m2

Asri Diana Kamilin mahasiswi Psikologi yang bergelut di dunia
karya tulis ilmiah Islam membuktikan kehebatannya. Pemenang
medali emas pada MTQ Mahasiswa Nasional XIII bidang Karya
Tulis Ilmiah Kandungan al-Qur’an ini membawa nama UM menjadi
juara umum untuk pertama kalinya selama 27 tahun. Bagaimanakah
sosok Asri Diana Kamilin sebenarnya. Simak wawancara Komunikasi
berikut.
Apa motivasi Anda mengikuti Mawapres?
Berawal dari dukungan dari wakil dekan psikologi yang mendorong
saya untuk mendaftarkan diri menjadi mawapres.
Bagaimana kisah perjalanan Anda untuk meraih gelar Mawapres?
Sebenarnya fokus dan tujuan saya bukan ke mawapres tetapi menggali
bakat dan minat kepenulisan saya di bidang karya ilmiah al-Quran. Beberapa
kali saya menang di SMA di bidang karya ilmiah secara umum. Karya ilmiah
al-Quran berbeda dengan karya tulis ilmiah biasa. Karya tulis ilmiah al-Quran
dasar pengembangan ide berdasarkan ilmu al-Quran. Karya tulis ilmiah al-
Quran cenderung tentang tafsiran atau cara pandang dalam islam mendukung
perkembangan ilmu terkini. Semester 2 pertama kali ikut MTQ universitas 2011
juara 1 pada bidang karya ilmiah al-Quran, kemudian berpartisipasi di fakultas
sastra 2011 juara 2 (karya tulis internal sastra). Pada tahun 2013 saya menjadi kafilah
UM di Padang untuk MTQ mahasiswa nasional ke 13 oleh Dikti. UM bersaing dengan
135 Universitas yang mayoritas adalah Universitas Islam. UM meraih juara Umum
dengan mengumpulkan poin terbanyak pada masing-masing bidang termasuk karya
tulis ilmiah Islam juga turut menyumbang poin untuk UM. Saya pernah menjadi juri MTQ
Universitas mahasiswa 2014,juga menjadi juri seleksi regional di Jatim 2014. Sekarang saya
menjadi Tim Pembina untuk seleksi persiapan ke tingkat Nasional di Ternate. Saya juga
menjadi Pembina ASC (Alquran Studi Club) dibidang Karya Ilmiah Islam. Beberapa temanteman
ASC kemarin terhitung ada 3 orang tim menang tingkat Malang Raya maupun
Nasional.
Apa modal Anda bawa untuk mengikuti Mawapres?
Pandangan orang tentang profil saya selama prestasi, menurut saya mawapres merupakan
akumulasi dari berbagai prestasi dan prestasi akademik. Saya tidak menargetkan apa-apa
karena saya hanya melakukan apa yang saya cintai.
Apakah dari awal Anda melakukan semua kegiatan dengan tujuan untuk meraih gelar
Mawapres?
Samasekali tidak. Memang pada awalnya niat untuk menjadi mawapres timbul sejak
smester 1 namun lama kelamaan niat itu hilang. Semester 3 saya merubah pola pikir saya
untuk mengoptimalkan bakat. Mawapres hanya sebagai hadiah, jadi menurut saya tidak
perlu terlalu berambisi untuk meraih gelar mawapres. Saya pernah berdiskusi tentang
mawapres dengan salah seorang teman dan dari diskusi itu saya menyimpulkan suatu hal
bahwa jangan hanya berambisi untuk mendapatkan gelar mawapres.
Mengapa Anda layak menjadi seorang Mawapres dibandingkan dengan nominator yang
lain?

Saya tidak merasa layak, kebetulan saja
kriteria saya cocok dengan juri mawapres.
Juri yang mengganggap saya layak.
Mengapa Anda yakin dengan basic ilmu
yang Anda miliki (psikologi/sejarah/ilmu
olahraga) dapat membawa Anda menjadi
seorang Mawapres?
Setiap orang memiliki bidang keahlian
masing-masing. Saya sendiri bergelut pada
bidang Peminatan psikologi perkembangan
dan pendidikan. saya berusaha maksimal di
bidang saya. Saya pernah menolak menjadi
Pembina PKM karena menurut saya kurang
sesuai dengan bidang yang selama ini
saya geluti.Saya pernah menjadi pemateri
pembekalan PKM tapi saya merasa kurang
maksimal karena fokus saya non-pkm.
Karya Ilmiah Islam sangat berbeda dengan
PKM. Pada karya ilmiah islam cenderung
mengkaji ayat-ayat al-Quran sedangkan
PKM cenderung karya dengan ilmu
pengetahuan yang lebih luas.