Dewasa ini, mahasiswa masih digadang-gadang sebagai tonggak perubahan bangsa. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk terus berkembang. Tak hanya bergelut dengan sederet kegiatan kuliah, tetapi mahasiswa pun diharapkan mampu menuai banyak prestasi sehingga dapat mengharumkan almamaternya.
Berburu prestasi bukan barang sulit di era sekarang. Baik pemerintah maupun lembaga independen acapkali menggelar berbagai kompetisi. Salah satu kompetisi bergengsi di kalangan mahasiswa adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Hal itu dibuktikan dengan puluhan ribu judul PKM yang dikirim mahasiswa tiap tahunnya.
Berdasarkan keterangan yang dilansir dari Dr. H. Mistaram, M.Pd., selaku juri PKM di tingkat pusat, terdapat sekitar 30.000 naskah PKM yang dikirim mahasiswa se-Indonesia di tahun 2013 lalu. Namun, hanya 7000 yang dipilih Dikti untuk didanai. Yang menjadi tanda tanya besar ialah seperti apa kriteria ideal suatu PKM untuk didanai? Bagaimana strategi menyusun PKM agar dapat mencuri perhatian juri?
Menyusun PKM merupakan kegiatan potensial bagi mahasiswa. Program tersebut memang diluncurkan Dikti dengan tujuan untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan mandiri pada mahasiswa. “Mahasiswa UM, harus dapat memanfaatkan kesempatan ini. PKM adalah kegiatan yang menguntungkan dan sebetulnya penggarapan PKM tidak sesulit yang dibayangkan,” papar Karkono, S.S, M.A., selaku koordinator tim penalaran Fakultas Sastra UM.
Agar PKM dapat memikat Dikti, tentu dibutuhkan kiat-kiat khusus. Mengingat penuturan Bapak Mistaram bahwa minat mahasiswa UM dalam bidang PKM masih tertinggal dengan kampus lain seperti UI, IPB, Unair, UGM, dan lainnya, kiat ini dimungkinkan dapat membantu mahasiswa UM untuk lebih meningkatkan dedikasinya. Kiat-kiat ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada mahasiswa UM, sehingga mahasiswa bisa lebih giat untuk mengolah dan menuliskan ide-idenya dalam wujud PKM.

Baca Panduan dengan Cermat
Setiap PKM digelar, pihak Dikti tidak pernah luput menyertakan panduan penulisan PKM. Umumnya, mahasiswa malas membaca panduan dengan saksama. Alhasil, mahasiswa rawan melakukan kesalahan. “Seleksi paling awal yang dilakukan oleh reviewer itu adalah seleksi administrasi. Kriteria pada seleksi tersebut ialah semua hal yang tercantum dalam panduan. PKM yang tidak sesuai panduan, langsung mendapat diskualifikasi meskipun judulnya bagus. Jadi mencermati panduan adalah tahapan penting sebelum mahasiswa menulis PKM,” ungkap Bapak Karkono.
Panduan PKM secara umum memuat format, sistematika, beserta contohnya. Tidak heran jika panduan tersebut cukup tebal, karena di dalamnya terdapat tata-cara untuk menulis semua jenis PKM. Bapak Mistaram pun menegaskan, “Kalau semua mahasiswa peserta PKM mau membaca dengan hati-hati panduan penulisan dan menerapkannya ketika menulis PKM, untuk seleksi administrasi pasti bisa lolos.”
“Motif mahasiswa UM ketika menulis PKM kebanyakan hanya untuk persyaratan beasiswa saja, sehingga sistematika kurang begitu diperhatikan. Padahal, jika PKM ini digarap dengan serius, bisa menghasilkan keuntungan juga untuk mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga sering mengalami salah “kavling”, niatnya ingin menulis PKMK (Kewirausahaan) tapi karena kurang menyimak panduan, rumusan masalahnya bernuansa jenis PKM lainnya. Hal itu juga berbahaya bagi seleksi administrasi,” imbuh Bapak Karkono saat diwawancara. Dengan mencermati panduan, mahasiswa dapat mengetahui kriteria dari masing-masing jenis PKM, sehingga mahasiswa tidak kebingungan dalam menentukan jenis PKM yang mana yang ingin ditulis.

