Oleh Rizky Imaniar Roesmanto

merindu2
Senja…
Jingga semburat magentaku perlahan sirna
Kelam…
Bulat rembulan temani hadirnya langit malam
Ngilu…
Organ dada kiriku mengerut pilu

Malam ketujuh di musim kemarau
Petak tiga berbanding dua meter tak lagi memukau
Kacau…

Paruh memekik lirih
Sengaja menandakan datang pagi yang diratapi
Ini pagi apakah dinanti?
Tidak.
Ini pagi, pagi yang terlanjur disesali

 

Merindumu

Rembulan membulat pancarkan sinar
Bintang benderang tergantung tegar
Di malam yang merangkak gelap
Tertidur wanita terindah dalam lelap

Malam ketujuh di musim kemarau
Terselip rindu yang semakin parau
Ibu…
Aku anakmu, izinkan mengucap kata satu-satu

Ibu…
Tersemat harapan,
Terbentang tak temu ujungnya jalan
Hitung mundur waktu denganmu
Semoga cukup membuat Ibu bahagia
Membuat Ibu merasa bangga

Di antara kening dan ubin beku
Selalu ku minta restu
Agar jalan membahagiakanmu
Tak ada sandungan batu

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia