Setelah melalui berbagai ujian dan proses seleksi yang luar biasa ketat, malam Grandfinal Pemilihan Campus Ambassador dalam rangka Dies Natalis UM yang ke-61 pada (15/10) lalu lahirkan duta kampus terpilih. Adisty Frisca Tarisca, mahasiswi Jurusan Sastra Jerman, terpilih sebagai Duta Kampus Putri 2015 dan pasangannya Randy Widi Prayoga, menjadi pemenang Duta Kampus Putra pertama yang berasal dari PP3 UM (sekarang sedang menempuh studi di Pascasarjana Jurusan Pendidikan Dasar UM).
Selain penampilan dan talenta yang tentunya tidak diragukan lagi, Duta Kampus kita memiliki keinginan masing-masing untuk berkontribusi secara nyata bagi The Learning University ini. Baik Adisty maupun Randy, keduanya ingin lebih menyelaraskan program-program sehingga lebih menyeluruh dan menggandeng ketiga kampus UM untuk ikut berpartisipasi di dalam semua kegiatan.
“Sebagai Duta Kampus saya ingin mendekatkan kedua kampus lainnya sehingga kegiatan UM juga dapat diikuti oleh mahasiswa di sana, dengan demikian tidak ada rasa diskriminasi dan tidak akan ketinggalan informasi”, ujar Adisty. Duta Kampus sekaligus sekretaris umum HMJ Sastra Jerman yang bercita-cita menjadi penerjemah itu mengungkapkan bahwa tantangan terbesar menjadi duta adalah banyak yang harus dikorbankan sehingga kontribusi tidak bisa dilakukan setengah-setengah. “Kita harus all out,” tambahnya.
Kemudian, bagaimana cara Duta Kampus untuk all out?. “Saya telah menemui ketua HMJ KKM PP3, membicarakan seputar kerja sama antara mahasiswa PP3 dengan Paguyuban Duta Kampus. Tindak lanjutnya nanti, kami dari paguyuban akan mengekspos tentang Duta Kampus pada mahasiswa PP3 dan PP2 UM”, terang Randy. Mereka berharap bahwa angka partisipasi mahasiswa PP3 dan PP2 dalam kegiatan seperti paguyuban nantinya akan lebih meningkat. Mahasiswa yang merupakan alumni Jurusan PGSD PP3 UM ini ingin Duta Kampus benar-benar menjadi pribadi yang dapat memberikan inspirasi, menjadi model, dan teladan bagi sesama mahasiswa, menumbuhkan kebanggaan mahasiswa sebagai insan akademis dalam kampus pendidikan ini.
“Dengan menjadi yang terhebat, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik. Tapi, dengan menjadi hebat dan menghebatkan sebanyak mungkin orang, rasanya akan lebih mudah untuk bisa mengubah dan membangun bersama”, tutup Randy.Catte