Kampung Sanan, Kelurahan Purwantoro yang dikenal sebagai sentra industri tempe Kota Malang ini, mulai November 2016 dikenal juga sebagai kampung lukis. Para warga mewujudkan kampung Lukis ini  dengan melukis beraneka gambar di tiap tembok-tembok rumah warga Sanan. Lukisan yang digambar pun berbeda-beda, setiap RT memiliki tema yang berbeda.

RT.01,RW.15 memiliki tema pewayangan, ada bermacam-macam tokoh pewayangan yang dilukis di tembok-tembok rumah warga. Namun, dibalik lukisan tokoh pewayangan yang indah ini  ternyata ada beberapa lukisan yang digambarkan oleh mahasiswa. Askha Bulkafi, mahasiswa Fakultas Sastra UM berpartisipasi dalam mewujudkan keindahan kampungnya.

Ada empat lukisan tokoh pewayangan yang telah dia lukis secara individu, yaitu Srikandi, Togok, Petruk, dan Anoman. Selain itu, satu lukisan yang digambar bersama-sama warga yaitu gapura wayang.    “Saya senang menggambar, tetapi selama ini belum pernah menggambar di tembok. Jadi awalnya ingin membantu warga dan menambah pengalaman”, mahasiswa angkatan 2016 ini.

Kegiatan melukis tokoh wayang yang dilakukan oleh Askha dimulai pada bulan Desember 2016 ketika liburan Ujian Akhir Semester Gasal. Ia mengatakan bahwa melukis ia lakukan pada malam hari, pukul 21.00 WIB hingga dini hari. Dari empat tokoh pewayangan, yang paling sulit adalah gambar Anoman. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa UM ini mengaku  membutuhkan waktu kira-kira lima hari untuk menyelesaikannya. “Melukis Anoman itu yang paling sulit, karena perlu menambahkan api-api dan media untuk melukisnya pun besar”, ujarnya. Sedangkan Srikandi, Togok, dan Petruk hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari saja. Bukan hanya kesulitan itu saja, adanya musim hujan yang sedang terjadi juga membuat proses pelukisan mengalami hambatan. Tetapi, tidak mengendorkan semangatnya untuk melanjutkan lukisan tokoh pewayangan di beberapa tembok rumah warga. “Kampung Sanan menyediakan lahan bagi mahasiswa yang ingin menuangkan ilmu melukis di kampung Lukis ini. Saya juga turut senang ada mahasiswa yang dengan sukarela menyumbangkan ilmunya, jadi ilmunya tidak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri, melainkan oleh warga kampung juga”, ungkap Baiturrochman, warga Kampung Sanan.

semar wayang

Warga Kampung Sanan telah menyediakan semua keperluan untuk mengecat bagi siapa saja yang ingin menuangkan idenya di kampung ini. Hal ini pun menjadi kesempatan bagi Askha dalam menyalurkan bakat dan ide yang dia miliki. Mahasiswa tidak hanya dituntut aktif di dalam proses pembelajaran, tetapi juga aktif di lingkungan masyarakat. Secara langsung ia telah melaksanan Misi UM yang ketiga, menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat melalui penerapan ilmu kependidikan ilmu pengetahuan teknologi ilmu sosial budaya seni dan/atau olahraga.

Selain menyalurkan ilmu yang telah dimiliki, terjun ke  masyarakat juga dapat menuai berbagai hal postif. “Menurutku, ikut serta di masyarakat itu seru, bertemu dengan banyak orang yang pintar menggambar jadi nambah ilmu. Selain itu, karyaku juga bisa dilihat banyak orang dan secara langsung diapresiasi oleh masyarakat”, tuturnya. Fanisha/Reporter Komunikasi