Resmi: pelantikan Ormawa oleh rektor

Oleh Guk Sueb

Setiap tahunnya, terdapat pemilu raya sebagai bentuk pendidikan demokrasi di  kampus. Pada pemilu raya tersebut, terdapat serangkaian kegiatan, mulai dari pemilihan ketua organisasi mahasiswa (Ormawa), pembentukan kepengurusan hingga pelantikan dan konferensi. Pada kepengurusan 2010 ini, Ormawa mengangkat tema “The Learning University sebagai roh Ormawa UM”. Pertanyaannya adalah, ke mana Ormawa UM akan dikembangkan?
Dalam upayanya untuk mengembangkan organisasi yang efektif dan tepat adalah bagaimana organisasi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anggotanya, yakni seluruh mahasiswa, bukan pengurus organisasi itu saja. Hal ini mencakup  pergerakan mahasiswa di dalam kampus tersebut.

Organisasi Copy-Paste
Ironisnya, selama ini pergerakan mahasiswa di UM  yang hanya digawangi para pengurus Ormawa  cenderung stagnan. Ketika program Ormawa hanyalah produk copy-paste dari program sebelumnya, buat apa diadakan reformasi kepengurusan Ormawa tiap tahunnya? Padahal, dalam mengembangkan suatu organisasi, kita harus fokus pada visi sebuah organisasi di masa depan dan tidak melulu pada keberhasilan dan kegagalan di masa lalu yang justru membentuk pola pikir yang feodal, yakni ketergantungan pada senior.
Alih-alih mengembangkan Ormawa yang sesuai dengan visi organisasi, Ormawa justru berkelik di dunia sosial-politik yang justru terdengar asing dan tabu bagi sebagian besar mahasiswa UM yang berlatar belakang kependidikan. Akibantnya, yang terjadi saat ini adalah pergerakan mahasisa tinggi, tetapi hanya bagi kalangan tertentu saja. Keadaan seperti saat ini bukanlah sinyal positif tatkala mahasiswa secara keseluruhan tidak dapat diakomodasi sebagai subjek pengembangan dari program-program Ormawa. Ormawa dinilai kurang mampu menjadi media pengembangan mahasiswa secara umum.
Selain itu, selama ini program Ormawa  bersifat event organizer. Hal ini memberikan kesenjangan bagi mahasiswa secara umum dengan para pengurus Ormawa karena tidak semua mahasiswa mendapatkan akses yang sama dalam kegiatan itu dan tidak semua mahasiswa merasa akan mendapatkan sesuatu dari hal itu.
Jika demikian, sebenarnya untuk siapa dan bagaimana sebuah Ormawa harus bergerak? Jika diasumsikan bahwa dasar hukum berdirinya sebuah Ormawa adalah kesesuaian dengan visi kampus itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan Ormawa  harus selaras (tidak berarti selalu menganut) dengan visi kampus. Perlu diingat bahwa di sini tidak dikatakan bahwa sosial-politik itu buruk, tetapi semua itu seharusnya selaras dan saling bersinergi dengan visis kampus demi kemajuan bersama.

Ormawa yang Berkarakter
Sebagaimana kita tahu, program yang dicanangkan oleh UM saat ini adalah menjadi Universitas Pembelajaran (The Learning University). Ekspektasinya adalah atmosfer akademik yang tinggi dan hangat yang merupakan karakter kampus ini.
Salah satu upaya untuk menjadikan Ormawa yang dapat bersinergi dengan visi kampus yaitu dengan mengoptimalisasi program yang berbasis akademik. Hal ini akan menjadi tonggak awal untuk menjadikan Ormawa yang berkarakter. Bersifat akademik di sini adalah program yang dikembangkan  sejalan dengan bidang ilmu yang ditekuni dan edukatif. Beberapa contoh program-program yang berkarakter adalah adanya kegiatan kuliah tamu dan diskusi sains-teknologi.
Sejauh ini, program akademik yang berkesinambungan dapat menjembatani mahasiswa secara umum, seperti kelompok diskusi, debat panel (baru dirintis kembali oleh Valiant) yang menciptakan pemikir-pemikir kritis dan berwawasan luas, kelompok revisi independen dalam PKM, dan lain-lain. Akibat alpanya program-program tersebut, berbagai kompetisi yang bersifat akademik (semisal dari Dikti) justru dimenangkan oleh kampus-kampus yang berbasis non-kependidikan yang justru akan mengancam eksistensi kampus kita.
Pada dasarnya, program-program edukatif di UM memunyai nilai yang baik. Sebagai eks-IKIP, UM merupakan jajaran perguruan tinggi yang kredibel. Tersedianya sumber daya kependidikan yang besar, baik dari mahasiswa maupun dosen ahli merupakan modal yang sangat besar. Dengan  menghangatkan kembali bidang akademik di UM, maka secara tidak langsung kita membentuk basis kekuatan akademik di dunia pendidikan Indonesia.
Ke depannya, pembentukan kampus yang baik dan berkarakter juga dimulai dari  pergerakan mahasiswa melalui Ormawa yang berkarakter pula. Yang terpenting adalah Ormawa  dapat menjaga eksistensinya sebagai wadah yang mampu memberikan pengaruh positif bagi semua yang ada di dalamnya dan masyarakat pada umumnya.

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris