Tntutan mahasiswa adalah bagaimana menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di perkuliahan. Namun, nampak kesenjangan antara ilmu yang diajarkan di kampus dengan realitas kebutuhan masyrakat. Sehingga diperlukan jembatan yang mampu membuat kedua hal ini saling mendukung. Oleh karena itu, pada tahun 2001 pemerintah memunculkan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang merupakan pengembangan dari Karya Alternatif Mahasiswa (KAM) yang sudah ada sebelumnya. “PKM digulirkan oleh Kemen Dikti untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa di berbagai kegiatan dan strategi,” terang Wakil Rektor III UM.IMG_5062

Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed. juga menjelaskan, ada tujuh macam PKM. Pertama, disebut PKM lima bidang, terdiri atas PKM Penelitian, PKM Karya Cipta, PKM Pengabdian Masyarakat, PKM Kewirausahaan, dan PKM Teknologi. Kedua PKM Karya Tulis, terdiri atas PKM Gagasan Tertulis dan PKM Artikel Ilmiah.
Setiap tahunnya PKM memberikan euforia tersendiri bagi mahasiswa program sarjana maupun diploma. Karena inilah salah satu wadah mahasiswa untuk menerapkan ide kreatif untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, program kreativitas ini juga membekali kompetensi bermasyarakat untuk mahasiswa agar siap terjun dalam lingkungan sosial. Setelah berakhirnya Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-28 di Universtas Halo Uleo, Kendari (05-09/05), kini civitas akademik UM siap menyambut pendanaan PKM tahun anggaran 2016.

Track Record PKM UM

Dari data yang terekam oleh Kemahasiswaan UM selama tiga tahun terakhir, jumlah PKM yang didanai terus meningkat. Untuk anggaran tahun 2015, terdapat 192 yang lolos dan menempatkan UM pada peringkat kesembilan nasional. Jumlah ini naik dari total 187 pada tahun 2014 dan 110 pada tahun 2013. Tidak hanya berhenti pada pendanaan saja, sebanyak sembilan PKM lolos Pimnas pada tahun 2015, sepuluh PKM pada 2014, dan dua PKM pada tahun 2013. Memang jumlah proposal yang didanailah yang menjadi parameter keberhasilan PKM di UM. “Jadi kita melihat kesuksesan kita dari jumlah proposal yang didanai dan bagaimana peringkat kita dibandingakan dengan universitas-univesitas lainnya,” tutur Bapak Syamsul.
Setiap tim yang lolos dalam Pimnas akan diadu kembali secara nasional dengan merebutkan medali emas, perak, dan perunggu pada beberapa kategori. Selama dua tahun berturut-turut UM telah mampu membunyikan gaungnya pada ajang ini. Pada perhelatan Pimnas ke-28 tahun 2015 misalnya, kontingen UM berhasil menyabet dua medali emas dan satu medali perunggu sedangkan pada tahun sebelumnya mendapatkan satu emas dan satu perak.
Untuk tahun ini jumlah PKM yang meminta username dan password telah mencapai target yang telah ditetapkan rektorat, yaitu mencapai 3208 proposal. “Saya sangat senang karena tingkat partisipasi mahasiswa sudah mencapai angka tersebut,” ungkap WR kelahiran Malang itu. WR III juga mengaku senang karena peran fakultas sudah cukup efektif. Para pejabat pun sudah bekerja keras.

