DSC_0051

“Penanya menari-nari warnai lembar prestasi
Senjata kreativitas tak ia batasi
Berpeluru pada lapangnya kegagalan
Menembak setiap kesempatan

Tak ada kata penghabisan dalam kamusnya
Optimis ia bawa selagi berperang
Berpuluh bacaan telah jadi senapan
Melaju ke rimba sastra, membalak belantara ilmiah
Petik buah gagasan yang ranum dalam arah
Tebarkan nama harum di setiap langkah”

Nama            : Teguh Dewangga
Tempat/Tanggal lahir    : Malang, 10 Juli 1995
Alamat             : Jalan Teuku Umar, no.22, RT 01/RW 06, Desa Jeru,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
Riwayat Pendidikan
SDN Jeru 1 (2001-2007)
SMPN 1 Tumpang (2007-2010)
SMKN 1 Singosari, Teknik Ototronik (2010-2013)
Universitas Negeri Malang, Pendidikan Teknik Otomotif (2013-2017)
Pengalaman Organisasi
Pramuka Lanegsatu SMPN 1 Tumpang (2007-2010)
Pecinta Alam STEPAS SMKN 1 Singosari (2010-2011)
Ketua 1 OSIS SMKN 1 Singosari (2011-2012)
Paduan Suara Mahasiswa Swara Satata Çakti (2013-2014)
UKM Penulis/UKMP (2014-Sekarang)

Prestasi
Juara 1 PKM-M dan Juara 1 PKM-T Lomba PKM se-Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang 2014
Juara 2 PKM-M dan Juara 2 PKM-T Lomba PKM se-Fakultas Teknik,  Universitas Negeri Malang  2015
Juara 1 Kategori Cerpen dan Juara 2 Kategori Pustaka, Kompetisi Penulisan  Rubrik Majalah Komunikasi UM 2015
Juara 1 Lomba Cerpen Festival Sastra Mata Pena, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya 2015
Juara 1 Lomba Cerpen Pekan Budaya Tingkat Nasional, HMJ Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang 2016
Juara ke 5 Book Review Telkom Indonesia Tingkat Nasional, Indonesian Book Club 2016
Gold Medal Poster dan Silver Medal Presentation, Pekan Ilmiah Mahasiswa UM (PIM UM) 2016
Juara Harapan 2 Lomba Karsa Cipta Teknologi (LKCT) Tingkat

Nasional, BEM Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang 2016
Juara 2 Lomba Kreativitas Inovasi dan Teknologi (Krenotek), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Blitar 2017
Juara 2 Scientist In Action 3 FMIPA ITS 2017
Gold Medal Presentation dan Silver Medal Poster, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 30, Universitas Muslim Indonesia, Makassar 2017
Gold Award Inovation, Desain, Research, and International Symposium  (IDRIS), MyRIS, Kuala Lumpur, Malaysia 2017
Juara 1 Kategori Cerpen dan Juara 1 Kategori Pustaka, Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi UM 2016
Juara 1 Lomba Cerpen Nasional BIOMA,  UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2017
Wisudawan terbaik non-akademik ke-90 UM tahun 2017

