Nama        : Ardian Syaf, S.Sn.
TTL        : Tulungagung, 13 Januari 1980
Alamat        : desa Tenggur RT I RW I, Rejotangan, Tulungagung
Profesi        : komikus
Riwayat pendidikan:
• SDN Tenggur, Rejotangan, Tulungagung (1986–1992)
• SMPN 1 Ngunut, Tulungagung (1992–1995)
• SMAN 1 Ngunut, Tulungagung (1995–1998)
• S1 Desain Komunikasi Visual UM (1998–2004)

Riwayat pekerjaan:
• Dabelbrothers Publishing (April 2008–Desember 2008)
• Marvel Publishing (Maret 2009–Mei 2009)
• D.C. Comic Publishing (Juni 2009–Sekarang)

Berjuang keras tanpa berputus asa adalah kunci kesuksesan pada banyak orang. Begitupula yang dialami oleh Ardian Syaf, S.Sn., seorang komikus (penciller) jebolan UM ini. Sosoknya yang rendah hati, tetapi gigih mengantarkannya pada sederetan nama komikus terkemuka di beberapa penerbit terkenal di Amerika Serikat. Simak wawancara Komuniksi dengan seniman internasional berikut.
Bagaimana awalnya Anda bisa tertarik dengan dunia komik?
Sejak kecil saya memang suka menggambar. Apa pun saya gambar walaupun hasilnya tidak bagus. Hasil gambar saya awalnya sama dengan teman-teman yang lain seumuran saya. Namun, saya terus berlatih sampai gambar saya menjadi lebih bagus daripada teman-teman saya. Karena gambar saya yang bagus, saat itu ayah saya meminta saya menggambarkan cover buku dan beberapa ilustrasi gambar dari cerita yang ayah buat. Kebetulan ayah saya adalah seorang penulis cerita anak pada saat itu. Sampai pada akhirnya ada suatu lomba TTS yang saya ikuti, hadiahnya adalah komik. Nah, dari situlah saya memiliki komik untuk pertama kalinya dan tertarik untuk menggambar komik.
Bagaimana prosesnya hingga hobi tersebut menjadi sebuah pekerjaan Anda saat ini?
Saya tidak pernah lupa dengan hobi dan cita-cita saya pada waktu kecil, yaitu menjadi seorang komikus. Saya terus memelihara mimpi itu sampai SMP, SMA, bahkan saat kuliah di UM. Dulu saat kuliah di DKV, saya dan teman-teman saya membuka studio komik di kontrakan kami di Perum Sigura-gura. Pada waktu itu memang sedang banyak sekali studio-studio komik di Malang. Nah, saya memulai karir menggambar saya dari situ. Dari sekadar penggambar skets wajah di jalanan.
Setelah lulus dari UM tahun 2004, saya bekerja di UM Press sebagai layouter.  Gajinya saat itu adalah Rp2.500 per lembarnya, tapi saya sangat senang. Pada saat itu, selain menjadi seorang layouter, saya juga mulai menawarkan beberapa gambar saya ke penerbit-penerbit lokal di Indonesia. Namun, saya belum beruntung. Karya saya ditolak saat itu.
Tahun 2005 untuk pertama kalinya saya memberanikan diri melamar pekerjaan di publisher luar negeri. Berbekal informasi dari teman saya, saya mencoba mengirimkan karya saya lewat website. Awalnya saya memilih tingkatan pekerjaan yang paling ringan, yaitu pada bagian pewarnaan, tapi saya ditolak. Kemudian saya beranikan diri melamar bagian yang lebih tinggi, yaitu bagian tinta, tetap saya ditolak.
Pada tahun 2006 akhirnya saya menikah dan mulai putus asa untuk melamar pekerjaan lagi. Namun, saat itu istri saya justru optimis dan mendukung saya untuk tetap berjuang. Akhirnya saya beranikan diri untuk melamar lagi pada bagian paling sulit dan paling tinggi yaitu, penciller. Di luar dugaan, justru saya diterima di bagian tersebut.
Tahun 2007, saya mulai mendapatkan kontrak dengan bayaran. Karya pertama saya dimuat oleh Dabelbrothers Publishing, yaitu “The Dresden Files: Welcome to the Jungle #1-4”; “The Dresden Files: Storm Front #1-2”; dan “Take a Chance” selama April 2008 sampai Desember 2008.
Selanjutnya saya mendapat kontrak lebih besar dari  Marvel Publishing selama Maret 2009–Mei 2009. Karya-karya saya di Marvel antara lain, “Nightcrawler One-Shot” dan “Captain Britain and MI-13 #13-14”.
