Oleh Mistaram

Saat ini telah digelontorkan permasalahan yang berkaitan erat dengan kesalehan tatanan sosial kultural yang dihubungkan dengan kewajiban, ketertiban, dan kesadaran pengguna untuk melakukan kegiatan ibadah yang perlu diimbangi dengan kegiatan kemasyarakatan. Masyarakat akademika yang dilandasi dengan semangat tridharma perguruan tinggi mempunyai kewajiban untuk menuntut, mengembangkan, dan mengabdikan ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi.
Di saat-saat menuntut ilmu para dosen dan mahasiswa berpacu untuk mencari, menjelajahi, mereka-reka, dan menemukan ilmu yang dikajinya secara profesional. Kewajiban untuk menuntut ilmu ini juga pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dan tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Maklumat ini telah dijadikan suatu slogan bagi Universitas Negeri Malang (UM) dengan The Learning University.
Pada saat UM melangsungkan Lustrum ke-10, dikumandangkan semangat berkarya dan terus berkarya yang berarti bahwa semua sivitas akademika mempunyai kewajiban untuk mengembangkan ilmu sesuai dengan bidangnya masing-masing secara berkelanjutan tanpa terkungkung oleh waktu. Pengembangan ilmu itu dapat dilakukan melalui penelitian murni dan juga penelitian terapan yang manfaatnya untuk pengembangan keilmuan di tingkat fakultas. Dapat juga diabdikan kepada masyarakat yang memerlukannya sebagai kesalehan sosial. Hasil pengembangan ilmu tersebut dapat diabdikan sebagai ilmu yang amaliah dan amal yang ilmiah. Dengan demikian kesalehan akademik itu bermanfaaat dengan kesalehan sosial kemasyarakatan.
Dalam implementasinya di masyarakat pada saat Ramadhan dan Idul Fitri, Prof. Dr. Amin Abdullah dari UNY memaparkan materinya yang berjudul Konsepsi al-Ihsan Dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau mengatakan bahwa seseorang yang saleh dalam hal hubungannya dengan Tuhan belum tentu bisa membawa kesalehan tersebut ketika berada dalam kelompok. “Tuhan tidak dapat dilepaskan sedetik pun dari manusia sebagai individu. Dalam arti manusia secara individu mengklaim dan percaya demikian adanya, tetapi ketika mereka berkelompok seringkali mereka melupakan pengawasan Tuhan” (diunduh dari internet pada tanggal 13 Agustus 2013).
Begitu juga Prof. Dr. Harun Nasution dari UIN Syarif Hidayatullah memberitakan bahwa Ramadhan tidak saja mengajarkan kita untuk menumbuhkan jiwa dan spritualitas seseorang. Ramadhan secara psikologis juga mendidik kita untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Setelah Ramadhan kesalehan sosial harus meningkat. Kesalehan sosial itu sangat penting agar dapat membantu orang lain. Kesalehan sosial itu harus diwujudkan dalam berbagai bentuk. “Masalah sosial dan pendidikan bangsa dapat diatasai dengan kesalehan sosial. Ini harus ditumbuhkan, sehingga kita dapat melanjutkan pengaderan anak bangsa.” (diunduh dari internet pada tanggal 13 Agustus 2013).
Dari dua kutipan yang berkaitan erat dengan kesalehan sosial tersebut dapat dikembangkan sebagai materi pengayaan yang bersifat akademik dan sosial. Ditujukan bagi mahasiswa yang saat ini tengah mengikuti wisuda dari berbagai jurusan dan fakultas, serta dari berbagai strata akademik mulai dari diploma sampai dengan pasca sarjana. Pada tahap ini mereka telah memperoleh kesalehan akademik pada program studi masing-masing dengan stratanya dan dituntut untuk bertanggung jawab sebagai akademisi dan ilmuwan.
Para wisudawan ini boleh diibaratkan sebagai tanaman yang dengan sepenuh hati ditanam di bumi UM yang subur, disiram dengan air kata dan cerita akademik, serta diharapkan para wisudawan dapat memahami makna kesalehan akademiknya sebagai ibadah. Ibarat tanaman yang dipelihara dengan saksama dan selalu bertasbih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Seluruh Redaksi Komunikasi mengucapkan selamat karena telah melalui semua proses di UM. Diharapkan Anda berkarya dan terus berkarya, sebagai kesalehan insan umat yang berilmu dan beriman.
Penulis adalah Ketua Penyunting Komunikasi dan dosen FS UM