IMG_0773Waktu libur semester genap di kampus UM memanglah panjang. Lalu bagaimana jika liburan diisi sambil belajar? Siapa yang rela menyia-nyiakan kesempatan ini. Senin (22/06), UM ikut andil dalam Summer Camp di China, suatu event yang merupakan program pengenalan kebudayaan China yang diadakan untuk mempererat hubungan diplomatik dan persahabatan antara Indonesia dengan China. UM sebagai salah satu dari enam Pusat Bahasa Mandarin (PBM) di Indonesia mengirimkan 21 peserta dan sembilan peserta dari UMM. Lima PBM lain, yaitu Universitas Al Azhar Jakarta (UAI), UNESA, Universitas Hasanudin Makassar, Universitas Tanjungpura Pontianak, dan Universitas Kristen Maranatha Bandung masing-masing juga mengirimkan tiga puluh perwakilannya.
Awal keberangkatan, para peserta menuju ke UAI untuk mengikuti acara gathering, pengarahan, dan perbekalan (22-23/06). Di sini masing-masing PBM unjuk kebolehan. Bertemakan negara China, mereka menampilkan lagu, gemulai tarian, dan lain sebagainya. Setelah transit di Hongkong, akhirnya para peserta menapakkan kaki di Beijing (24/06). Dilanjutkan dengan kunjungan ke Imperial Palace dan Temple Of Heaven, Wangfujing. Esok harinya (25/06), mereka dirangkul dalam upacara penyambutan oleh Confucius Institute di kantor pusat, mengunjungi Tian’anmen Square dan Forbiden City, sebuah bangunan kekaisaran China.
Mereka melanjutkan berjalan-jalan di Tembok Besar China (26/06). Mereka menyusuri langkah demi langkah di setiap jalannya, tapi tidak sampai jauh mereka sudah kembali karena ada pepatah yang mengatakan “Hanya orang bodoh yang akan mencari ujung dari tembok tersebut”. Masih di hari yang sama, mereka mendatangi Water Cub dan Capital Museum.
Berangkat dari Beijing, tibalah rombongan UM di kota Guilin (28/06). Mereka tinggal di sebuah asrama milik Guangxi Normal University (GXNU). Setelah prosesi pembukaan, mereka melaksanakan ujian bahasa Mandarin untuk menentukan level mereka.
Membuka mata terhadap budaya asing memanglah menyenangkan. Namun perlu diingat sesuatu itu pasti ada baik buruk yang harus dipilah. Seperti pengakuan dari Andi Fikar Zaidan, mahasiswa Manajemen, “Hal yang saya tidak sukai adalah logat mereka yang keras, serta pengguna motor yang kurang sopan dan teratur”. Namun dibalik itu semua, yang saya kagumi dari budaya China adalah mereka tidak terlalu menerima budaya luar masuk ke negara mereka bahkan orang yang mengerti bahasa inggris pun terbatas. Walaupun begitu, negara China tumbuh menjadi lebih keren, mengembangkan, dan menjaga kelestarian budaya mereka, tetapi tetap bisa eksis di mata dunia”, kenang Marsya Aulia Rizkita, salah satu peserta dari Jurusan Manajemen.Maria