Rumuskan Ide Kreatif, Judul Memikat, dan Mulai Menulis
Ide merupakan ikhwal paling krusial dalam menulis, termasuk menulis PKM. Ide biasanya dirumuskan setelah mahasiswa menentukan spesifikasi PKM. Seperti namanya, Program Kreativitas Mahasiswa, sudah barang tentu bahwa PKM adalah ajang memperadukan pemikiran-pemikiran kreatif. Untuk itu, ide kreatif menjadi kriteria esensial dalam penulisan PKM.
Selain kreatif, menurut Bapak Mistaram, ide PKM haruslah aktual dan inovatif. Aktual di sini berarti memiliki nilai kebaruan yang sesuai dengan isu atau fenomena terkini. Sedangkan menurut Bapak Karkono, “Ide-ide PKM hendaknya tidak hanya berorientasi pada profit saja, tapi juga memiliki nilai manfaat, inspiratif, dan unik.” Untuk PKM GT dan AI, ia menyarankan agar mahasiswa memilih masalah yang komprehensif. Bapak Mistaram pun menambahkan, “Untuk PKM GT atau AI kriteria idenya saya sarankan berangkat dari masalah dengan solusi yang sulit direalisasikan menggunakan pendanaan PKM. Namun, masih bisa dilaksanakan dengan dana lebih sehingga ide ini sebatas diwacanakan saja. Lebih baik lagi jika ide tersebut benar-benar bisa membantu pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang betul-betul gawat. Di situlah esensi PKM GT dan AI.”
“Kemudian dari segi judul. Ide harus tercermin dalam judul,” demikian tandas Bapak Mistaram. Perlu diketahui, bahwa juri ternyata kurang begitu menyukai judul dengan akronim-akronim aneh yang membuat mereka mengernyitkan dahi ketika membaca. “Juri lebih suka judul yang tidak ambigu, lugas, dan menarik,” tambah Bapak Mistaram. Menarik inilah yang kadang membuat peserta membuat akronim yang malah jadinya tidak nyambung. Jadi kalau memang diperlukan pakai akronim, buatlah dengan wajar. Bapak Karkono memaparkan bahwa judul PKM harus linear dengan ide dan rumusan masalah. Selain linear judul juga harus logis. “Judul PKM kalau bisa juga disesuaikan dengan jenis PKM dan merepresentasikan PKM yang ditulis,” tambahnya.
Setelah penentuan ide dan judul, tahap selanjutnya adalah menulis. Kegiatan menulis, secara umum memiliki tiga tahapan, yakni pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Dalam kegiatan pramenulis, mahasiswa hendaknya melakukan studi pustaka dan riset yang berkaitan dengan tulisan. Lebih baik lagi jika dalam kelompok PKM, mahasiswa mau mengadakan diskusi mendalam terlebih dahulu. Dengan adanya kegiatan pramenulis, kegiatan menulis akan lebih mudah dilakukan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk proses menulis PKM berorientasilah pada panduan penulisan. Setelah PKM selesai ditulis, lakukanlah kegiatan pasca penulisan, yakni penyuntingan. Penyuntingan dapat dilakukan pada dua hal, yaitu penyuntingan isi dan penulisan meliputi kebahasaan, ejaan, serta sistematika. Bacalah PKM berkali-kali. Seperti pernyataan seorang penulis novel, Ayu Utami, bahwa penulis haruslah menjadi pembaca yang kejam dan kritis bagi tulisannya.

Proses Penjurian PKM
Dalam prosedur penjurian PKM, proposal awal harus melalui tahap verifikasi yang berupa seleksi administrasi. Kelengkapan komponen PKM dan sistematika penulisan dinilai berdasarkan kriteria yang dimuat dalam panduan. PKM yang tidak lolos langsung dimasukkan dalam database. Setelah itu, dilakukanlah monev bagi PKM yang terpilih dari tahap pertama. Kegiatan monev juga dinilai oleh dewan juri.
Setelah itu, peserta PKM wajib menyetorkan laporan perkembangan. Laporan per­kembangan itu juga dinilai. Kemudian, barulah peserta menyusun laporan akhir. Pada tahap seleksi laporan akhir ini, PKM yang didanai akan terseleksi menjadi PKM yang lolos Pimnas dan tidak. Bagi PKM lolos Pimnas, jika muatan ide benar-benar berkualitas peserta dapat memperoleh hak kekayaan intelektual atas karya yang dibuat.
