Di akhir periode masa bakti tahun 2015, BEMFA Sastra menghadirkan serangkaian acara Karnaval Sastra (Kanvas) pada (29/11) dan (03-03/12). Acara tersebut meliputi Kanvas Nada-Kata-Raga, talkshow, dan Mahastra dengan mengangkat tema “Warna Gema Saraswati”. _MG_0967

Warna melambangkan keragaman, seperti halnya FS yang memiliki lima jurusan dengan kemampuan, bakat maupun kebiasaan yang beragam. Selanjutnya, gema diartikan sebagai gaungan. “Karena selama ini FS dikenal dengan gemanya di setiap acara. Jadi kalau setiap anak Sastra membuat acara pasti menggema dan terdengar,” ujar Kukuh Patu Muslim selaku Ketua Pelaksana. Sementara itu, “saraswati” adalah landasan atau acuan untuk membuat sebuah karya. Sebab “sasraswati” telah menjadi icon sastra yang dikenal sebagai sosok dewi kesenian, keindahan, kecerdasan, dan sastra. “Agnes Davonar menjadi jawaban sebagai pengisi talkshow karena memenuhi sifat Dewi Saraswati,” tambah laki-laki jurusan seni dan desain tersebut.
“Warna cerita sedih bukan melulu tentang hal yang menyedihkan.” Kutipan tersebut adalah cuplikan talkshow yang diselenggarakan di Sasana Budaya pada Jumat (04/12) dengan pembicara Agnes Davonar, penulis enam belas novel yang banyak diadaptasi ke layar lebar hingga sinetron. Beberapa karya yang masih melekat dibenak kita adalah Surat Kecil untuk Tuhan, Ayah Mengapa Aku Berbeda?, dan My Idiot Brother. Genre cerita yang dihasilkan kebanyakan adalah cerita sedih. Sebenarnya hal ini merujuk pada tren orang Indonesia yang lebih menyukai cerita sedih. Seperti yang diungkapkan bahwa cerita sedih bukanlah cerita yang menyedihkan. Tetapi, cerita sedih yang memiliki warna. Warna tersebut membuat kita lebih bersyukur dan menghargai hidup sehingga cerita yang diangkat selalu memberikan inspirasi.
Perkembangan sastra mengikuti perkembangan zaman masa kini. Dilihat dari bahasa yang digunakan di dalam novel sangat beragam dari bahasa yang baku hingga bahasa gaul atau komunikatif. Novel-novel Agnes lebih memperhatikan target pembaca. Jadi, bahasa yang digunakan dalam ceritanya akan disesuaikan. Wanita yang mengawali karirnya dari blogger ini juga mengatakan jika penulis cerita menulis sesuatu dengan hati maka, orang akan membaca dengan hati pula dan jika hanya iseng maka orang akan membacanya demikian. Seorang penulis juga tidak boleh egois jika ingin tulisannya berkembang dan harus giat membaca karya orang lain. “Untuk menjadi penulis lihatlah dirimu dulu, lingkunganmu, tetaplah menjadi dirimu, dan selalu melakukan riset,” ujar pecinta buku biografi tersebut.
Sebelumnya pada Minggu (29/11) telah dilaksanakan Karnaval Sastra di Jalan Ijen. Menampilkan kolaborasi mahasiswa FS dari potensi-potensi yg ada. Berbeda dari tahun sebelumnya karnaval diikuti oleh peserta dan panitia dengan mengenakan topeng malangan. Sedangkan untuk tahun ini lebih fokus dan meriah di dalam kampus selain juga mengeksplor acara di luar kampus. Terbukti dengan adanya rangkaian acara karnaval nada-kata-raga yang dilaksanakan di kampus UM pada Jumat (04/12). Uniknya acara ini dilaksanakan di tiga tempat berbeda, yakni KOPMA, FIP, dan Gedung H5. Penempatan panggung disesuaikan dengan animo massa dan letak yang strategis. Setiap tempat dibagi sesuai dengan tema seperti KOPMA yang menyediakan panggung nada, FIP untuk panggung raga, dan Gedung H5 sebagai panggung kata. Meskipun pada praktiknya di panggung nada dapat memasukkan pengisi dari raga maupun kata dan itu berlaku untuk semuanya.

DSC_1035
Penamaan nada diartikan sebagai musik sehingga di panggung nada akan lebih banyak menunjukkan karya seni musik. Lain halnya dengan panggung raga yang lebih dominan menampilkan tari dan seni raga lainya. Sedangkan untuk kata lebih pada pembacaan puisi. Jika ditinjau dari kata “Gema” karnaval ini lebih menonjolkan mahasiswa dari FS untuk mengisi setiap panggungnya, tapi juga tidak menolak jika fakultas lain ingin ikut bersastra. Buktinya perwakilan dari FT juga ikut memeriahkan panggung kata.
Mahastra merupakan puncak acara Kanvas pada Jumat (04/12) yang digelar di Sasana Budaya menampilkan perpaduan nada-kata-raga. Dikemas menjadi pertunjukkan kesenian yang apik dan bernilai seni tinggi. Mewakili nada dan kata, Leo and friends menampilkan musik melalui puisi atau musikalisasi puisi. Terdapat kesenian tari emprak dan teater yang juga dipertontonkan. Teater yang disutradarai oleh Muhammad Zaeni, S.S., M.Pd mengusung tema tentang mencari sosok perempuan yang berwawasan tinggi, berpengetahuan luas, cerdas, daya cipta yang tinggi, dan memesona sebagai kodrat perempuan seperti sosok yang ada di diri Dewi Saraswati dengan judul “Judheg A Quest for S”. “Namun itu sulit di zaman sekarang. Karena yang ada sekarang cenderung cantik fisik. Adapun ada yang cerdas, tapi fisik cenderung tidak menarik,” ujar laki-laki penulis naskah tersebut.
Kebanggan FS yang menjadikan gaungannya terdengar adalah keseriusan dalam melakukan persiapan sebuah acara atau kegiatan. Meskipun persiapan acara kurang dari satu bulan, tapi masih dapat maksimal dengan menyelesaikan semua properti. Semuanya adalah karya seni dari mahasiswa sastra mulai dari background panggung, dekorasi, setting, dan tata panggung dibuat unik dan semenarik mungkin. Terus berkarya dan berkelakar dengan gema yang membahana di rengkuhan rimba kata.Iven