Nilai pancasila dan Indonesia bisa diwujudkan dengan beragam karya, baik upaya langsung maupun melalui perantara media.

Tenang, ramah, dan humble kesan pertama ketika bertemu dengan sosok Hariyono. Terbuka dengan siapapun serta menjadi pribadi yang mengayomi. Dosen Sejarah sekaligus mantan Wakil Rektor I ini kami temui saat visitasi bersama jajaran rektor di MTQMN. Reporter Komunikasi pun berhasil menculik Deputi Bidang Advokasi Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) ini untuk memberi sedikit banyak cerita mengenai perjalanannya.
Aktif menulis buku mengenai kebangsaan dan pancasila membawanya mengabdi pada Indonesia. Salah satu bukunya yang memikat hati Yudi Latif  selaku Ketua UKP sekaligus pembaca setianya, bertajuk nasionalisme dan kebangsaan. Putra UM yang kini juga diberi mandat oleh pemerintahan Jokowi ini dilantik pada awal Juli 2017 menjadi Unit Kerja Presiden Pancasila. Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial ini tentunya memiliki jam terbang yang sangat padat. Hal itu diakuinya saat berbincang hangat di dalam mobil dinas menuju venue-venue MTQ.
Bolak-balik Jakarta-Malang merupakan hal yang biasa. “Kemarin ada acara UKP di masyarakat Jombang mengenai pancasila, kini meluncur ke UM karena sedang ada hajatan besar, selaku WR I saya lebih baik datang,” kata alumni Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI) tersebut. Sosok berkacamata tebal yang concern dengan kebhinekaan dan pancasila ini ternyata sangat lihai mengotak-ngatik daya kreatif masyarakat, khususnya anak muda.
Tepat di bulan Agustus sebagai bagian dari sejarah bangsa dalam kemerdekaan, ia ingin mengundang seluruh masyarakat yang memiliki prestasi  nasional maupun internasional dalam bidang teknologi, seni, sains, kesehatan, kemasyarakatan, dan sebagainya untuk diberi penghargaan. “Tepat di 17 Agustus ini saya akan mengundang masyarakat dari Sabang sampai Merauke yang berkompeten untuk diberi penghargaan,” tutur pria yang pernah aktif di Yayasan The Habibie Center tersebut.
Hariyono mengakui bahwa saat ini untuk menumbuhkan nasionalisme bukan dengan perang fisik, melainkan melalui karya. Setiap butir-butir pancasila dihayati dan disemai menuju Indonesia yang permai. Ia menyinggung pula tentang intoleransi yang marak selama ini. “Sebenarnya banyak yang memiliki jiwa toleransi tinggi, namun mereka tidak terlihat. Media lebih tertarik mengekspos isu intoleran,” jelas pakar pancasila tersebut. Pria yang gemar melakukan refleksi ini pun juga memberi secarik pesan segudang makna. “Nilai pancasila dan Indonesia bisa diwujudkan dengan beragam karya dan upaya baik langsung maupun melalui perantara media”.
Sosok Hariyono merupakan orang yang peduli dengan aktivitas pemuda. “Akan lebih baik anak muda yang bergerak aktif dengan jiwa toleran, pengabdian, dan karya yang tinggi,” jelas pria berkacamata tebal ini usai menerima telepon dalam penandatanganan program mendatang. Backsound peserta penghafal Alquran memberi ruang hangat saat percakapan berlangsung. “Seperti saat ini, butir pancasila yang pertama telah tertanam salah satunya dengan MTQ ini,” kata Hariyono dengan tenang.
Beragam program diemban di pemerintahan ataupun di kampus UM. “Saya sudah sowan pada Pak Rektor, posisi WR I semoga segera digantikan karena penting untuk kebaikan universitas,” tutur pria asli Malang tersebut. Ia juga menuturkan bahwa akan kembali ke UM setelah mandat dari pemerintahan selesai. “Karena yang membesarkan saya sampai saat ini adalah UM, saya akan beraktivitas seperti biasa usai beberapa tahun mendatang,” tegas Hariyono.Arni