“Untuk pendanaan PKM itu sepenuhnya wewenang pusat, tugas reviewer dalam program ini adalah sekadar menaksir perkiraan biaya dan menentukan tulisan mana yang layak,” papar Bapak Mistaram saat ditanya perihal pendanaan PKM. Pendanaan tentunya disesuaikan juga dengan kualitas PKM. Rumusnya, semakin berkualitas semakin deras dana terkucur, demikian sebaliknya.

Mengembangkan Motivasi Menulis PKM di UM
“Setiap me-review PKM, sebetulnya dalam hati, saya merasa miris. Sebagai salah satu reviewer dari UM saya menanti-nanti kapan mahasiswa UM bisa membuat PKM yang sukses seperti PKM-PKM yang saya nobatkan sebagai juara. Hingga saat ini masih sangat sedikit mahasiswa UM yang loyal berpartisipasi dalam ajang yang sebetulnya sungguh potensial ini,” curah Bapak Mistaram. Harapannya adalah UM harus bisa memotivasi mahasiswa agar mau menulis PKM. Salah satunya dengan mengadakan kompetisi PKM di tingkat kampus. “Panitia bisa memilih 10-20 tim se-UM Raya, nah tim terpilih itu kita gembleng untuk menulis PKM,” tambahnya.
Bapak Karkono selaku tim penalaran UM juga mengusulkan hal yang sama. “Selain mengadakan kompetisi PKM secara mandiri, usul pribadi saya adalah menggaet UKM Penulis untuk bekerja sama mencari bibit-bibit penulis karya ilmiah. Mungkin justru bisa dibentuk secara mandiri UKM atau ormawa yang bisa menaungi kepenulisan di bidang ilmiah,” paparnya. “Bagi mahasiswa yang terpilih dari kompetisi akan dibimbing untuk meningkatkan kualitas. Menurut saya lebih baik berorientasi pada kualitas ketimbang kuantitas saja,” pungkasnya saat dimintai keterangan.
Terkait dengan hal yang dikemukakan oleh kedua narasumber di atas, Hamim, salah satu mahasiswa jurusan Biologi yang PKM-nya didanai Dikti mengemukakan usulan tentang pengembangan motivasi menulis PKM di UM. “Dari putusan Dikti, jumlah proposal yang paling banyak didanai adalah proposal dari ITS. Di ITS, PKM dijadikan matakuliah 2 SKS. Nah, kalau di UM belum seperti itu. Namun, di Fisika sudah ada dosen yang menugaskan mahasiswa untuk membuat PKM selama 1 semester yang diambil dari analisis artikel dan jurnal,” papar Hamim dengan gambling. “Jadi campur tangan dosen sangat berdampak pada motivasi mahasiswa juga. Selain itu, sosialisasi PKM di awal semester pun perlu dilakukan”, imbuhnya. Harapan Hamim sebagai penulis PKM adalah dia sangat ingin mengembangkan biogas yang dia teliti bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. “Ide tentang pemanfaatan biogas dari kotoran sapi ini baru bisa saya kembangkan menjadi PKMM, secara pribadi saya ingin hal ini bisa berkembang lebih, karena di desa saya banyak sapi,” pungkasnya.
Kemudian, pendapat juga di­ke­mukakan oleh Roizatul Azizah, mahasiswa Teknik Informatika. “Kendala utama ketika menulis PKM yang saya alami adalah ketika merumuskan ide. Namun, saya bisa mengatasinya dengan banyak membaca referensi. Selain itu, saya juga mencari tim yang satu passion sehingga kami bisa sharing dengan nyaman. Yang penting menjaga koordinasi juga jangan dilupakan”, paparnya. “Harapan saya untuk penulis PKM selanjutnya adalah bagaimana mengarahkan mereka untuk memilih PKM sesuai passion saja. Tidak harus sesuai jurusan, tetapi lebih kepada hal apa yang digemari. Lebih bagus lagi kalau menemukan teman-teman dari lain jurusan tetapi satu visi-misi, itu akan memperkaya ide”, tandas penulis PKMT didanai Dikti tersebut.Wida