JpegTridarma perguruan tinggi terdiri atas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. UM sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia turut melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi agenda wajib yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Pada 2015, UM memberi sebuah inovasi bahwa PPL dan KKN tidak hanya dilakukan di daerah lokal Malang dan sekitarnya. Namun, juga dilakukan di Thailand Selatan. “Saya menyebutnya KKN plus, yakni PPL sekaligus KKN. Program PPL dan KKN prinsipnya adalah bagaimana mengaplikasikan ilmu di masyarakat. Masyarakat di sini tak ada batasnya,” terang Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin, M.Pd.
PPL-KKN-Pengabdian di Thailand: Program Kerja Sama UM

UM sebelumnya telah menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi diThailand, di antaranya dengan Yalarajabat University. Selain itu, UM telah mengirim salah satu dosen bahasa Indonesia UM ke Sonkhla University untuk pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. “Kerja sama ini sudah berjalan sekitar lima tahun terakhir,” kata Rektor UM tersebut. Begitu juga menurut Dekan Fakultas Sastra, yakni Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D., UM khususnya FS sudah banyak bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri Thailand. Program In Country Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), yaitu mahasiswa Thailand yang ke Malang untuk belajar bahasa Indonesia juga menjadi salah satu bentuk kerjasama tersebut. Selain itu, ada pertukaran dosen bahasa Indonesia (visiting scholars) ke perguruan tinggi di Thailand. “Ketika kemarin rektor dengan direktur HI menandatangani MOU dengan beberapa perguruan tinggi, ternyata diketahui ada program KKN/PPL di luar negeri dan UM mengambil kesempatan tersebut”. Menurut Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd selaku Kepala Balai Bahasa yang menangani PPL dan KKN Thailand, program ini juga merupakan inisiasi dari mahasiswa alumni UM yang sekarang berada di Thailand Selatan.
Melihat kondisi wilayah yang masih berkembang, maka mahasiswa tersebut mengharapkan mahasiswa datang dan meningkatkan kualitas anak-anak serta masyarakat di Thailand Selatan. Melihat adanya kesempatan mahasiswa untuk PPL dan KKN di Thailand, akhirnya UM menjalin kerja sama dengan Badan Alumni Internasional Thailand Selatan. Badan ini memfokuskan diri untuk menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi agama Islam di Indonesia. Amran bin Ismail, koordinator hubungan luar negeri khusus Indonesia dalam pertemuan di Gedung E7 (17/05) menjelaskan bahwa tujuan kerja sama ini ialah menjalin kerja sama dalam bidang pengembangan bahasa dengan mendatangkan para calon pendidik dari berbagai universitas di Indonesia. Selain itu, badan tersebut memiliki tujuan untuk mempererat kerja sama dalam bidang pendidikan dengan mengirim para pelajar dari Thailand untuk menimba ilmu di kancah internasional. Sebelumnya, badan ini hanya menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi agama Islam di Indonesia, di antaranya IAIN Jember, Unmuh Jember, STAIN Kediri, IAIN Tulungagung, STAIN Samarinda, STAIN Ponorogo, dan beberapa perguruan tinggi lain. Dengan keikutsertaan UM, badan ini tidak hanya bekerja sama dengan perguruan tinggi agama Islam, tapi juga perguruan tinggi umum. “Kalau UM tidak berani ikut, berarti UM kalah dengan perguruan tinggi lain yang sudah mengirim mahasiswanya,” gurau Pak Amran.
Proses Seleksi Mahasiswa
Ada sekitar delapan puluh mahasiswa UM yang mendaftar untuk mengikuti seleksi KKN-PPL-Pengabdian di Thailand. Setelah mengumpulkan berkas formulir yang berisi data diri dan motivasi, mahasiswa masuk ke dalam tahap wawancara. Menurut Bapak Gatut ada empat hal yang dilihat dari mahasiswa dalam tahap wawancara ini. Empat hal tersebut sekaligus sebagai tolak ukur kualifikasi mahasiswa yang diterima di dalam program ini. Empat
butir tersebut adalah wawasan Indonesia, kompetensi bahasa Inggris, kompetensi Islam, kepribadian, dan kompetensi sosial. Wawasan tentang Indonesia meliputi pengetahuan mahasiswa tentang Indonesia secara umum, sikap terhadap bahasa Indonesia, pengetahuan dan keterampilan terhadap seni budaya Indonesia, pemahaman aspek sosial ekonomi Indonesia di bagian barat, tengah dan timur, mengetahui cara mengenalkan Indonesia kepada orang Thailand dan pantas mewakili UM di luar negeri.
