Universitas Negeri Malang (UM) sebagai perguruan tinggi pencetak pendidik dan tenaga kependidikan memiliki beberapa sekolah laboratorium dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah laboratorium tersebut dikelola dan dikembangkan di bawah naungan Badan Pengembangan Laboratorium Pendidikan (BPLP) yang dulu bernama UPSL. Visi dari badan ini adalah menjadi unit strategis yang unggul dan menjadi rujukan dalam menyelenggarakan dan mengembangkan sekolah laboratorium, berkarakter inovatif–kreatif, berwawasan ilmu dan teknologi, relevansi dan mutu tinggi, kehidupan jasmani, spiritual dan budaya, serta manajemen tertib dan akuntabel. Pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan meliputi manajemen serta akademik sekolah laboratorium.
Pengelolaan manajemen sekolah dilakukan dengan cara pemantauan dalam hal ketenagaan dan keuangan sekolah. Sedangkan dalam hal akademik, pengembangan kurikulum menjadi satu hal yang penting. Menurut Dr. Sulton, M.Pd., Direktur BPLP, SD Laboratorium UM yang menerapkan pendidikan sembilan tahun satu atap (SD langsung ke SMP) mengintegrasikan kurikulum nasional dengan kurikulum Cambridge. Utamanya dalam tiga mata pelajaran, yaitu matematika, bahasa Inggris, dan sains. Alasan pemilihan kurikulum tersebut karena Cambridge hanya memersyaratkan tiga mata pelajaran, tidak ada mata pelajaran lain yang diharuskan mengadopsi kurikulumnya. “Sehingga kita tidak takut akan mempengaruhi budaya asli Indonesia,” ungkap bapak berkaca mata itu. Meskipun bukan termasuk SBI, SD Lab UM sudah mendapatkan sertifikat sebagai member and center  dari Cambridge yang berarti juga sudah mendapat standarisasi dari universitas yang kurikulumnya diadopsi oleh sekitar 150 negara ini. Hal ini tercermin dari pembagian kelas di SD Lab, yaitu International Class Programme (ICP) dan reguler class. Bahasa pengantar untuk ICP adalah bahasa Inggris. Selain itu, dibuka juga kelas akselerasi sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat menyelesaikan pendidikan dasar selama 5 tahun. “Tahun ini ada sekitar 20% siswa yang lulus di tahun kelima,” tambah beliau. Tidak kalah dengan SD, SMA Lab juga membuka kelas bilingual.
Ada lima misi utama yang diusung oleh BPLP. Pertama, menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan kelembagaan laboratorium pendidikan di tingkat pendidikan dasar dan menengah.Kedua, menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan sistem organisasi dan manajemen sekolah laboratorium yang profesional, modern, dan adaptif terhadap perubahan. Ketiga, menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan kurikulum dan strategi pembelajaran sekolah laboratorium UM. Keempat, meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas fungsi sekolah laboratorium sebagai wujud pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, nilai, sikap, dan perilaku berdasarkan standar regional, nasional, dan internasional. Kelima, memfungsikan diri sebagai koordinator, katalisator, dan dinamisator dalam rangka meningkatkan fungsi laboratoris, yaitu fungsi pengembangan dan difusi hasil pengembangan. Perwujudan dari misi di atas antara lain dengan membentuk tim ahli yang terdiri dari dosen-dosen UM sesuai dengan bidang keahlian masing-masing yang melakukan pendampingan pada proses pembelajaran di sekolah lab. Sedangkan misi diseminasi dan difusi diwujudkan dengan menguji coba sistem pendidikan yang dijalankan di sekolah lab ke sekolah-sekolah lain. Sampai saat ini, tidak kurang dari lima puluh sekolah yang telah mengadopsi kurikulum yang dijalankan di sekolah lab UM. Akhir-akhir ini, juga berlangsung Conference on University-Based Lab School untuk mengembangkan sekolah-sekolah yang berbasis universitas yang ada di Indonesia. Konferensi tersebut dihadiri narasumber Prof. Wendel, Kepala Sekolah Laboratory School, University of Pittsburgh. Beliau merasa terkesan dengan keberadaan sekolah Lab UM yang lengkap, mulai dari Play Group sampai SMA sehingga menunjuk UM sebagai center dan koordinator bagi pengembangan sekolah berbasis universitas di Indonesia.Dew