IMG_5037

Mendongkrak Kuantitas dan Kualitas PKM

Secara garis besar, usaha untuk mendongkrak kuantitas dan kualitas PKM UM meliputi tiga hal, yaitu penyiapan proposal, penyiapan pelaksanaan, dan penyiapan menuju Pimnas. Salah satu yang dilakukan UM, yaitu mewajibkan para mahasiswa terutama penerima beasiswa untuk menulis PKM. Untuk meningkatkan kualitas PKM, UM menggerakkan seluruh jajarannya. Pihak universitas menunjuk setiap fakultas untuk terlibat aktif. Masing-masing fakultas menyelenggarakan sosialisasi dan pemahaman cara menyusun PKM yang benar. “Narasumber sangat bagus, ada pertukaran pemateri antar fakultas di UM,” tutur Pak WR III.
Secara formal Wakil Rektor telah memberikan edaran surat kepada seluruh pimpinan fakultas untuk lebih menggerakan civitas akademik menyukseskan PKM. Harapannya semua jajaran rektor, dekan, ketua jurusan, hingga tingkat organisasi mahasiswa (ormawa) mampu berpartisipasi mendukung program peningkatan kualitas dan kuantitas PKM ini. “Saya menganjurkan agar HMJ dan BEM fakultas mampu mengumpulkan mahasiswa senior yang telah berpengalaman dalam PKM untuk dijadikan mentor,” ujar salah satu dosen Fakultas Teknik itu.
Hal ini dibenarkan pula oleh Drs. Solichin, S.T., M.Kes., ketua Tim Penalaran UM. “Ada trik baru untuk memenangkan PKM, yaitu top-down,” ungkapnya. Rektor telah membuat kontrak kerja agar para dekan dan ketua jurusan serta seluruh ormawa menjaga komitmen untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas PKM UM. Selain itu, menurut Pak Solichin, para dosen juga dapat berpartisipasi aktif mendongkrak kuantitas dan kualitas PKM UM dengan memberikan tugas di kuliahnya. Para dosen menjadikan PKM sebagai syarat para mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian matakuliahnya. Dengan demikian, PKM yang masuk tentu bertambah banyak. “Ini merupakan trik yang luwes sehingga lama-lama mahasiswa akan terbiasa menulis PKM, meskipun awalnya terpaksa,” tutur Ketua Prodi Teknik Mesin itu.
Setiap tahun, Tim Penalaran UM memberikan sosialisasi format penulisan PKM yang terbaru. “Setiap tahun mesti ada yang beda,” ungkap Pak Solichin. Tidak hanya berhenti dalam sosialisasi. Dalam upaya menyiapkan PKM yang telah didanai untuk monitoring dan evaluasi (monev) eksternal, maka dilakukan monev secara internal oleh tim penalaran UM. Di sinilah mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengutarakan kendala-kendala selama implementasi proposal mereka. Tim penalaran juga berusaha meningkatkan kualitas artikel ilmiah yang merupakan syarat untuk pelolosan ke Pimnas. “Target kita kan memperbanyak jumlah PKM yang lolos Pimnas,” ujar Pak Solichin.
Para mahasiswa yang lolos ke Pimnas berkesempatan untuk dibimbing dan dikarantina. Mereka dilatih teknik berbicara di depan umum, cara membuat powerpoint yang baik, dan cara membuat poster. Bahkan persiapan mental dari kontingen yang akan berangkat juga dilakukan selama karantina. Selain itu, juga didatangkan senior dan juri Pimnas untuk memahami kriteria penilaian di sana.
Menurut keterangan WR III, mahasiswa yang berhasil mendapatkan peringkat dalam Pimnas akan mendapatkan dana pembinaan dan pembebasan biaya SPP selama satu semester. Kebijakan ini secara resmi telah disahkan melalui SK Rektor dan telah dilaksanakan. Tidak hanya untuk Pimnas saja, penghargaan ini juga berlaku untuk semua kompetisi nasional yang diadakan oleh lembaga yang kredibel. Bagi mahasiswa, sertifikat yang didapatkan ketika mengikuti Pimnas juga diperhitungkan melalaui sistem poin untuk pemilihan wisudawan terbaik bidang nonakademik.
Apresiasi kepada dosen yang berpartisipasi membimbing PKM juga diberikan oleh UM. Tidak secara langsung, namun melalui sitem remunerasi. Penghargaan ini sedang dirancang dengan sistem bertingkat. Di mana membedakan antara dosen yang membimbing penyusunan proposal, implementasi proposal, dan persiapan memasuki Pimnas. Bahkan apabila mahasiswa yang dibimbing mampu lolos ke Pimnas, maka pembimbing dapat ikut serta mendampingi dengan biaya ditanggung penuh oleh Kemenristek Dikti. “Pemberian ini memang wajar dan rasional, namun supaya adil diberikan tahapan,” jelas WR III.

