Warga UM patut berbangga hati. Empat aset UM yang prestisius dalam kompleks Cakrawala sudah diresmikan saat Dies Natalis UM pada Oktober lalu oleh Menteri Pendidikan Nasional. Keempat aset tersebut  adalah Graha Cakrawala, Stadion Cakrawala, Lapangan Tenis Semi Indoor, dan Pusat Pendidikan Pelatihan Bisnis. Nama kampus UM melejit hebat. Keempat aset tersebut mampu membawa nama baik UM ke luar kampus. Even-even prestisius digelar baik nasional maupun internasional. Kompleks Cakrawala juga menjadi bagian bagi kemajuan pendidikan dan kegiatan mahasiswa. “Ada makna filosofis dari nama Cakrawala. Nama tersebut sudah difikirkan matang-matang,” jelas Rektor UM, Prof. Dr. Suparno.

Empat aset prestisius
Pengembangan dan pembangunan aset UM merupakan program pendukung kegiatan akademik serta seremonial aka­demik, termasuk wisuda di UM. Aset-aset tersebut ditempatkan bukan hanya sebagai aset formal, namun sebagai bagian dari pendukung program-program yang diadakan oleh universitas. Keempat aset yang diresmikan tersebut berangkat dari latar belakang yang dapat mengangkat berbagai kebutuhan dan kepentingan akademik yang berdampak pada pen­citraan.  Aset-aset prestisius itu sangat layak digunakan untuk menggelar even-even prestisius UM seperti wisuda. Wisuda yang digelar di Graha Cakrawala diharapkan menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa yang menuntaskan studinya di UM.
Stadion Cakrawala setali tiga uang dengan gedung Graha Cakrawala. Posisinya yang strategis serta berdekatan dengan gedung Graha Cakrawala sangat cocok sebagai ajang kegiatan olahraga, tidak hanya bagi kaum sivitas akademika, namun juga bagi masyarakat luas. Stadion Cakrawala itu juga tidak lepas dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang dimiliki oleh UM. Dengan diresmikannya Stadion Cakrawala, diharapkan mampu memberi motivasi dan inspirasi bagi kegiatan akademik yang sehat di UM.
Masih di kawasan Cakrawala, salah satu aset UM yang juga diresmikan adalah Lapangan Tenis Semi Indoor. Lapangan itu dikemas dengan inovasi yang cantik dan unik, yaitu semi indoor. Agar tidak ada ketimpangan, maka Lapangan Semi Indoor UM dan area parkir dikemas dalam satu area sebagai eksistensi sejumlah aset yang dikemas dalam satu lingkungan yang humanis, baik dari besarnya, maupun dari lingkungan yang terikat prinsip membangun kampus dalam taman.
Aset keempat yang diresmikan oleh UM adalah Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bisnis. Aset itu diresmikan demi membangun pengembangan SDM melalui unit usaha yang diharapkan dapat menandai kemajuan UM dalam pengembangan di bidang usaha. Pusat bisnis itu didirikan sesuai dengan OTK UM yang baru, nomor 50 tahun 2013. Jadi, Pusat Bisnis merupakan realisasi dari permendikbud.
Mitra UM juga dilayani dalam pusat bisnis itu. Saat ini pusat bisnis memiliki program pengembangan kewirausahaan bagi mahasiswa dan program bank.