Untuk kompetensi bahasa Inggris, mahasiswa dilihat melalui tingkat
kemahiran berbahasa Inggris aktif, kompetensi mengajarkan bahasa Inggris, kompetensi mengembangkan media/ bahan ajar, kompetensi mengembangkan RPP, dan penguasaan teori pemerolehan bahasa kedua. Untuk kompetensi mengenai Islam, mahasiswa dilihat kompetensinya untuk membaca bahasa Arab terutama Alquran, pengetahuan umum tentang Islam, penguasaan seni Islam, pemahaman sejarah perkembangan Islam di Indonesia,
dan potret wajah Islam Indonesia. Yang tidak kalah penting adalah aspek kepribadian dan kompetensi sosial dari mahasiswa yang akan berangkat ke Thailand. Sikap ini dinilai dari bagaimana mahasiswa bersikap dewasa, mandiri, terbuka, menerima perbedaan, berkehendak belajar hal baru, mampu berkerja di bawah tekanan, dan mampu bekerja sama dalam tim.
Untuk PPL dan KKN Thailand ini memang masih terbatas untuk mereka yang beragama muslim. Daerah Thailand yang akan dituju mahasiswa UM adalah Thailand Selatan yang mayoritasnya adalah muslim. Maka dari itu, salah satu syarat mahasiswa yang mengikuti PPL-KKN-Pengabdian harus muslim dan bisa mengaji. Selain itu, sekolah tempat mereka PPL nantinya adalah sekolah-sekolah Islam. Sebagai Pilot Project
Sebagian besar mahasiswa yang berangkat ke Thailand adalah mahasiswa FS. Namun sebenarnya, kesempatan KKNPPL Pengabdian di Thailand ini terbuka bagi seluruh mahasiswa UM, bukan hanya untuk FS. “Inikan kerja sama. Jadi, kita tidak bisa mendikte mitra. Kita harus menyesuaikan permintaan mitra,” ungkap Rektor UM periode 2015-2019 itu. Contoh lainnya adalah UM sebentar lagi akan menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Arab Saudi. Mereka akan melakukan pertukaran mahasiswa, dosen, dan melakukan penelitian bersama. Nantinya, mahasiswa yang akan berangkat tentu disesuaikan dengan kebutuhan mitra. “Jika kerja sama dengan Arab Saudi, berarti harus bisa berbahasa Arab,” terang Rektor UM. Namun, PPL-KKN-Pengabdian di Thailand ini merupakan pilot project dan harus ditanggapi dengan cepat. Maka dariitu, koordinasi lebih banyak di internal FS sebab mempunyai rumpun yang sama, yakni mengenai bahasa. Setelah program pertama ini sukses dilaksanakan, maka akan menggandeng seluruh fakultas di UM.
Ada enam belas mahasiswa UM yang akan melaksanakan KKN-PPL-Pengabdian di Thailand Selatan. Merekalah duta
perguruan tinggi Indonesia peserta KKNPPL- Pengabdian angkatan ke-4 2015. Keenam belas mahasiswa tersebut, yaitu Alfina Wardani (Pendidikan Bahasa Indonesia), Ryan Yuli Purnami (Pendidikan Bahasa Indonesia), Maslina Indriyan Sari (Pendidikan Bahasa Indonesia), Rofiatul Mukaromah (Pendidikan Bahasa Inggris), Zahrotul Khumairoh (Pendidikan Bahasa Arab), Rianil Afifah (Pendidikan Bahasa Inggris), Fitri Alfia Rahmawati (Pendidikan Bahasa Inggris), Ayu Septiana (Pendidikan Bahasa Inggris), Ervinda
Iskarima (Pendidikan Bahasa Inggris), Dyah Ayu A. (Pendidikan  Hikmat (Pendidikan Bahasa Arab), M. Nashi Huddin (Pendidikan Bahasa Arab), Sandhi Restiawan (Pendidikan Bahasa Jerman), Freddy Setyabudi (Pendidikan Bahasa Inggris), Ahmad Alamsyah (Bahasa dan Sastra Indonesia), dan Linda Afriana (Ekonomi dan Studi Pembangunan). Para mahasiswa tersebut melaksanakan KKNPPL- Pengabdian selama lima bulan, mulai 08 Juni 2015 hingga November 2015.