 

Kendala

“Pak Syamsul tegas, harus tanda tangan sendiri,” ujar beliau dengan mantap. Pihaknya enggan memberikan tanda tangan stempel untuk PKM karena akan ditelusuri oleh pusat dan bisa saja proposal PKM tidak lolos seleksi administrasi jika ditemukan tanda tangan stempel. “Saya tidak pernah menunda tanda tangan, dan ini sebagai apresiasi saya kepada mahasiswa yang telah bersusa payah menyusun proposal dengan sebaik-baiknya”, tambah dosen yang pernah menempuh studi S2 di Australia ini. Namun, jika dibenturkan dengan persoalan deadline, WR III menjelaskan bahwa semua pihak di kampus sudah melayani para mahasiswa dengan baik. Hanya saja mahasiswa yang suka meminta tanda tangan di akhir batas pengumpulan. Hal ini tidak sepenuhnya lancar. Sebab, para mahasiswa sering kali melakukan kesalahan format PKM, misalnya penulisan nama, gelar, dan NIP atau kop UM dan kop Kemenristek Dikti.
Peran serta fakultas juga telah dikerahkan maksimal untuk menangani masalah ini. Berkaca pada tahun lalu, mahasiswa selalu memadati gedung kemahasiswaan untuk meminta tanda tangan dan username. Tak pelak antrean panjang terjadi. Namun, untuk sekarang, mahasiswa dipermudah dengan cukup membawa proposal ke subbag kemahasiswaan. Selanjutnya, proses akan diteruskan oleh staf dari masing-masing fakultas.
“Last minute mentality harus diubah,” tegas Pak Syamsul. Selain pada hal-hal administratif yang tak terduga, hobi mengumpulkan di jam-jam terakhir ini berdampak pula pada sulitnya mengunggah PKM. Saking banyak yang mengunggah PKM di seluruh Indonesia, biasanya internet lemot. Pak Solichin mengungkapkan hal yang sama dengan Pak Syamsul. Pak Solichin menambahkan, kendala lain yang muncul, yaitu dosen kelebihan kapasitas. “Terkadang dosen lupa sudah menandatangani berapa PKM sehingga jika lebih dari sepuluh, maka PKM mahasiswa tak dapat diunggah,” terang Pak Solichin.
Pak Solichin juga menerangkan, Tim Penalaran UM sering kali menjumpai mahasiswa yang tiba-tiba menghilang padahal PKM-nya didanai. Menurutnya, barang kali itu terjadi karena si mahasiswa membuat PKM asal-asalan untuk menggugurkan kewajiban. Tetapi, ternyata ada rezeki untuk mahasiswa sehingga bisa didanai. Karena niat membuat PKM yang masih kurang itu, maka mahasiswa pun malas mengimplementasikan PKM-nya.
Hal-hal di atas juga dipaparkan oleh Choirunnisa Ristanty, mahasiswa Sastra Inggris yang telah dua kali lolos ke Pimnas. Tanty mengungkapkan beberapa kendala yang pernah ia alami selama menulis PKM hingga lolos Pimnas. Dari segi administrasi, Tanty mengaku bahwa di UM masih rumit. “Jika berkaca dari perguruan tinggi lain, UM belum ada gerakan masif dari tingkat yang paling rendah, misalnya HMJ,” keluhnya. Ia sering bolak-balik mencari tanda tangan para pejabat kampus dan belum tentu mereka ada di tempat. Tanty juga mengeluhkan terbatasnya jumlah dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Bagi mahasiswa baru, menurutnya, perlu ada sosialisasi cara memilih dosen pembimbing PKM dan bagaimana cara menghubungi dosen yang baik dan benar.

