Sebanyak 230 peserta dengan kaos biru dipadu dengan rok hitam untuk perempuan dan celana kain hitam untuk laki-laki siang itu (13.30 WIB) memenuhi aula Dodik Bela Negara Rindam V Brawijaya, Rampal. Suasana terlihat khidmat. Semua mata para peserta tertuju pada layar yang menampilkan adegan sebuah film. Sesekali tawa ratusan orang dalam ruangan itu berderai. Setelah semua adegan habis, layar pun mati. Kemudian seorang pria maju ke depan dan berkata pada para peserta, “Bersiap-siaplah karena mungkin tempat mengajar kalian nanti akan jauh lebih parah dari daerah Belitung yang baru saja kalian saksikan.”
Itulah setitik gambaran yang ada pada acara Prakondisi Program Sarjana Mendidik di daerah 3T (SM-3T) beberapa waktu lalu, tepatnya pada Selasa (29/11). 3T adalah singkatan dari terdepan, terluar, dan tertinggal. Peserta yang dimaksud adalah para sarjana yang akan diberangkatkan menuju NTT. Pria yang juga dimaksud tersebut adalah Dr. Eddy Sutadji, M.Pd., dosen FT UM yang juga penanggung jawab program untuk keberangkatan ke Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Siang itu, Prakondisi hari pertama dibuka dengan tayangan film “Laskar Pelangi”. Prakondisi atau semacam pembekalan ini akan dilaksanakan sampai Sabtu (10/12).
SM-3T adalah program dari pemerintah pusat yang dijalankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta dua belas Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ada di Indonesia. Seperti termaktub dalam buku panduan SM-3T yang dibuat oleh UM tahun 2011, dijelaskan bahwa program SM-3T adalah salah satu program “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia”. Ditujukan kepada para sarjana pendidikan yang belum bertugas sebagai guru untuk ditugaskan selama satu tahun pada daerah 3T. Program pengabdian ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru. Selain itu juga untuk mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki sikap peduli terhadap sesama serta memiliki jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa.
Selain NTT, ada pula kabupaten-kabupaten kategori 3T yang juga menjadi sasaran program. Aceh (delapan kabupaten), NTT (sepuluh kabupaten), Sulawesi Utara (satu kabupaten), dan Papua (satu kabupaten). UM sebagai salah satu dari dua belas LPTK dalam program ini bertindak sebagai LPTK penyelenggara untuk tujuan NTT, tepatnya di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. Kuota untuk dua kabupaten ini adalah 300 peserta. Dari 404 pendaftar, yang dianggap memenuhi syarat adalah 250 peserta. Dari 250 peserta tersebut yang hadir pada Prakondisi hari pertama adalah 230 peserta. Dari jumlah ini, 30% merupakan alumni UM, sedangkan sisanya adalah alumni dari berbagai universitas di Indonesia. Sedangkan untuk keseluruhan peserta dari empat provinsi yang telah disebutkan, pemerintah menyediakan 3.500 kursi.
Salah satu persyaratan calon peserta SM-3T ini adalah lulusan S1 kependidikan empat tahun terakhir (2008, 2009, 2010, 2011) dari program studi terakreditasi dan memiliki bidang keahlian sesuai dengan mata pelajaran yang dibutuhkan serta memiliki IPK 2,75. Sebelum dinyatakan layak menjadi peserta program SM-3T, para peserta menjalani berbagai tahap seleksi terlebih dulu. Ada empat tahapan seleksi yang harus dilalui, yakni tes potensi akademik, tes bidang studi, tes kepribadian atau psikologi, dan wawancara.
Peserta yang kemudian lolos dan nantinya bisa menyelesaikan tugas mengajar di daerah 3T selama satu tahun, maka akan diberi hadiah. Hadiah tersebut berupa beasiswa untuk mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama satu tahun (Januari-Desember 2013). Sertifikat PPG akan berguna karena dibutuhkan sebagai salah satu syarat untuk menjadi PNS guru. Di sisi ini, Bapak Eddy Sutadji menegaskan bahwa program SM-3T tidak mengarah atau tidak memiliki tujuan final untuk menjadikan semua pesertanya sebagai PNS.
Sementara itu untuk peserta yang pulang sebelum habis masa tugas, peserta tersebut bertanggung jawab mengembalikan seluruh biaya hidup. Semua peserta yang mengikuti program ini tidak dikenakan biaya apa pun. Mulai dari pendaftaran hingga program selesai, biaya ditanggung oleh pemerintah. Para peserta juga diberi tunjangan atau biaya hidup sebesar Rp2.000.000/bulan selama mengajar atau mengabdi di daerah 3T.
Sebelum para peserta diberangkatkan (11-13/12), mereka dibekali dengan prakondisi yang tergolong cukup lama, yakni dua belas hari. Prakondisi yang dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara ini dimaksudkan untuk membekali kesiapan akademik, fisik, mental, dan survival (ketangguhan). Hari-hari para peserta selama prakondisi juga akan terus padat oleh berbagai macam kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi workshop perangkat pembelajaran, pelatihan pelaksanaan pendidikan pada kondisi khusus/tertentu, pembinaan mental dan ketangguhan, serta pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan (adaptasi, pramuka, dan lain-lain). PR I UM, PR IV UM, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, para komandan di Rindam Brawijaya, dan beberapa pakar atau praktisi pendidikan akan menjadi pemateri serta pendamping bagi para peserta selama prakondisi berlangsung.
Salah satu peserta SM-3T yang merupakan alumnus UM, Anik Rahayu Ningrum (Sejarah 2007) menyatakan alasan dan harapannya dalam mengikuti program ini pada kru Komunikasi. “Saya ingin cari pengalaman. Di rumah cari kerja susah. Semoga nanti saya betah di lokasi penempatan dan bisa menyelesaikan tugas sampai selesai,” terang perempuan asal Mojokerto ini. Sementara itu, Bapak Eddy juga menguraikan harapannya pada para peserta. “Semoga mereka bisa hadir dan menuntaskan prakondisi semua serta bisa melaksanakan pengabdian sampai tuntas.”Nur