Oleh Wida S. Purnama

Sinar mentari mulai membelah riak ombak lautan. Mesin speed pun dinyalakan. Pagi ini kami bergegas memulai penjelajahan bahari di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. “Surganya Papua” demikianlah orang-orang menjuluki tempat itu. Tak lama kami bersiap-siap, speed pun mulai berjalan di atas ombak yang tenang. Lautan dan langit yang biru memanjakan mata kami selama perjalanan. Ikan-ikan kecil sesekali melompat-lompat seolah mengucapkan “Selamat Datang”.
Wisata Raja Ampat harus dinikmati dengan berlayar. Sebab, antara satu destinasi ke destinasi lainnya terpisah-pisah oleh selat-selat kecil. Harga sewa speed adalah Rp. 5.000.000,-/hari. Lengkap dengan BBM, pemandu, dan pengemudi. Satu buah speed mampu menampung 7 hingga 10 orang. Jadi hukum pertama berwisata di Raja Ampat ialah makin banyak teman maka semakin murah.

BUKIT BINTANG
Dua jam berlayar dari Distrik Waisai, kami pun tiba di tujuan pertama yakni resort dengan nuansa perkampungan pesisir khas Papua Barat. Sawinggray namanya. Tempat ini merupakan salah satu penangkaran ikan dan karang laut. Dermaga yang eksotis dengan ikan-ikan kecil berwarna-warni dapat dinikmati hingga puas di sini. Kita diperbolehkan juga memberi makan ikan-ikan tersebut.

ARBOREK
Puas berfoto-foto dengan nuansa etnis di Sawinggray kami pun melanjutkan pengembaran. Ini dia tempat yang bernuansa khas Raja Ampat. Gugusan pulau-pulau berbukit dengan laut biru menawan adalah pemandangan Raja Ampat yang dikenal dunia. Ada dua tempat di Raja Ampat yang menyuguhkan panaroma itu. Wayag dan Piaynemo. Karena Wayag terlalu jauh dari tempat kami menginap di Waisai, kami pun akhirnya memilih destinasi Piaynemo. Memasuki kawasan wisata ini setiap speed dikenakan retribusi Rp. 300.000,-

IMG-20160925-WA0029
Suguhan pertama dari Piaynemo adalah dermaga di atas laut yang memanjang. Kemudian kita diarahkan menuju salah satu bukit yang dinamakan Bukit Bintang. Mental dan alas kaki yang kuat adalah persiapan yang wajib untuk menjelajahi tempat ini. Kita manaiki bukit kecil dengan medan bebatuan karang yang tajam dan licin. Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mendaki bukit tersebut. Namun ketika sampai di atas bukit, semua perasaan gemetar dan rasa lelah dibayar tuntas oleh pemandangan teluk yang menawan. Teluk berbentuk bintang berwarna biru dan bekilauan dapat dinikmati dari atas bukit. Kami langsung memanfaatkan momen untuk mengambil gambar sepuasnya.

PASIR TIMBUL
Usai mendaki Bukit Bintang kami langsung menuju tempat yang kami idamkan sejak awal. Piaynemo. Ratusan tangga adalah kenyataan pahit yang harus kami alami demi memperoleh lanskap Piaynemo seperti di televisi-televisi. Jika dapat berjalan cepat, jalanan anak tangga ini dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Napas kami tentu sudah senin-kamis tak terkondisikan. Namun, wow! Sampai di puncak kami benar-benar terpana. Kami pun saling cubit satu sama lain dan bertanya, apakah kami masih ada di bumi? Pemandangan yang luar biasa menawan terpampang di hadapan kami.

PASIR TIMBUL 2
Keindahan Raja Ampat belum afdol kalau belum menyelam dan menikmati panorama bawah lautnya. Arborek adalah salah satu pulau kecil dengan pantai yang selalu digunakan untuk snorkelling dan diving. Lepas dari Piaynemo kami menuju Arborek untuk menjelajah wisata bawah laut di Raja Ampat. Perlengkapan snorkelling pun disiapkan. Kami langsung mengarungi tepi pantai dan asik sendiri-sendiri dengan hal-hal yang kami lihat di bawah. Ada ikan-ikan yang sembunyi di antara bebatuan karang.  Ada pula koral-koral anekawarna yang indah. Tumbuhan-tumbuhan laut yang belum pernah kami saksikan pun kami dapati di sana. Semuanya masih alami dan begitu dijaga oleh penduduk setempat.

PIAYNEMO2
Sudah sedemikian terkesima kami dengan panorama bawah laut Arborek, Raja Ampat masih saja punya destinasi surgawi lain. Ya, selepas dari pantai Arborek kami berlayar menuju Pantai Pasir Timbul. Sesuai namanya, pantai ini memang benar-benar unik. Pantai ini akan hilang ketika air laut pasang. Kemudian akan muncul saat laut mulai surut. Jadi ketika malam pantai ini lenyap tertutup air laut. Meski namanya demikian, namun pemadangan pantai ini paling juara.

PIAYNEMO
Pasir putih berkilauan tepat di tengah-tengah laut menghampar seperti permadani. Di sekeliling pantai, laut berwarna biru kehijauan membuat kami tak berhenti ternganga. Kami langsung berlarian menceburkan diri ke area pantai. Ombak di pantai ini sangat tenang sehingga kami tak perlu takut untuk hanyut ketika berkecimpung dengan air laut. Hingga senja tiba kami masih bermain-main di pantai ini. Sebentar lagi air laut pasang, sedikit demi sedikit pantai mulai sempit. Kami pun bergegas pulang menuju Waisa kembali. Selama perjalanan kami merasa sangat beruntung. Ssore itu Raja Ampat kembali menyuguhkan kehebatannya. Lumba-lumba yang asik timbul tenggelam di laut menjadi hiburan yang luar biasa menyenangkan.

IMG_20151217_101250
Sampai di Waisai kami menikmati senja sambil berjalan-jalan di dermaga. Waisai ini merupakan pusat kotanya Raja Ampat. Banyak turis yang menginap di sana karena dekat pelabuhan dan banyak rumah makan. Bagi yang mau berkunjung, jangan kaget jika harga makanan di sana bisa dua atau tiga kali lipat lebih mahal dari makanan di Pulau Jawa. Demikianlah kenyataan hidup di Papua, segalanya serba berkali lipat.
Berwisata ke Raja Ampat membuat kami sangat bersyukur bisa bertugas di Papua Barat. Pulau yang sungguh menawan. Layak jika tempat ini disebut para turis sebagai “A Piece of Paradise”. Surga kecil jatuh ke bumi. Indonesia harus bangga punya Papua. We love Papua, Indonesia.

Penulis adalah Alumni Redaksi Majalah Komunikasi
Universitas Negeri Malang