IMG_4998
Gadis yang juga merupakan Mawapres II UM ini mengeluhkan greget mahasiswa UM yang masih kurang. Menurutnya, para mahasiswa UM masih banyak yang tidak mau menulis PKM. Jika demikian, kuantitas dan kualitas PKM UM akan sulit meningkat. Tanty pun merasa penghargaan dari kampus masih kurang. “Harus ada modal, booster, dan iming-iming untuk menarik minat mahasiswa agar bersemangat,” katanya.
Secara pribadi, Tanty menyesalkan pengalamannya. Bahwa menurutnya relasi mahasiswa masih kurang sehingga mereka berkelompok membuat PKM dengan teman-teman sejurusan. “Seharusnya ada mix and match,” tutur gadis asal Banyuwangi itu. Tanty mengambil contoh kelompoknya sendiri. Ada mahasiswa Desain Komunikasi Visual, mempunyai karya bagus tapi lemah di kepenulisan. Maka, mahasiswa ini menggandeng jurusan lain yang dapat membantunya menuangkan ide dalam tulisan. Selain itu, rata-rata persiapan dan planning kelompok masih kurang maksimal, juga tidak ada job description yang jelas antar anggota.
Dalam proses pengajuan PKM, satu dosen hanya diperbolehkan untuk mem­bimbing sepuluh proposal. Lebih dari itu, maka sistem akan otomatis menolak proposal yang kesebelas. Masalah inilah yang diindikasi sebagai penyebab banyaknya proposal yang tidak terunggah. WR III juga menyadari bahwa terdapat beberapa jurusan dengan jumlah pengusul melampaui jumlah dosen yang tersedia. “Sebenarnya masih terbuka kemungkinan untuk meminta pembimbing dari jurusan lain dan dapat dikoordinasi di tingkat fakultas. Bahkan diperbolehkan pembimbing dari fakultas lain. Asalkan mahasiswa mau berkoordinasi dengan baik,” ungkapnya. Walaupun di sisi lain berisiko bimbingan tidak dilakukan oleh orang yang berasal dari bidang ahlinya. Namun, belajar dari universitas yang sudah berpengalaman dalam PKM, bahwa secara formal tercatat mungkin satu dosen pembimbing, namun diskusi dapat dilakukan dengan siapa saja.

Tips-tips

Proposal menjadi aspek penting dalam pengajuan program PKM. Dr. Mistaram, M.Pd. selaku juri PKM berpesan agar mahasiswa benar-benar memahami format penulisan PKM yang baik dan benar. Ia juga mengutarakan, ada beberapa detail yang harus diperhatikan. Misalnya untuk bidang pengabdian masyarakat, sasaran yang dituju harus benar-benar real dan membutuhkan bantuan. Selain itu, mahasiswa harus mengembangkan pengabdian dari hal-hal yang sedang menjadi trend sebagai ide yang menarik untuk diangkat. “Sekarang yang sedang ramai pakaian lukis,” ungkap Pak Mistaram.
Menurut Pak Mistaram, sering kali proposal lemah dalam luaran yang kurang rinci dan matang. Selain itu, duplikasi ide juga sering muncul. Selama dua puluh tahun perjalanan PKM, gagasan-gagasan yang sama sering kali tidak dimodifikasi dengan baik. “Hal ini mengindikasikan pikiran mahasiswa masih sempit. Sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan membaca banyak referensi,” jelas dosen Desain Komunikasi Visual itu.
Setelah proposal PKM diunggah, maka reviewer akan melakukan penilaian dan akhirnya pengumuman proposal yang lolos pendanaan. Hal yang ditekankan pasca pengumuman adalah pelaksanaan dengan sebaik-baiknya bagi proposal yang diterima. Teknik membagi waktu dalam implementasi merupakan kunci kesuksesan dari Pimnas. “Pengalaman saya, setelah pengumuman, langsung dilaksanakan. Masalah dana bisa diatur. Jika semua data sudah lengkap dan rinci, maka pemonev akan tersenyum dan berkata bagus,” terang Pak Mistaram. Selama menjadi pemonev, ia paham betul dengan mahasiswa yang telah benar-benar menyelesaikan pengerjaan PKM atau mahasiswa yang belum menyelesaikan PKM-nya. “Biasanya yang ragu-ragu atau banyak bicara itu belum selesai,” tambahnya. Sebagai kriteria pelolosan ke Pimnas, nilai dari monev akan dipadukan dengan nilai proposal.
Dalam Pimnas, peserta akan diminta untuk mempresentasikan hasil dari gagasan mereka. Menurut Pak Mistaram yang sudah menjadi juri selama empat belas tahun, presentasi di Pimnas harus dipersiapkan dengan maksimal. Hal itu karena Pimnas merupakan kompetisi yang bertaraf nasional. Tipsnya adalah tampil dengan sepercaya diri mungkin. Tidak hanya presentasi yang diperlombakan, namun juga poster. “Kelemahan ketika penilaian poster adalah tidak semua dosen mempunyai jiwa artistik. Padahal aspek poster itu terdiri dari unsur artistik, ilmiah, dan estetik. Jadi panitia bisanya selalu menempatkan dosen seni pada setiap kelas untuk menilai itu,” ujar laki-laki yang mempunyai empat anak itu.
Di sisi lain, Pak Solichin menyampaikan, ide kreatif penyusunan PKM dapat berasal dari berbagai hal. “Browsing karya-karya PKM dari ITS maupun UGM. Kita bisa melihat mereka hidup dari PKM,” tutur Pak Solichin. Selain itu, ide kreatif juga bisa didapat dari peristiwa terkini yang ada di masyarakat serta kemajuan teknologi. “Kuncinya adalah mengembangkan ide-ide dari disiplin ilmu masing masing,” ungkapnya. Ia juga menekankan bahwa dalam penyusunan proposal PKM, kolaborasi antarjurusan sangat penting. Jadi, tidak ada alasan utuk mahasiswa mempunyai ide, tetapi tidak mampu menerapkannya. Menurutnya, hal ini akan lebih mudah dengan adanya tim penalaran dari tingkat fakultas maupun jurusan yang berkoordinasi dengan tingkat universitas.
Sumber ide kreatif juga disampaikan oleh Tanty. “Carilah isu yang mutakhir, teknologi yang belum ada, aplikatif simple, tapi punya dampak besar,” tutur gadis yang hobi memasak itu. Tanty juga menyarankan agar mahasiswa yang hendak menulis PKM untuk membaca judul-judul yang masuk Pimnas. “Suplemen utama adalah koran, buku, dan bencana alam,” kata Tanty.