Gedung Graha Cakrawala
Salah satu aset membanggakan yang dimiliki oleh UM saat ini adalah gedung Graha Cakrawala. Ihwal tercetus ide untuk membangun gedung Graha Cakrawala ini adalah saat UM berusia 53 tahun pada tahun 2007, UM belum memiliki aset yang layak menjadi arena pelaksanaan agenda kegiatan besar UM.
Agenda-agenda kegiatan besar penanda kemajuan UM pada masa-masa yang akan datang menjadi salah satu andalan pencitraan UM sebagai perguruan tinggi yang bermartabat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Rektor UM, Prof. Dr. Suparno mengajukan gagasan pembangunan aset pada dua forum formal pengambilan keputusan, yakni rapat pimpinan dan rapat senat universitas.
Hingga saat ini, hampir semua kegiatan yang berskala nasional maupun internasional diselenggarakan di gedung Graha Cakrawala. Sebagai gedung multiguna, Graha Cakarawala tidak hanya menjadi aset yang dibutuhkan oleh kalangan internal UM saja. Masyarakat luar kampus UM juga dapat menggelar even besar di Graha Cakrwala, baik even kedinasan, non-kedinasan, lembaga pemerintah, lembaga non-pemerintah, maupun even perorangan.
Banyak yang mempertanyakan gedung Graha Cakrawala baru diresmikan pada Dies Natalis UM ke-58 baru-baru ini, padahal sudah dua tahun yang lalu beroperasi.  Menurut Kepala Pengelola Graha Cakrawala, Agus Sunandar, S.Pd., M.Sn., sebenarnya gedung Graha Cakrawala akan diresmikan tahun 2011 yang lalu bertepatan dengan Dies Natalis UM ke-57 oleh Menteri Pendidikan. Namun, karena berbarengan dengan reshuffle, sehingga menteri berhalangan hadir. Oleh karena itu, gedung Graha Cakrawala baru bisa diresmikan tahun 2012 bersamaan dengan Dies Natalis UM ke-58 langsung oleh Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh. “Gedung Graha Cakrawala ini spesial dan hendaknya diresmikan oleh mereka yang spesial,” ujarnya.
Pengelolaan gedung itu diserahkan pada unit korporasi pengelola aset-aset UM sejak tahun 2012. Hal tersebut dilakukan agar pengelolaan aset UM menjadi lebih profesional, prima, dan profitable.“Keputusan ini sudah disahkan melalui SK Rektor dan Rapim,” tambahnya.
Menurutnya, Graha Cakrawala berada di wilayah yang strategis di UM untuk orientasi pelayanan akademika. Ia mengungkapkan harapan ke depannya Graha Cakrawala ini mampu memberikan pelayanan pada semua sivitas akademika UM dan masyarakat luas. “Lebih bangga lagi, saat ini kita telah mempunyai satu momentum dan diwujudkan dalam bentuk infrastruktur, serta nilai-nilai kebanggaan yang lebih bernilai dari uang, namun dapat menimbulkan rasa percaya diri sebagai mahasiswa UM,” ujar Agus.
Gedung Graha Cakrawala dibangun dengan harapan menjadi salah satu aset ikon UM yang melambangkan universitas berkarakter. Dengan aset itu diharapkan Graha Cakrawala menjadi lambang kebanggaan sivitas UM. Lebih dari itu, Graha Cakrawala bisa menjadi pusat perhatian publik, yang pada gilirannya sangat penting dalam upaya membangun citra.
“Gedung ini merupakan promosi gratis yang luar biasa. Dibandingkan harus promosi kampus lewat TV dan surat kabar yang menghabiskan ratusan juta rupiah, Graha Cakrawala sudah mampu jadi promosi yang ampuh. Inilah nilai lebih atau multiple value dari berdirinya gedung itu. Pemasukan bertambah di­imbangi dengan ter­kenalnya kampus UM di pihak luar,” paparnya.

Graha Cakrawala untuk mahasiswa
Dari UM untuk UM. Memang benar pernyataan itu menurut Agus Sunandar. Begitu juga dengan gedung Graha Cakrawala. Gedung ini juga diperbolehkan untuk dipakai kegiatan mahasiswa. “Meski gedung ini untuk mahasiswa, ada prosedur dan biaya yang dikeluarkan.” Beliau memberikan pe­negasan bahwa pim­pinan mendukung kegiatan maha­­siswa dan bahkan me­­­ng­usahakan tanpa me­­­ngeluarkan biaya se­peser pun. Namun, yang perlu diingat adalah setiap kegiatan pasti ada biaya yang harus dikeluarkan, yakni biaya operasional, seperti listrik, petugas parkir, dan jasa petugas kebersihan.
“Perlu di­ketahui sa­ja, operasi mini­mal Rp700.000,00 untuk setiap kali kegiatan di gedung Graha Cakrawala. Se­benarnya, kami siap-siap saja jika mahasiswa di­gratiskan menyewa ge­dung Graha Cakrawala, tetapi harus ada pihak yang menanggung biaya pengeluaran operasi mi­nimal,” jelasnya. Jika semua digratiskan, maka yang terjadi adalah tidak ada biaya untuk membayar biaya operasional. Gedung Graha Cakrawala juga milik mahasiswa, dana dan prosedur khusus jika ingin menjadikannya se­bagai tempat kegiatan mahasiswa.
“Saat ini mahasiswa perlu bergembira bahwasanya menurut Rapim 2013 semua biaya gedung, baik Sasana Budaya dan Sasana Krida, kecuali Graha Cakrawala digratiskan untuk kegiatan mahasiswa,” ujarnya.

