sunyaragi 2

Tamansari Gua Sunyaragi adalah salah satu benda cagar budaya dan peninggalan sejarah yang berada di Kota Cirebon. Gua Sunyaragi dapat pula disebut taman air Gua Sunyaragi, karena pada jaman dahulu kompleks gua tersebut di kelilingi oleh danau, yaitu Danau Jati. Selain itu, Gua Sunyaragi banyak terdapat air terjun buatan sebagai penghias gua tersebut. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian sejarah dari Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan, yang terdapat akulturasi tiga budaya (Jawa, Tiongkok, dan Eropa) dan tiga agama (Islam, Hindu, dan Buddha). Nama Sunyaragi sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata “Sunya” yang artinya sepi dan “Ragi” yang artinya raga, karena tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para sultan dan keluarganya.
Tamansari Gua Sunyaragi berlokasi di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, dengan koordinat 60 44’ 11” LS dan 1080 32’ 37” BT. Terletak sangat strategis, yaitu di jalan by pass Brigjen Darsono, atau jalan utama pantura Kota Cirebon. Dahulu Tamansari Gua Sunyaragi jauh dari pemukiman masyarakat, sehingga dijadikan sebagai tempat untuk bertapa atau sekedar mencari ketenangan jiwa di setiap lorong-lorong gua. Karena suasana di taman memang sepi dan jauh dari rumah masyarakat. Namun, sekarang telah beralih fungsi, karena di sekitar lokasi kompleks Tamansari Gua Sunyaragi telah banyak dibangun rumah pemukiman  warga yang padat. Saat ini Tamansari Gua Sunyaragi dibuka untuk umum dan menjadi tempat tujuan bagi para wisatawan sebagai daya tarik wisata budaya dan sejarah di Kota Cirebon. Wisatawan yang berkunjung pada umumnya wisatawan lokal, tapi tak sedikit pula wisatawan mancanegara.
Tamansari Gua Sunyaragi memiliki arsitektur bangunan yang indah dan unik mirip seperti candi yang dipenuhi dengan lorong-lorong sempit. Bangunan tersebut terbuat dari karang laut. Luas area Tamansari Gua Sunyaragi kurang lebih lima belas hektar. Kompleks Tamansari Sunyaragi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pesanggrahan
dan bangunan gua. Bagian pesanggrahan dilengkapi dengan serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah, dan dikelilingi oleh taman lengkap dengan kolam. Sementara itu, bangunan gua-gua berbentuk gunung-gunungan, dilengkapi terowongan penghubung bawah tanah dan saluran air. Bagian luar kompleks bermotif batu karang dan awan. Pintu gerbang luar berbentuk candi bentar dan pintu dalamnya berbentuk paduraksa. Induk seluruh gua bernama Gua Peteng (gua gelap) yang digunakan untuk bersemedi. Selain itu, ada Gua Pande Kemasan yang khusus digunakan untuk bengkel kerja pembuatan senjata sekaligus tempat penyimpanannya. Perbekalan dan makanan prajurit disimpan di Gua Pawon. Gua Pengawal yang berada di bagian bawah untuk tempat berjaga para pengawal. Saat Sultan menerima bawahan untuk bermufakat, digunakan Bangsal Jinem, akan tetapi kala Sultan beristirahat digunakanlah area Mande Beling. Sementara itu, Gua Padang Ati (hati terang), khusus tempat bertapa para sultan.
Selain itu, di kompleks Gua Sunyaragi terdapat dua pintu yang konon bisa menembus ke Mekkah dan Cina. Pintu tersebut berada pada dua celah yang didirikan dari susunan batu bata merah yang disebut pintu kembar. Pintu yang menuju Mekkah menggambarkan kultur Cirebon sebagai kawasan Islam. Sementara pintu yang menuju Cina, merujuk pada Putri Ong Tien, yakni salah satu putri Kaisar Cina yang jadi salah satu istri Sunan Gunung Jati. Pintu kembar tersebut tentunya digunakan pada jaman Kesultanan Cirebon dahulu.
Kompleks Tamansari Gua Sunyaragi sering diadakan festival dan event kebudayaan Cirebon dan sekitarnya, dengan menampilkan kebudayaan-kebudayaan asli Cirebon dan daerah sekitarnya. Event kebudayaan yang biasa diadakan di Tamansari Gua Sunyaragi, yaitu Gotrasawala Festival Cirebon dengan menampilkan berbagai kebudayaan Jawa Barat, khususnya kebudayaan Cirebon. Event tersebut merupakan event international, sehingga banyak wisatawan dan partisipan mancanegara.
Penulis adalah mahasiswa  Geografi