IMG_5049

Pengalaman Membuat Proposal

Purbarani, salah satu mahasiswa Sastra Indonesia mengaku malas membuat PKM karena ribet. “Belum lagi jika tidak cocok dengan teman kelompok, bingung mencari ide yang kreatif, terkendala tugas-tugas kuliah, dan ribet ketika mengunggah PKM,” keluh Rani. Mahasiswi asal Blitar itu mengaku sebenarnya ingin aktif dan rajin membuat PKM. Namun, karena pengalaman ribet yang pernah dialami, ia jadi jera. “Pernah harus bolak-balik nge-print, naik-turun Gedung A3 padahal itu menyita banyak waktu kuliah,” tuturnya.
Sementara itu, menurut salah satu mahasiswa Matematika, Barkah Miladina, ia mengaku belum mampu membuat proposal PKM karena tidak menemukan ide. Walaupun ia paham bahwa PKM merupakan ajang untuk pengembangan diri melalui penerapan ide dalam kehidupan nyata. Pengetahuan Mila mengenai bagaimana menulis PKM ia dapatkan dari seminar dan publikasi yang rutin dilakukan oleh kemahasiswaan FMIPA setiap tahunnya. Namun, publikasi pihak fakultas nampaknya belum disambut baik oleh mahasiswa. Menurut keterangan mahasiswa asal Madura ini, minat teman-temannya masih kurang. Walaupun demikian, ia selalu mempunyai keinginan untuk terlibat dalam PKM. “Kalau keingginan selalu ada,” paparnya.
Berbeda dengan Purbarani dan Mila, Tanty lebih semangat berkarya di bidang PKM. “Ada kebanggaan tersendiri ketika bisa berjuang dan dihargai,” ungkap Tanty. Bagi Tanty, tidak semua orang berkesempatan mengikuti ajang prestisius seperti Pimnas. Selain itu, Tanty hanya berusaha mengabdi, membuat PKM dan yang paling penting selalu berekspektasi nol. “Jangan berharap menang, tapi optimis bisa selesai dan memberi yang terbaik,” ungkapnya.
Setali tiga uang dengan Tanti, Mustofa Yusuf, mahasiswa Biologi, telah mengajukan empat proposal PKM. Ia mulai menjajal setelah dikenalkan dan diajak oleh kakak tingkatnya dalam satu jurusan. Selain itu, pengalaman memenangkan kompetisi karya ilmiah membuatnya semakin bersemangat untuk berkarya. Yusuf ingin meninggalkan kenangan yang baik selama kuliah melalui PKM. Tidak hanya dukungan dari senior saja, Yusuf mengaku fasilitas yang disediakan oleh jurusan sangat baik. Menurut pengalamannya, baik ketua jurusan maupun dosen sangat membantu melalui ketersediaan konsultasi dan kemudahan keperluan administrasi. Targetnya untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan secara massal dalam meningkatkan mutu pendidikan. “Saya ingin mengajak orang lain bermanfaat lewat menulis,” jelas pengurus HMJ Biologi itu.