“Ini kesempatan baik. Bagaimana kalian bisa belajar hidup di negeri orang. Ini tidak mudah, tapi harus kuat dan menata diri,” ungkap Pak rektor. Rektor UM menjelaskan ada dua kendala yang akan dihadapi para peserta KKN-PPL-Pengabdian di Thailand Selatan, yaitu pertama culture shock pada satu atau dua bulan pertama PPL. Maka, para mahasiswa harus mempersiapkan diri apalagi yang tidak terbiasa jauh dari keluarga dan harus tahu pada siapa berkomunikasi ketika ada masalah. Kedua, kesulitan komunikasi. Sebab, Thailand merupakan darurat militer sehingga semuanya diatur oleh militer. “Kerja sama ini juga dimaksudkan untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN. Pembelajaran akan ditekankan pada bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan bidangnya. Hal ini juga untuk pengembangan orang Thailand yang ingin belajar ke Indonesia,” tambah beliau.
Rektor UM berpesan pada enam belas mahasiswa UM yang berangkat ke Thailand Selatan agar mereka selalu ingat bahwa ke sana bukan sebatas dirinya, tetapi juga nama UM dan nama Indonesia. “Tunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia memang hebat,” tuturnya. Pak Rofi’uddin juga menambahkan bahwa ini akan menjadi sejarah penting bagi hidup mahasiswa yang berangkat ke Thailand. “Ambillah pelajaran sebanyak mungkin agar bisa sukses dan lakukan yang terbaik,” pesannya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Pak Amran bin Ismail. “Ini kesempatan luar biasa,” tutur Amran. Peserta KKN-PPLPengabdian akan melaksanakan Ramadan dan Idul Fitri di negara orang. Amran
menegaskan bahwa pihaknya sangat membutuhkan bantuan para mahasiswa peserta KKN-PPL-Pengabdian. Masyarakat Thailand mayoritas beragama muslim dan menggunakan bahasa Melayu. Orang-orang pedalaman masih menganggap bahwa pendidikan tidak penting. Dalam pandangan mereka, perempuan takdirnya tetap, akan jadi istri orang dan akan tetap menyadap karet. Sering kali para siswa tidak mengerjakan PR di rumah karena tidak didukung oleh keluarganya.

Gambaran Umum Pelaksanaan dan Persiapan PPL-KKN-Pengabdian di Thailand
Keenam belas peserta KKN-PPLPengabdian tersebut akan ditempatkan di sekolah-sekolah di wilayah Thailand secara terpisah, bisa berbeda provinsi atau beda sekolah. Mereka tidak bisa memilih sehingga mahasiswa akan melaksanakan pengajaran dimana mereka ditugaskan. Tentunya, level sekolah ditentukan oleh pihak Thailand. Bisa saja mereka di sekolah tingkat SD, SMP, atau SMA. Mereka harus mengajar dan membuat sebuah kegiatan ekstrakurikuler sesuai kemampuan masing-masing mahasiswa. Para mahasiswa PPL
juga harus membuat laporan setiap selesa mengajar. Selain itu, setiap hari, mereka harus menulis laporan evaluasi yang mirip buku harian untuk disetorkan ke ma’had masing-masing.
Di sana, para peserta KKN-PPLPengabdian telah disediakan ma’had dan akan dijamin biaya hidupnya. Setiap bulan mereka akan mendapat uang sebesar 4.000 Bath atau senilai dengan Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00. Namun, menurut Pak Amran, segalanya masih harus disesuaikan dengan masing-masing sekolah yang ditempati para mahasiswa karena masing-masing sekolah memiliki kebijakan sendiri. Bisa jadi gaji tersebut diberikan secara
penuh tiap bulan atau bisa tiap minggu. Bisa jadi gaji yang diterima mahasiswa penuh sebesar 4.000 Bath, tapi bisa jadi akan dipotong untuk uang makan.
Menurut Ibu Utami, PPL kampus sudah dilakukan untuk seluruh mahasiswa yang terpilih untuk berangkat ke Thailand. Salah
satunya adalah mereka dibekali wawasan cross cultural understanding (lintas budaya) supaya tidak terjadi cultural shock di negeri orang. Ada juga pembekalan bahasa Thailand for survival yang diberikan oleh mahasiswa Thailand yang sedang melaksanakan program In Country di Malang. “Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana menyiapkan mental mahasiswa pada bulan Ramadan. Saya memberi dorongan dan dukungan kepada mahasiswa agar mereka belajar kultur Islam yang lain dan melihat Ramadan di negara lain. Semuanya harus diniati ibadah,” jelas
beliau.
Beliau juga sudah memandatkan seluruh ketua jurusan yang mahasiswanya terlibat di program ini agar para mahasiswa juga
diprogramkan penelitian skripsi disana. Hal ini dimaksudkan agar judul penelitian mereka yang mengangkat tentang studi Thailand menjadi nilai tambah bagi mereka. Sebab judul penelitian skripsi akan muncul di transkrip. Beliau juga sudah mengidentifikasi akan ada tiga kali visitasi ke Thailand oleh dosen UM, yakni untuk menyerahkan, memonitoring dan evaluasi, dan menjemput mahasiswa.

