Oleh Rudy Hariyanto

Semoga bumi kita tetap damai selalu
meski telah tua namun inilah tempat terindah bagi kita semua….

Hari Bumi diperingati pada 22 April secara internasional. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson pada 1970, pengajar lingkungan hidup. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan. PBB sendiri merayakan hari Bumi pada 20 Maret, sebuah tradisi yang dicanangkan aktivis perdamaian John McConnell pada tahun 1969 adalah hari ketika matahari tepat di atas khatulistiwa yang sering disebut Maret equinox.
Berangkat dari sebuah sejarah panjang umur planet yang fenomenal ini memang sangat hiperbolis jika saat ini kita menganggap tidak ada tempat di bumi yang belum dipenuhi polusi. Namun, kita tidak akan bisa memungkiri bahwa bumi ini sudah sangat renta, seakan-akan tidak ada satu wilayah pun di permukaannya yang bisa dikatakan fresh, tanpa ada tanda-tanda kerusakan. Fenomena kerusakan yang terjadi di muka bumi begitu nyata dan membelalakkan mata, bahkan sampai tingkat dunia. Fenomena pemanasan global, seperti pencairan es di kutub, longsor, banjir, badai tropis, pencemaran air dan udara, seakan-akan menjadi menu yang kita santap sehari-hari tanpa tahu kapan berakhirnya.
Namun, kita tidak pernah sadar bahwa semua malapetaka itu berawal dari kita, manusia yang seharusnya menjadi khalifah di muka bumi. Praktik pengelolaan hutan yang merusak akan menjadikan bumi rentan terhadap bencana banjir, longsor, dan kekeringan. Di sisi lain, maraknya pertambangan liar telah menjadi sumber kerusakan air dan tanah, serta menjadi ancaman terhadap kehidupan seluruh penghuni alam ini. Belum lagi polusi udara yang ditimbulkan oleh asap-asap knalpot dan cerobong-cerobong pabrik menjadikan udara ini tidak bersih lagi. Semua ini akan berdampak negatif terhadap kelangsungan alam ini.
Saat ini pemanasan global telah menjadi isu lingkungan yang sangat penting. Berbagai literatur menunjukkan bahwa pemanasan global mengakibatkan kenaikan temperatur global, termasuk Indonesia sebesar 1.5-40 derajat Celcius pada akhir abad ke-21.Dampaknya, terjadi pelelehan es di kutub, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, dan sebagainya. Bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat, antara lain gangguan terhadap fungsi sarana dan prasarana seperti jaringan jalan, pelabuhan, bandara, pengurangan produktivitas lahan pertanian, peningkatan resiko kanker, dan wabah penyakit. Saatnya berefleksi hari ini, tepatnya 22 April 2011, diperingati sebagai hari bumi, sebuah hari untuk merefleksikan kembali arti bumi ini. Sebenarnya bukan tanggal itu yang diistimewakan, tetapi bagaimana upaya kita mengistimewakan bumi setiap hari. Pasti banyak yang berpikir, peringatan ini akan menjadi seremonial belaka. Namun, lebih dari itu, momen ini sangat diperlukan untuk menyadarkan manusia agar lebih arif terhadap bumi tercinta ini. Berbagai persoalan yang ada kian mendesak karena diperparah oleh cara berpikir, perilaku, dan gaya hidup manusia. Generasi muda memegang peran penting dalam perubahan perilaku dan cara berpikir. Mereka bisa menjadi korban sekaligus penyelamat dari bencana lingkungan di masa depan. Di tangan merekalah ide-ide cerdas, kreatif, inovatif, dan aksi perubahan dapat didorong untuk menjangkau dukungan lebih banyak orang yang peduli terhadap kelestarian alam Indonesia.
Tidak bisa dimungkiri, memelihara kelestarian bumi sama artinya dengan memelihara jiwa kita sendiri. Memberikan peluang bagi keasrian bumi, berarti juga memberikan peluang bagi diri kita sendiri untuk menyatu dengan alam ini. Seharusnya kita sadar, selama ini kita hanya sedikit memberi dan banyak menerima dari bumi ini. Tidak jarang, kita membumihanguskan segala sesuatu yang ada di permukaannya. Kita lebih senang membiarkan bumi merana dan menderita dengan perbuatan kita sehari-hari daripada memikirkan masa depan bumi ini. Oleh karena itu, saatnya kita berbenah diri. Mari kita rawat bumi ini agar bisa kembali segar lagi. Setiap waktu kita bersama bumi, setiap detik pula kita membuat bumi lebih segar dalam kebersamaan dengan kita. Tuhan hanya menganugerahkan satu planet bumi bagi umat manusia. Umur bumi sangat terbatas, sayang kalau manusia membuatnya lebih singkat lagi.
Mari kita mulai dari satu hal yang paling kecil. Misalnya menanam sebatang pohon. Jika satu orang menanam satu pohon, berapa milyar pohon yang akan tumbuh jika semua ikut berpartisipasi. Adanya pepohonan akan mempertahankan keberadaan oksigen di sekitar lingkungan manusia. Bahkan, satu pohon besar dengan daunnya yang lebat mampu menjaga kesegaran udara satu kilometer di sekitar pohon itu. Kekuatannya sama dengan satu unit mesin pendingin untuk menyejukkan udara satu kamar besar. Sungguh berartinya pohon bagi kehidupan umat manusia. Jangan sampai kita justru menghancurkannya. Mulai detik ini, dari diri sendiri dan mengajarkannya pada keluarga untuk peduli dengan bumi. Jangan biarkan peringatan hari Bumi pada 22 April ini hanya menjadi simbol semata-mata yang hanya diperingati dengan seminar dan diskusi serta terlupakan seiring berjalannya waktu. Namun, jadilah kreatif dan beradab terhadap bumi ini demi anak cucu kita nanti.

Penulis adalah mahasiswa Teknik Sipil 2007 dan Presiden Mahasiswa UM 2011