Sebab kehancuran generasi Qurani adalah menghafal, tetapi tidak memahami artinya. Ungkapan inilah yang menimbulkan kekhawatiran kaum muslim di era modern. Minggu (20/03) Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) menyelenggarakan Seminar, Testimoni dan Praktik (Semantik) Metode Tahfidz Quran Tematik (TQT) bersama Lailatul Fithriyah Azzakiyah S.H.I., M.PdI. Acara diadakan di Aula Gedung E1 Lantai II Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Dihadiri Ketua Jurusan Dr. Ach. Rasyad, M.Pd. dan pembina Konsentrasi Manajemen Pelatihan, Edi Widianto S.Pd., M.P.d. Peserta datang dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, guru, orang tua, dan segenap tenaga pendidik. _MG_3868
“Saya awalnya kebingungan membimbing anak saya dalam menghafal Alquran karena mereka merasa kesulitan,” jelas Lailatul Fithriyah Azzakiyah, penggagas Metode Tahfidz Quran Tematik (TQT). Sesuatu yang sulit untuk didapatkan secara keseluruhan, bukan berarti harus ditinggalkan. Metode ini mampu memberikan alternatif menghafal Alquran dari surat yang mudah dengan cara yang menyenangkan. Ayat-ayat yang terdapat dalam banyak surat dikumpulkan terlebih dahulu untuk dirumuskan dalam satu tema khusus. Misalnya kisah nabi, orang shaleh, kejadian alam, kisah alam hingga berhubungan dengan tata krama dan pergaulan masyarakat dan sosial. “Saya hanya menerapkan metode ini pertama kali pada anak-anak saya dan alhamdulillah sudah berjalan kurang lebih lima belas bulan,” ujar Lailatul yang merupakan pendidik di SD Aisiyah Malang.
Menjaga keotentikan Alquran salah satunya dengan menghafal. Mindset berkata sulit maka yang terjadi akan sulit, demikian pula sebaliknya. Diperlukan pemahaman orang tua untuk mengenali tipe belajar anak sehingga metode yang diterapkan dapat disesuaikan. “Selain menggunakan tema dapat juga dengan memasangkan ayat-ayat dalam Alquran menyerupai puzzle,” tambah Lailatul. Menghadirkan cara yang tidak biasa pada anak akan membangkitkan semangat dalam mempelajari hal baru.
Sesuatu yang tidak bisa didapatkan secara keseluruhan bukan berarti harus ditinggalkan. Kesibukan orang tua dan segudang aktivitas sehari-hari pun kerap menjadi akar permasalahan dalam membimbing anak untuk dekat dengan Alquran. Tak heran jika terkadang anak lebih memilih bercengkerama dengan canggihnya teknologi. Orang tua memiliki peranan penting untuk mencetak generasi beradab melalui keteladanan sikap dan juga hati dari pada sekedar perintah.Maulani