Oleh Kiki Ratnaning Arimbi

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang ditempuh mahasiswa sebagai calon guru dan kepala sekolah dibagi dalam dua bagian, yaitu PPL I (teaching) dan PPL II (nonteaching).
PPL I adalah PPL yang dilakukan untuk mengasah kemampuan teori mengajar yang ada di perguruan tinggi untuk dapat match dengan dunia pengajaran yang nyata di  sekolah dan pelaksanaannya dilakukan di sekolah. Istilah yang biasa digunakan penulis untuk PPL ini adalah ajang jadi guru sejati. Kegiatannya meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP tersebut dikonsultasikan ke dosen pembimbing dan guru kelas. Setelah disetujui dapat langsung dipraktekkan ke dalam kelas.
Penulis sering mengungkapkan PPL II ini sebagai PPL ajang belajar menjadi kepala sekolah, karena di PPL II ini mahasiswa dilatih mencari metode-metode pembelajaran baru dalam mengatasi pembelajaran yang sulit bagi anak. Pencarian metode baru atau mengolaborasikan metode yang telah ada dituangkan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang tujuannya mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran tertentu di kelas yang diteliti. Selain metode, PTK juga dapat menghadirkan kolaborasi strategi, metode dan media inovatif yang tepat guna dan efektif sebagai bahan penelitian.
Kegiatan Mahasiswa selama PPL dapat dikatakan kegiatan menuju guru revolusioner karena dalam jangka waktu tiga bulan harus mampu mengubah kondisi pembelajaran menjadi inovatif, menyelesaikan kasus pembelajaran tertentu, dan mengajar siklus serta menyusun PTK. Inilah alasan mengapa PPL merupakan pentas menjadi guru revolusioner, karena bukan hanya aspek IQ mahasiswa yang diuji dalam waktu singkat, tetapi proses pematangan EQ dan SQ mahasiswa ketika terjun langsung dalam dunia pendidikan.
Kegiatan PPL I dimulai dari konsultasi bahan ajar yang harus disampaikan pada siswa, pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum dan penggunaan beberapa media, serta metode membuat pola pikir mahasiswa keluar dari cangkang. Apabila selama di bangku perkuliahan praktek mengajar langsung dihadapan teman-teman sekelas (teman sekelas sebagai murid), maka lain halnya dengan PPL yang ada di sekolah, langsung berhadapan dengan murid yang asli dengan berbagai keunikannya.
Kegiatan mahasiswa di sekolah tidak hanya mengajar, tapi mengamati keadaan siswa mengenai kesulitan pembelajaran yang dialami mereka. Dalam PPL I, pengamatan dilaporkan dalam bentuk studi kasus siswa yang bermasalah dalam bidang pembelajaran sehingga diteliti pada pendekatan psikologi. Sedangkan dalam PPL II, hasil pengamatan lebih cenderung ke pola pembelajaran kelas sehingga hasil laporan dilaporkan dalam bentuk PTK. Dalam proses penyusunan PTK,  kegiatannya meliputi pengamatan pada suatu masalah pembelajaran, kemudian dilakukan penelitian melewati siklus yang efektif dan tepat guna, baik dari segi media, alat peraga, metode, maupun strategi pembelajaran.
Untuk itu, pertarungan melatih kompetensi dimulai di sini. Mahasiswa seakan dipacu menjadi sosok guru yang revolusioner, pembaharu yang mampu mendobrak aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa dipadukan dalam wadah pengembangan IQ, SQ, serta EQ.

Penulis adalah mahasiswa FIP, menempuh PPL II tahun 2009.