Judul Film                   : Tanda Tanya “?”

Sutradara                     : Hanung Bramantyo

Produser                      : Erick Thohir

Penulis naskah             : Titin Wattimena

Durasi                          : 100 menit

Tahun Rilis                  : 2011

Peresensi                     : Muh. Amri Mukhtarifin

Masih pentingkah kita berbeda?
Itulah kalimat yang muncul dalam film ke-14 garapan Hanung Bramantyo. Lagi-lagi Hanung menuai banyak kritikan dari film garapannya. Setelah Film “Permpuan Berkalung Sorban” yang controversial, Hanung mulai merilis film bertajuk pluralisme yang berjudul “?”.
Dalam film tersebut banyak memunculkan tanda tanya atau pertanyaan. Dari makna yang terkandung dalam film sampai alur cerita film tersebut. Mungkin Hanung menginginkan agar persepsi dari film itu dikembalikan pada penonoton.
Film dimulai dengan adegan panas pembunuhan pastur di depan gereja. Dalam film ini Hanung menggambarkan tentang bagaimana kehidupan antarumat beragama (keragaman antarumat beragama), bagaimana perbedaan agama tidak menjadi batas interaksi antarsesama manusia. Dalam film “?” diperlihatkan sebuah kemajemukan ketika tiga keluarga dengan latar belakang berbeda bisa saling berinteraksi dengan baik. Keluarga Tan Kat Sun yang diperankan oleh Henky Solaiman memiliki restoran masakan Cina menjual makanan dari daging babi, keluarga Sholeh yang diperankan oleh Reza Rahardian sebagai kepala keluarga yang tidak bekerja dengan istri cantik dan salihah, Menuk yang diperankan oleh Revalina S. Temat, dan keluarga Rika (Endhita), janda beranak satu yang mempunyai hubungan spesial dengan Surya yang diperankan oleh Agus Kuncoro.
Kemajemukan/pluralitas sangat terlihat ketika ketiga keluarga tersebut berinteraksi dengan baik walau sekali-kali diperlihatkan adanya konflik di antara mereka. Menuk yang memakai kerudung bisa dengan nyaman dan santai bekerja di restoran Cina yang menjual makanan dari daging babi. Selain itu, Tan Kat Sun sangat menghargai Menuk sebagai umat Islam. Hal itu dibuktikan dengan memberikan kesempatan pada Menuk untuk salat pada waktunya. Di lain pihak  keluarga Rika sebagai orang Islam yang pindah agama Katolik juga bisa hidup berdampingan dengan Surya, seorang muslim. Pesan-pesan kemajemukan dan toleransi antarumat beragama sangat kental, bahkan sekat pembedaan mulai dikaburkan oleh adegan-adegan dalam film ini. Ketika Surya sebagai seorang muslim memerankan tokoh Yesus dalam malam Jumat Paskah menunjukkan bagaimana seharusnya seseorang dapat menghargai orang lain (antaragama). Walaupun pada saat itu terjadi pertentangan dari beberapa jemaat gereja, tapi dengan indahnya Hanung menskenariokan seorang pastur yang sangat bijak dengan kata-katanya yang menjelaskan bahwa kehancuran iman dan agama karena kebodohan, bukan karena teatrikal atau sebatas ritual keagamaan.
Dalam adegan-adegan film ini memang kerap ada adegan pertentangan dan pertengkaran, seperti ketika Sholeh sebagai anggota Banser bertengkar dengan  Hendra. Penyerangan restoran Cina oleh Sholeh dan beberapa kelompok muslim lainnya, dan juga sering terlihat adu mulut dan perbedaan pendapat dari beberapa tokoh yang ada. Namun, pertentangan dan pertengkaran itu diakhiri dengan pemahaman dan perenungan  mendalam tentang pentingnya saling menghargai antarumat beragama dan mewujudkan kebersamaan dalam keragaman.
Ada hal yang dirasa janggal dalam film berdurasi seratus menit ini. Alur cerita yang sulit untuk langsung diterima. Alur cerita dibuat tidak runtut dan terlihat membingungkan penonton. Alur yang tidak jelas perubahannya. Sesekali menampilkan mesjid, langsung pindah ke gerja dan pindah lagi ke kelenteng. Namun, mungkin inilah yang dimaksudkan dengan tanda tanya. Tidak hanya isi film yang memunculkan tanda tanya, tapi alur cerita juga memunculkan tanda tanya.
Adegan yang paling bisa dimaknai pentingnya kebersamaan dan kerukunan antarumat beragama yaitu ketika Sholeh sebagai anggota Banser mengambil bom dari gereja sampai dia mengorbankan dirinya sendiri. Hal itu menunjukkan betapa dalamnya nilai kemajemukan yang terkandung dalam film ini. Bahkan, di akhir cerita film, semua terkesan happy ending dan dapat menghargai setiap orang sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hendra masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, Rika tetap dengan pilihannya sebagai Katolik yang sudah dibaptis, Surya dan Menuk tetap sebagai seorang muslim dan muslimah yang menjalankan perintah Tuhannya. Mereka semua tetap bisa hidup berdampingan dengan saling menghargai antarsesama. Semoga dengan rilisnya film “?” ini dapat memberikan penyadaran umat yang selama ini masih mempermasalahkan tentang perbedaan dan keragaman.

Penulis adalah mahasiswa Teknik Mesin 2007