Harapan
“Target kita, yaitu dua kali dari tahun lalu dan sudah terdistribusi untuk semua fakultas,” ungkap Pak Syamsul. Ia menjelaskan, para dekan di setiap fakultas juga telah menentukan targetnya sendiri. Jika UM ingin mencapai 380 proposal dengan perkiraan satu banding sepuluh proposal yang didanai. Maka diperlukan sekitar 3.800 proposal yang seharusnya sudah terunggah. Namun, ke­­nyataannya hanya 2.689 proposal yang berhasil diunggah. “Tetapi, perhitungan satu proposal yang diterima dari sepuluh itu ke­mungkinan paling buruk,” jelasnya.
Menurut Pak Syamsul, Rektor UM berharap tahun 2016, UM bisa lebih banyak masuk Pimnas dan masuk tiga besar. Pak Syamsul juga menjelaskan, PKM masih menjadi salah satu kegiatan kemahasiswaan yang sangat diperhitungkan. Pengalaman selama mengadakan recruitment perusahaan di UM, beberapa perusahaan mengutamakan mahasiswa yang telah menjuarai PKM.
“Partisipasi mahasiswa saya harapkan,” tuturnya. Pak Syamsul memberi motivasi, PKM bermanfaat untuk mahasiswa sendiri dan untuk UM agar menjadi kampus unggul dan jadi rujukan seperti tertera pada visi UM. Pak Syamsul berharap, pimpinan dan ormawa bersama-sama menciptakan suasana akademik yang sehat. “Para dosen hendaknya juga membantu mahasiswa, menyisihkan sebagian ide penelitiannya untuk PKM,” ungkap Pak Syamsul.
Pak Solichin menambahkan motivasi dari Pak Syamsul, hendaknya mahasiswa membelokkan hobi-hobinya ke PKM. “Mahasiswa harus bisa menciptakan ide dari disiplin ilmu masing-masing,” pesan Pak Solichin. Pak Solichin gigih kebiasaan harus diciptakan. Beliau berharap mahasiswa secara habit memahami PKM sebagai keharusannya. “Harus banyak yang didanai agar beasiswa banyak yang mengalir,” kata Pak Solichin. Kemudian pemerataan PKM disemua fakultas juga harus di tingkatkan. Jika pada tahun sebelumnya hanya didominasi oleh FT dan FMIPA, harapannya dengan ikut terlibatnya pihak-pihak fakultas maupun jurusan dapat membantu dalam hal ini.
Pak Mistaram pun berpesan agar mahasiswa membuka kartu sadar. “Hidup dan kehidupan kadang sulit. Tapi, kalau kita mau melihat sekitar, kita akan menemukan jalan,” pesan Pak Mistaram. Beliau juga menambahkan, hendaknya manusia semakin memahami Allah dan tidak lupa bersyukur. Selain itu, secara nasional, semuanya berpacu dalam prestasi secara sehat. “Jika jadi pemimpin, kita akan tahu persis yang bermanfaat dan yang tidak,” pungkas dosen asal Trenggalek itu.Yana/Ajrul