Stadion Cakrawala
Selain gedung Graha Cakrawala yang sudah dikenal oleh masyarakat beberapa tahun terakhir, UM juga meresmikan aset lagi yang tidak kalah prestisius, yaitu Stadion Cakrawala. Stadion yang terletak di belakang gedung Graha Cakrawala ini merupakan salah satu stadion yang berkualitas di kota Malang, bahkan lebih bagus dari stadion yang ada di Kota Malang. Perawatan infrastruktur serta tekstur lapangannya sudah tidak diragukan lagi. Hal inilah yang membuat dua klub sepak bola besar di Kota Malang, yaitu Arema dan Persema berniat untuk menjadikan Stadion  Cakrawala sebagai tempat berlatih. Keinginan Persema dan Arema nyatanya kandas karena pengelola tetap memprioritaskan mahasiswa UM dalam penggunaan stadion tersebut. Jadwal latihan Arema dan Persema yang berbarengan dengan jadwal perkuliahan di UM khususnya mahasiswa FIK merupakan salah satu faktor utama stadion ini tidak dapat digunakan oleh klub-klub sepak bola terbesar di kota Malang. Pengelola Stadion Cakrawala disatukan dengan pengelola gedung Graha Cakrawala dalam unit korporasi.  Bapak Agus mengungkapkan bahwa pengelolaan kompleks Cakrawala ini merupakan transisi dari suatu hal yang telah lama dengan prosedur baru namun terus berusaha untuk memfokuskan pada pelayanan yang lebih optimal, selaras dengan hasil yang lebih baik.

Lapangan Tenis Cakrawala
Lapangan ini merupakan salah satu aset UM yang sangat membanggakan. Selain lokasinya yang masih berada di kompleks Cakrawala, lapangan tenis milik UM ini memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu bentuknya yang semi indoor. Keunggulan dari bentuk semi indoor ini adalah para pengguna dapat berolahraga dalam cuaca apapun, tanpa harus mempedulikan panas dan hujan.
Tujuan dari didirikannya Lapangan Tenis Cakrawala ini sebagai wadah untuk melayani kegiatan pembelajaran di UM, khususnya mahasiswa FIK, dan sebagai sarana bagi warga UM dan masyarakat pada umumnya untuk berolahraga.
Selain sebagai tempat untuk berolahraga, kegiatan lain berskala besar juga pernah diselenggarakan di sini seperti konser dan Hari Ulang Tahun (HUT) Arema Indonesia yang ke-25.  Ke depannya pembenahan demi pembenahan terus dilakukan oleh pihak universitas demi kenyamanan pengguna lapangan tenis terbaik di Kota Malang ini.  Salah satu hal yang sedang dibenahi saat ini adalah pembenahan di bagian atap untuk antisipasi kebocoran di musim hujan, serta penambahan penampang di samping atas dan samping bawah agar tidak terlalu silau.