Harapan terhadap Program dan Keberlanjutannya
Rektor UM berharap para mahasiswa inibisa membuka tempurung dan menjadi penerang bagi penduduk Thailand. Pihaknya ingin meningkatkan kualitas kegiatan pendidikan dan penelitian di Thailand. Selain itu, juga untuk memperkenalkan budaya Islam antarnegara. Pak Amran menjelaskan alasannya memilih kerja sama dengan Indonesia, sebab Thailand dan Indonesia memiliki kedekatan bahasa dan budaya. Beliau menegaskan pada para peserta KKN-PPL-Pengabdian bahwa mereka akan banyak menemukan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan. Beberapa yang harus diperhatikan di antaranya perbedaan cara hidup, budaya, adat istiadat, dan kesopanan.
Begitu juga dengan Dekan FS yang berharap bahwa mahasiswa akan
mendapat banyak manfaat. “Semoga tidak ada statement negatif karena mereka pembuka jalan, yang akan menentukan apakah menjadi corong negatif dan positif,” harapnya. Beliau juga menambahkan agar keberlanjutan program ini menyeluruh untuk civitas akademik UM, yakni untuk visiting scholars, exchanging scholars, dan joint research.
Ketua Balai Bahasa dalam hal ini menyampaikan bahwa nantinya program seperti ini akan dilakukan selama dua kali. Selain itu, beliau akan terus mencari informasi kerja sama agar bukan hanya mahasiswa yang muslim saja bisa berangkat ke Thailand. Beliau juga ingin meningkatkan jumlah mahasiswa UM untuk mengakses ke luar negeri. “Bukan hanya mahasiswa luar saja yang kesini, tapi mahasiswa UM juga harus keluar negeri sehingga mereka punya pengalaman nyata tentang multikultural“. Beliau juga ingin mahasiswa siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN sehingga mahasiswa yang ke Thailand lebih bisa dewasa dan mandiri serta melihat perspektif Indonesia jauh lebih baik. Mereka harus mempunyai etos kerja yang lebih tinggi dan rasa menghargai yang lebih baik.
Kata Mereka
Linda, salah satu mahasiswa KKNPPL- Pengabdian Thailand Selatan dan satu-satunya mahasiswa di luar Fakultas Sastra mengaku seakan tak percaya bahwa ia bisa diterima PPL di Thailand. “Saya hanya mengikuti prosedur seleksi yang dilaksanakan oleh pihak kampus,” tuturnya. Linda mengatakan bahwa ia tak perlu memikirkan biaya karena sudah ditanggung oleh UM. Ia lebih fokus pada persiapan kesehatan dan beberapa bahan ajar yang akan digunakan ketika di Thailand. Mahasiswa FE itu berharap bisa memperoleh pengalaman yang luar biasa, terutama pengalaman mengajar di luar jurusannya. “Menurut saya, belajar layaknya mendayung ke hulu. Jika tidak maju, sama dengan terhanyut ke bawah. Hasil dari ilmu adalah tindakan nyata yang harus dilakukan, bukan sekadar pengetahuan yang hanya dikonsumsi sendiri,” pungkas Linda.
Begitu juga menurut Freddy Setya BS, mahasiswa pendidikan bahasa Inggris yang terpilih mengikuti program ini akan berusaha membawa nama baik UM pada saat di Thailand. Mahasiswa semester delapan yang aktif di Resimen Mahasiswa 805 UM ini mengikuti seleksi program di Thailand dengan tujuan ingin berdedikasi terhadap pendidikan yang terinspirasi dalam long life education. “Saya sudah mengikuti PPL tahun lalu, jadi untuk program ini saya memprogram KKN yang nantinya ditambah dengan mata kuliah karena program ini harus ekuivalen dengan lima belas SKS,” tambahnya. Ia juga bergelut di bidang training dan outbound sehingga harapannya bisa dibagikan untuk masyarakat disana.
Lain lagi dengan Maslina Indiyana Sari, mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah dengan minor BIPA ini mengikuti program ke Thailand salah satunya dengan tujuan agar ilmu yang ia dapatkan di BIPA bisa diterapkan secara langsung. Ia yang aktif di Teater Pelangi ini antusias dengan adanya program seperti ini. “Di sana salah satunya adalah mengajar bahasa Indonesia. Ini sangat sesuai dengan minor yang saya ambil. Di program ini saya ingin mengaplikasikan ilmu saya sekaligus mengabdi sesuai dengan kemampuan yang saya miliki, yakni teater,” pungkasnya.
Tanty/Yana