Oleh Miftahudin Ashar

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beraneka ragam kebudayaan, mulai dari suku, bahasa, dan agama. Hal itu membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang heterogen. Keanekaragaman budaya tersebut patutlah dijadikan sebagai sebuah kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk masuk dalam arus kehidupan dunia yang dinamakan glo­balisasi. Dalam perkembangan za­man sekarang ini dan juga dengan ke­anekaragaman yang dimiliki, bangsa In­do­nesia haruslah berpijak pada sebuah nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan karakter bangsa. Founding father bangsa, ketika awal kemerdekaan telah merumuskan sebuah tata nilai kehidupan yang bersumber pada keanekaraman budaya bangsa yang dinamakan Pancasila.
Sebuah tata nilai kehidupan yang memberikan kesempatan bagi masyarakatnya untuk hidup dengan tata nilai dan karakternya masing-masing dan tetap menjunjung tinggi nilai toleransi dalam keberagaman. Namun, yang terjadi sekarang ini adalah bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya. Keterpurukan budaya dapat dilihat dari banyaknya konflik massa yang terjadi, mulai dari konflik antarkelompok masyarakat, konflik antaragama, konflik sesama agama, banyaknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah, dan masih banyak lagi peristiwa yang mencerminkan hilangnya budaya bangsa Indonesia.
Alternatif dan solusi dicari untuk mengatasi keterpurukan kehidupan bangsa Indonesia. Alternatif yang dianggap mempunyai kekuatan lebih untuk memperbaiki dan mengembalikan bangsa Indonesia kepada identitasnya ialah pendidikan. Pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga sebagai sarana untuk mengenalkan budaya bangsa ini kepada generasi pene­rus. Generasi penerus karakter dan kepribadiaannya dibentuk melalui proses pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Peran pendidikan akan mempengaruhi kokohnya keimanan bangsa dan juga secara tidak langsung dapat menguatkan karakter/watak dan identitas bangsa Indonesia. Maka bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah Pembangunan sumber daya manusia. Kemudian, bagaimana proses pendidikan dapat menjadi upaya pemulihan dari segala fenomena-fenomena saat ini yang nampak di mata kita dan juga dapat menyatukan segala perbedaan dengan konsep yang jelas akan kebutuhan bangsa Indonesia?
Pembangunan manusia yang mulia adalah perluasan kemampuan dan kreativitas rakyat seperti yang diungkap Nobel Laurate Amartya Sen. Pembangunan adalah perihal meningkatkan human kapital, menurut Hatta, yang kemudian membentukkan social capital, bahwa pembangunan manusia harus diawali dengan human investment yang nantinya dapat mengelola SDA dan juga sumber daya sosial sebagai tuntutan riil dan empirik. Di sinilah peran pendidikan sebagai salah satu upaya pemulihan karakter bangsa yang sedang masuk dalam kancah internasional untuk bisa mewarnai kehidupan dunia tanpa harus kehilangan karekter dan identitas bangsa Indonesia yang majemuk. Karakter ini akan menjadikan bargaining power sebagai ciri bangsa bermartabat yang berani menawar, bukan bangsa yang menjadi negara ketiga.

Menerapkan kurikulum tersembunyi
Timbul pertanyaan, bagaimana penyajian pendidikan karakter disajikan sebagai mata pelajaran ataukah merupakan suatu bentuk penyajian terintegrasi? Pendidikan karakter sebaiknya tidak diberikan secara terpisah, tetapi terintergrasi dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang relevan (Tilaar, 2009), sehingga pendidikan karakter tidak perlu dibuat sebagai mata pelajaran tersendiri yang kemudian akan semakin membebani kurikulum yang kemudian akan memberatkan siswa. Pendidikan karakter bangsa ialah bagaimana seorang peserta didik mempunyai kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah hal yang amat penting. Kesadaran tersebut hanya akan dibangun dengan baik melalui sejarah yang dapat memberikan pencerahan dan penjelasan yang benar akan sejarah bangsa ini yang menghasilkan dirinya saat ini. Kemudian bagaimana pendidikan dapat membangun kesadaran terhadap wawasan dan pengetahuan tentang lingkungan tempat diri dan bangsanya berada, sistem sosial yang berkembang di masyarakat, sistem ketatanegaraan dan politik bangsa, bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, sistem perekonomian yang sesuai dengan karakter bangsa, teknologi yang tepat diterapkan di negara ini, pemahaman agama secara tepat yang sedang hidup dalam masyarakat multiagama, dan lain sebagainya? Perlu adanya terobosan baru kurikulum yang digunakan. Nilai dan karakter bangsa yang dikembangkan pada peserta didik akan sangat kokoh dan mempengaruhi segi kehidupan di masyarakat, bangsa, bahkan umat manusia.
Kesan terhadap Indonesia sebagai negara terkorup menjadikan kita sering merasa sebagai kaum yang termarginalkan, yang menjadikan kita risih dalam percaturan kehidupan internasional. Budaya adiluhung yang minimal diemban oleh kaum intelektual umumnya, seperti berkata jujur, bersikap baik, berpegang teguh pada kebenaran, dan melindungi segenap anak bangsa sudah semakin tipis dalam percaturan kehidupan berbangsa, bernegara, berwawasan akade­mik, serta kehidupan berpolitik. Oleh karena itu tindakan korupsi semakin marak. Maka pendidikan penting menyiapkan generasi penerusnya yang tidak hanya intelek dalam hal akademis, tetapi juga berkarakter. Kepada siapa lagi bangsa ini menaruh harapannya di masa depan jika tidak kepada generasi penerusnya? Jangan sampai Indonesia di masa depan hanya Indonesia yang hanya sebatas simbolik-simbolik belaka karena telah kehilangan jati dirinya. Sudah saatnya semua elemen bangsa sadar dan melakukan tindakan konkret untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara di negara tercinta ini.
Penulis adalah mahasiswa BKP dan Ketua HMJ BKP. Tulisan ini juara II kategori opini Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2011.