Di balik nama Cakrawala
Tiga dari empat aset UM diberi nama Cakrawala, yakni gedung Graha Cakrwala, Stadion Cakrawala, dan Lapangan Tenis Cakrawala. Rektor UM, Prof. Dr. Suparno mengungkapkan bahwa nama Cakrawala telah dipilih dan dipertimbangan secara matang sebelumnya. “Cakrawala diibaratkan pengembangan IPTEK yang berada dalam spektrum yang sangat luas, sangat jauh, dan sangat tinggi yang tidak ada kepuasan pada suatu titik ketika mengembangkan IPTEK di UM,” ungkapnya.
Sebagaimana hakikat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, batas-batas akhir pengkajian dan pengembangannya selalu relatif yang berarti selalu terbuka untuk tumbuhnya perkembangan baru. Pengkajian dan pengembangan ilmu demi temuan-temuan yang menunjukkan kemajuan dan kebaruan merupakan tugas universitas dengan andalan akademisi, ilmuwan, serta teknologi. Pakar linguistik ini juga menegaskan bahwa nantinya Jalan Gombong akan diganti nama menjadi Jalan Cakrawala. Sejalan dengan Prof. Dr. Suparno, Agus Sunandar mengatakan bahwa nama Cakrawala adalah sebuah pemahaman filosofis, luas, dan tidak terbatas.
Untuk nama gedung Graha Cakrawala sendiri, ada dua makna yang memiliki nilai filosofis dan kultural. Makna “graha” yakni rumah dan tempat terhormat. Jika digabungkan dengan Cakrawala, maka akan menjadi sebuah tempat terhormat yang di dalamnya tumbuh subur dan berkembang wawasan dan cita-cita pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni setinggi cakrawala yang memiliki dimensi tanpa batas.

Pendapat mereka
Menurut Dr. Roesdiyanto, M.Kes., Dekan FIK, adanya Stadion Cakrawala dan Lapangan Tenis Cakrawala sangat kooperatif untuk kegiatan perkuliahan mahasiswa FIK. Bahkan FIK UM sudah digandeng PELTI Jakarta untuk mengadakan sirkuit yunior di kawasan Lapangan Tenis Cakrawala. Salah satu alasannya adalah melihat kondisi lapangan tenis yang istimewa dan layak sebagai kegiatan nasional. “Saya masih mengajukan hal ini kepada Wakil Rektor III,” ungkapnya.
Di dalam Stadion Cakrawala bukan hanya ada lapangan rumput, tetapi juga lapangan atletik sehingga hampir setiap hari digunakan oleh mahasiswa FIK. Harapannya adalah agar pengelolaan dan perawatannya dimaksimalkan. Ini dikarenakan rumput juga membutuhkan istirahat agar tanahnya tidak jenuh dan tetap terjaga. “Jika digunakan setiap hari maka kemungkinan besar akan cepat rusak. Namun, mahasiswa FIK juga membutuhkan lapangan untuk berlatih. Inilah yang membuat kami kadang-kadang dilema,” paparnya.
Menurut Feri Hidayatulloh,  mantan Ketua Umum Workshop Elektro (WSE) 2010 sekaligus Dimisioner WSE, aset Cakrawala merupakan salah satu aset income selain dari Dikti. “Ini juga sebagai sarana dan wadah mahasiswa untuk show off kepada publik mengenai eksistensi UM dan mahasiswanya,” ujarnya.
Selama ini belum ada tata cara yang jelas kepada mahasiswa bagaimana prosedur peminjaman Stadion Cakrawala selain untuk mahasiswa FIK dan juga Lapangan Tenis Semi Indoor. Dia juga menambahkan bahwa seharusnya kawasan pendidikan harus netral dari promosi rokok atau promosi caleg. Namun, yang selama ini sering menjadi kegiatan di kawasan Cakrawala adalah kegiatan yang disponsori oleh rokok. “Saya harapkan pihak pengelola memberikan pajak yang tinggi kepada pengguna yang ada unsur promosi rokok,” paparnya.
“Harapan saya hanya satu, yakni pihak pengelola bersikap terbuka kepada mahasiswa dan mendukung penuh kegiatan mahasiswa,” tutupnya.
Aik Vela, salah satu mahasiswa Fakultas Sastra mengungkapkan rasa senangnya karena dengan diresmikannya gedung Graha Cakrawala, maka UM semakin dikenal. “Saya senang karena UM telah memiliki fasilitas baru dengan kapasitas  penonton yang sangat besar, sekaligus dilengkapi dengan  sarana dan prasarana yang menunjang,” ungkap mantan Ketua UKM Teater Hampa tersebut. Mahasiswa yang sedang menempuh semester VIII tersebut berharap semoga ke depannya gedung Graha Cakrawala dapat dipermudah peminjamannya bagi mahasiswa yang hendak menggunakan.Ardi/Tanti