Setelah selesai kontrak dengan Marvel, saya justru mendapatkan kontrak lebih besar dan eksklusif dari D.C. Comic dengan sederetan karya judul seperti “JLA #34”; “Blackest Night: Batman #1-3”; “JLA Cry for Justice #1 and #5”; “JLA 80 Page Giant”; “Crepúsculon; Blackest Night: The Phantom Stranger #42”; “Superman/Batman #68-71”; “Titans #23”; “Green Lantern Corps #48”; “Green Lantern Corps #49-52”; “Brightest Day #0-25”; “Superman/Batman #74”; “Birds of Prey #7”; “Green Lantern #62”; “Green Lantern #63”; “Action Comics #900; Brightest Day Aftermath: The search for Swamp Thing #1-3”; “Flashpoint Emperor Aquaman #1”; “Flashpoint Emperor Aquaman #2-3”; “Batgirl #1”; dan judul-judul lainnya.
Selama bekerja menjadi komikus tersebut adakah kesulitan yang Anda alami?
Tentu saja ada kesulitan-kesulitan yang saya alami. Saya adalah orang yang sangat sulit berkomunikasi secara verbal. Di beberapa pertemuan atau pun undangan, saya selalu demam panggung. Selain itu kemampuan bahasa Inggris saya tidak terlalu mahir, sedangkan teks cerita yang dikirimkan oleh pihak D.C. Comic menggunakan bahasa Inggris. Namun, kemampuan bahasa Inggris saya yang pasif ini tidak menghalangi saya untuk menggambarkan cerita tersebut ke dalam bentuk komik. Setiap mendapatkan kiriman teks cerita dari D.C. Comic, saya membacanya sekilas dan mencoba memahami maksud dari ceritanya. Selanjutnya saya menggambarkan cerita tersebut ke bentuk gambar sesuai imajinasi dan kreativitas saya karena pihak D.C. Comic memang membebaskan saya untuk gambar yang saya buat itu. Terkadang saya harus merevisi karya saya itu jika pihak D.C. Comic merasa gambar saya kurang sesuai. Menurut saya ini adalah resiko pekerjaan sehingga saya tidak terlalu terbebani dengan sistem ini.
Di sisi lain, bekerja dengan orang luar negeri menuntut saya bekerja secara disiplin. Setiap hari saya harus menggambar minimal satu halaman A3 sesuai dengan skrip yang dikirimkan pihak D.C. Comic kepada saya. Tuntutan kerja yang demikian tentu juga harus disikapi dengan beberapa ide menggambar yang selalu baru. Kadang ketika anak atau istri saya sakit, mood menggambar saya jadi berkurang sehingga pekerjaan juga tidak cepat selesai. Terkadang juga ketika saudara atau tetangga memiliki hajat, mau tidak mau saya harus meninggalkan aktivitas menggambar saya untuk acara-acara tersebut. Lama-kelamaan pekerjaan saya menjadi menumpuk dan akhirnya harus dilembur untuk menyelesaikannya sesuai kontrak.
Bagaimana Anda menyikapi masalah-masalah tersebut?
Untuk menyikapi hal tersebut, saya seringkali mencari waktu yang tepat saat mood saya sedang bagus-bagusnya. Saya sering memilih waktu dini hari saat anak dan istri saya tidur untuk mengerjakan menggambar saya sehingga gambar-gambar yang tidak terselesaikan kemarin bisa diselesaikan pada saat itu juga.
Dalam waktu sebulan, berapa halaman yang harus Anda kerjakan?
Rata-rata dalam waktu satu bulan saya menyelesaikan dua puluh halaman. Namun, juga bisa lebih. Terkadang bisa sampai empat puluh halaman dalam waktu satu bulan.
Berapa bayaran yang Anda terima dari pihak D.C. Comic?
Pihak D.C. Comic membayar saya dengan harga yang sangat pantas. Mereka sangat menghargai karya orang lain sehingga untuk setiap lembarnya saya dibayar sebesar $300.
Media apa saja yang pernah mengundang Anda sebagai pembicara?
Beberapa media yang pernah mengundang saya antara lain koran Kompas, Jawa Pos, Nyata, Nova, Tempo, Hitam Putih Trans 7. Saya juga beberapa kali diundang di Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta, Acara komik tahunan di Singapura, Pusat Kebudayaan Perancis di Surabaya, dan di Amerika Serikat sendiri saya sudah beberapa kali diundang namun tidak saya datangi.
Adakah pesan-pesan untuk  teman-teman Mahasiswa UM yang ingin mengikuti jejak Anda?
Yang pasti jangan pernah melupakan mimpi dan cita-cita Anda. Teguhkan hati Anda terhadap mimpi-mimpi itu dan terus bangkit berusaha untuk mencapainya. Satu hal yang saya yakini sampai hari ini bahwa tidak ada satu pun yang tidak mungkin terjadi bagi kita. Tetap semangat, berikhtiar, dan berdoa. Jika ada rejeki berlebih atau sengaja disediakan, jangan lupa untuk bersedekah karena bersedekah dapat membantu mencapai cita-cita kita.Iin