kaji

Oleh Mistaram
Beberapa saat yang lalu saya bersama istri mengikuti
salah satu pengajian lansia kafah di setiap hari Sabtu pagi.
Salah satu programnya adalah umrah dan haji. Kami berdua
sepakat untuk mengikuti perjalanan umrah. Setelah kami
meminta pertimbangan kepada dua anak kami yang sedang
mengandung tua, keduanya malah memberikan motivasi tinggi
dan menyarankan jangan ditunda. Umrah menghabiskan waktu
lima belas hari dan kami ingin berdoa sebanyak-banyaknya di
tempat yang di-ijabahi Allah itu, yaitu di Masjidil Haram dan di
Masjid Nabawi.


Malam hari sekitar pukul 01.00 WIB, kami ditelepon oleh pihak
pelaksana Umrah, bahwa saat itu kami harus berangkat, dan
semua jamaah sudah berkumpul, tinggal kami berdua. Dengan
tergopoh-gopoh saya membangunkan isteri dan anak-anak,
untuk segera diantar ke Jalan Semarang tempat kami berangkat
bersama-sama menuju Bandara Juanda Surabaya. Alhamdulillah
kami belum terlambat checking tiket dan masih sempat salat
Subuh di Mushala Bandara Juanda. Sampai di Jakarta, kami
mengecek Paspor untuk keberangkatan ke Jedah dengan
pesawat Yamenia Air. Dalam pesawat yang besar itu, saya tidur
dan bangun setelah pramugari menyajikan makanan. Sampai di
Yaman, kami turun di Bandara Sana’an. Bandaranya kecil tetapi
taraf internasional dan kami istirahat selama tiga jam. Setelah
itu kami melanjutkan penerbangan ke Bandara King Abdul Azis,
Jedah.
Perjalanan berikut menuju Madinah yang jaraknya sekitar 17
km. Di tengah perjalanan kami turun untuk salat di masjid dan
saya membeli madu yang boleh dibayar dengan uang Rupiah.
Sampai di Madinah rombongan kami masuk hotel dengan kamar
sendiri-sendiri. Saat salat Magrib kami sudah berusaha ke Masjid
Nabawi, tetapi tak dapat masuk masjid karena jamaahnya penuh
sampai ke jalan. Akhirnya kami salat Magrib di jalan masuk.
Setelah itu baru kami masuk masjid Nabawi untuk menunggu
salat Isya.
Taman Syurga (Roudhoh) di Masjid Nabawi
Tidak boleh bilang sengsara atau sakit, walaupun dalam
Tahun 36 Mei-Juni 2014 | 31
Wisata
perjalanan ini penuh rintangan dan liku-liku karena semua itu adalah
ujian. Bagi siapa pun yang dapat melampauinya dengan penuh kesabaran
dan ketabahan, Insya Allah apa yang diinginkannya akan dikabulkan oleh
Allah. Ketika di Madinah, setiap hari kami mendapatkan santapan rohani,
seperti materi “Upaya Mencapai Shalat Khusyu” dan “Beberapa Sebab Doa
Tidak Terkabul”.
Satu pengalaman spiritual saat kami salat malam di Masjid Nabawi.
Bagian pojok kanan dalam ada tempat yang disebut Roudhoh atau Taman
Syurga dan menurut riwayat di tempat ini adalah tempat yang di-ijabahi
Allah. Roudhoh menjadi incaran para jamaah untuk memanjatkan doa
hingga menangis minta ampunan. Meskipun orang saling berdesakan,
tetapi semua jamaah yang datang memakluminya bila tempat salat di
Roudhoh sangat terbatas dan saling bergantian. Namun, demikian ada
saja orang yang berlama-lama salat dan berdoa di Roudhoh ini, sehingga
orang lain yang mempunyai hajat yang sama harus bersabar antri.
Pengalaman spiritual itu saya dapati pada hari Minggu tanggal 9
Februari 2014, saya sedang menuju Roudhoh pada jam 02.00 dini hari dan
saya mendapat sms bahwa anak saya yang keempat sudah masuk rumah
sakit bersalin untuk melahirkan. Saya meminta perkembangan proses
kelahiran terus diberitakan, sehingga saya dapat berdoa secara khusyuk.
Selanjutkan kami menunggu salat Subuh dan salat Syuruk. Saat saya
selesai salat Subuh, saya mendapat sms bahwa anak saya telah melahirkan
anak perempuan. Dengan serta merta saya bersujud sembari mengucap
“Alhamdulillah, Ya Allah Engkau telah mengabulkan doa saya.” Saat itu
juga semangat saya menjadi lebih besar untuk segera kembali ke hotel
dan memberitahukan kepada istri saya. Roudhoh tempat yang baik untuk
berdoa. Ada riwayat bahwa Roudhoh adalah tempat Nabi Muhammad
saw melaksanakan khotbah dan doa seorangnabi, maka segala doa beliau
di-ijabah Allah.
Ibadah Umrah
Dari Madinah menuju ke Makkah untuk melaksanakan ibadah Umrah,
kita wajib melaksanakan Miqad di Masjid Bir Ali. Saat melaksanakan
Miqad manusia memulai mamasuki alam spiritualitas, meninggalkan
segala kemewahan dunia, meninggalkan kenikmatan sementara, untuk
mencapai kemewahan hakiki bersama Allah yang Maha Memberi segala
kenikmatan.
Pakaian Ihram melambangkan lahirnya semangat “kebersamaan” yang
sama-sama melakukan evolusi sempurna menuju Allah, melambangkan
kerelaan untuk melepas busana sebagai simbul prestisius, melepaskan
status sosial ekonomi, berganti dengan busana akhirat, busana kesucian,
busana Taqwallah. Di saat kita memakai pakaian ihram maka terjadilah
larangan yang mengikat, yaitu: (1) tidak boleh memakai wangi-wangian;
(2) tidak boleh memotong kuku atau rambut; (3) tidak boleh bersetubuh;
(4) tidak boleh mengumbar nafsu; (5) tidak boleh berkata jorok; (6) tidak
boleh marah; (7) tidak boleh membunuh binatang, walaupun itu nyamuk;
(8) tidak boleh memotong tanaman; (9) disunnahkan selalu melantunkan
talbiyah, yang maknanya adalah menjadi tamu Allah, melaksanakan segala
perintah dengan penuh segala ketundukan dan kepatuhan totalitas.
Perjalanan dari Madinah ke Makkah, memerlukan waktu sekitar lima jam.
Serangkaian kegiatan umrah yang wajib dilakukan setelah melaksanakan
Miqad, yaitu melaksanakan thawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah tujuh kali
putaran. Saat thawaf harus tetap suci dan bila pada putaran tertentu batal,
maka diwajibkan untuk berwudlu atau tayamum. Karena semua orang
berjejalan dan berdesakan bergerak bersama mengelilingi Ka’bah.
Kegiatan thawaf ini dimaknai sebagai dua hal, yaitu hablum minannas
dan hablumminallah. Artinya bahwa untuk membangun kebersamaan
untuk mengelilingi Ka’bah, antarmanusia saling menghargai, memahami,
dan memaklumi bila ada yang terinjak kaki, atau terdorong, karena
lautan manusia itu mempunyai tujuan yang sama. Setelah selesai thawaf,
disunnahkan untuk salat sunnah mutlak di belakang makam Ibrahim.
Antara pintu Ka’bah dan makam Ibrahim wilayah ini disebut “multazam”.
Shalat sunnah ini merupakan pengejawantahan dari sebuah pendakian
cinta (mahabbah) menuju ma’rifatullah.