Sebagaimana kita ketahui, perguruan tinggi bukan sekadar tempat menimba ilmu, tapi juga sebagai wadah pengembangan soft skill yang kelak akan berguna saat menjalani kehidupan di masyarakat. Hal ini tercermin dalam tujuan pendidikan karakter yang telah diberlakukan di Universitas Negeri Malang (UM) sejak beberapa waktu lalu. Tampaknya proses pendidikan karakter tersebut  mulai menampakkan hasil. Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat dan demi mewujudkan masyarakat madani, sekelompok pemuda yang digawangi oleh mahasiswa Sejarah UM telah berhasil membentuk Ikatan Mahasiswa Pecinta Arkeologi (IMPA) yang baru didirikan pada 3 Februari 2011 lalu.
IMPA adalah organisasi yang beranggotakan sekumpulan mahasiswa peminat arkeologi. Ide awal pembentukan organisasi ini dicetuskan oleh Rakai Hino, mahasiswa Sejarah UM angkatan 2008. Sebelum mendirikan organisasi ini, Rakai Hino sempat bergabung dengan organisasi mahasiswa, baik intra maupun ekstrakampus. Kemudian, bersama dengan teman-temannya dia membangun organisasi ini agar dapat berguna bagi orang lain. Dalam organisasi ini, mereka bersama-sama mengembangkan arkeologi yang telah diperoleh dari bangku kuliah agar manfaatnya juga bisa dinikmati masyarakat.
Walaupun awalnya organisasi ini hanya digawangi oleh para mahasiswa UM, IMPA kini telah berkembang sehingga setingkat lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang langsung dinaungi oleh Dinas Pariwisata. Walaupun masih dalam proses dan belum resmi sebagai LSM, IMPA telah mendapat pengakuan pemerintah dan gerakannya langsung berada di bawah tanggung jawab Dinas Pariwisata kota Malang. Para pengurus dan anggota masih mengusahakan perizinan dan birokrasi untuk dapat mengantongi status tersebut.
Dalam hal kegiatan, IMPA telah mengamalkan ajaran pendidikan karakter yang telah digemblengkan pihak perguruan tinggi kepada mereka. Program yang dicanangkan oleh IMPA bahkan merupakan wujud nyata pengabdian mereka kepada masyarakat. Secara garis besar, program kerjanya antara lain melaksanakan sosialisasi kebudayaan dan pariwisata di bawah naungan dinas dan memajukan kualitas pemahaman anak didik tentang kebudayaan dan pariwisata, khususnya di kota Malang. Sejauh ini kegiatan yang mereka lakukan antara lain berupa kegiatan eskavasi, pembelajaran nilai-nilai sejarah, dan seminar kebudayaan terkait dengan bidang yang mereka tekuni. Mereka telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah di penjuru Malang dalam bentuk kegiatan pengajaran. Para siswa tersebut diberi materi tentang berbagai topik arkeologi, misalnya aksara Jawa dan berbagai materi lainnya.  Materi yang mereka sosialisasikan bukan saja berguna dalam bidang studi Sejarah, tapi juga sangat konstekstual dengan kehidupan sehari-hari.
Sampai saat ini, keanggotaan IMPA sudah sangat berkembang. Kalau dulu anggotanya hanya dari kalangan mahasiswa Sejarah UM, saat ini IMPA sudah berhasil merekrut anggota baru dari universitas lain, seperti Universitas Brawijaya dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki, Malang. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan, anggota IMPA secara mandiri mengumpulkan dana dari usaha penjualan cinderamata seperti wallpaper dan buku saku.
“Alhamdulilah dari sisi pendanaan kami sangat ditunjang dari penjualan merchandise,” pungkas Rakai Hino.Ris