggunaannya, mempunyai makna simbolik sebagai tanda berterima kasih dan penghargaan kepada Tuhan Yang Mahaa Kuasa, dan merupakan penanda syahnya perkawinan adat. Hidup yang selalu berhati-hati, dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkawinan adalah mempersatukan kedua mempelai dan keluarganya, yang berarti memekarkan manusia dalam sistem kekerabatan.

?    Penulis adalah Dosen Jurusan Seni dan Desain, FS UM. Tulisan ini pernah disajikan pada Seminar Internasional Khasanah Senirupa Nusantara tgl.2-3 Okt.2009 di UNDIKSA Singaraja-Bali