Sebagai mahasiswa yang merasa salah jurusan, Teguh Dewangga selalu ingin membuktikan bahwa ia mampu. Hal itu menjadikannya ingin berbeda dari mahasiswa lain. Menjadi mahasiswa Teknik, bukan berarti ia tak mampu menulis sastra. Di sisi lain, ia juga mendalami karya tulis ilmiah. Kedua bidang tersebut telah berhasil membuahkan banyak prestasi yang gemilang. Bagaimana liku-liku perjalananannya? Simak wawancara kru Komunikasi dengan Teguh Dewangga berikut!
Apa yang mengawali Anda tertarik dengan dunia kepenulisan?
Saya baru suka tulis menulis ketika masuk kuliah. Awalnya saya menulis cerpen. Dua tahun pertama lumayan menghasilkan juara tingkat nasional. Kemudian, saya juga mencoba menulis ilmiah serta jurnalistik. Sebenarnya, sejak mahasiswa baru, PKM (Program Kreativitas Mahasiswa, red.) saya sudah didanai. Tapi pada awal kuliah fokusnya menulis fiksi. Lalu mulai berkembang ketika saya masuk UKM Penulis. Soalnya, bertemu sesama penulis dan atmosfer menulisnya terasa sekali.
Bagaimana Anda bisa menguasai dua bidang kepenulisan, yakni ilmiah dan sastra?
Sebenarnya kalau fiksi saya lebih banyak menulis cerpen, namun menurut saya, di UM menulis ilmiah itu lebih dihargai dan dipandang penting. Karena memang saya sendiri dari Jurusan Teknik, kesannya gimana gitu anak teknik menulis cerpen. Saya ingin mencoba semua bidang menulis dan saya juga suka berkompetisi. Jika di ilmiah kompetisinya lebih kompleks, karena kita menulis dan presentasi. Jadi, tantangannya lebih greget.
Siapa yang telah menginspirasi Anda?
Banyak, kalau menulis fiksi terinspirasi dari senior-senior saya di UKMP. Banyak dari mereka yang telah berhasil. Untuk menulis ilmiah, saya terinspirasi dari alumni-alumni Pimnas, seperti Mbak Tanty.
Apa benar Anda sebenarnya tidak ingin kuliah di jurusan Anda sekarang?
Benar. Sejak semester dua saya sudah merasa salah jurusan. Tapi saya tanggung jawab untuk menyelesaikan masa studi, tanggung jawab ke orangtua, dan tanggung jawab terhadap pilihan saya sendiri. Oke saya kuliah, tapi harus beda dengan mahasiswa lain. Akhirnya dengan passion menulis, saya mengejar banyak lomba, supaya bisa membuktikan “Ini lho, anak yang salah jurusan juga bisa”. Di balik itu ada hikmahnya kok. Kalau tidak begitu, tidak akan bertemu dengan dosen-dosen Teknik Mesin yang mengajari saya menulis PKM.
Bagaimana dengan akademik Anda?
Untuk akademik, saya lulusan terbaik Jurusan Mesin semester antara. Saya  membuktikan meskipun salah jurusan, saya bisa mendapat IP (Indeks Prestasi) baik. Sebenarnya saya tidak terlalu mengejar IP. IP bagus semua orang bisa, tapi kalau untuk non-akademik tidak semua. Perjuangan mendapat IP bagus lebih mudah daripada perjuangan untuk non-akademik. Kalau disuruh cari nilai bagus, saya bisa tapi setelah itu tidak ada kepuasan. Berbeda kalau passion, kita dapat bagus itu terpuaskan.
Bagaimana kiprah Anda dalam menekuni dunia kepenulisan?
Saya sudah sering gagal, yang dilihat orang hanya keberhasilan saya saja. Saya menulis fiksi baru berhasil setelah dua tahun. Selama itu, saya banyak belajar karena saya sadar menulis itu tidak  instan. Saya kuliah empat tahun baru bisa mendapat medali Pimnas. Ada tiga judul saya yang lolos Pimnas dan baru dapat medali emas tahun ini.
Bagaimana proses Anda mendapatkan ide menulis?
Dari banyak hal. Seumpama saya lihat ada orang jualan kepiting. Akhirnya kepitingnya saya jadikan cerpen. Inspirasi menulis datang dari banyak membaca. Kalau ilmiah, saya banyak di pertanian. Seperti Pimnas kemarin tentang pertanian padi.  Di Malaysia tentang teknologi budidaya bawang merah.
Menurut Anda, kompetisi mana yang paling berkesan?
Pimnas kemarin. Cobaannya banyak. Saya mengejar yudisium dengan selang waktu satu hari sebelum berangkat Pimnas. Sebelum berangkat suara hilang, padahal harus presentasi. Saya memang sudah punya target, sebelum lulus harus dapat medali emas, saya tulis dan tempel di kamar.
Kemenangan kemarin berkat kolaborasi dengan empat fakultas. Kita tidak bisa berdiri sendiri. Dari Pimnas tahun kemarin, saya banyak belajar. Contohnya komposisi anggota, kita harus cari anggota sesuai bidangnya. Butuh desain, ya cari anggota dari DKV (Desain Komunikasi Visual, red.), dan seterusnya. Jadi, semua anggota punya peran aktif.
Bagaimana mengatasi suara Anda yang hilang tersebut?
Untung presentasi Rakai Langit hari terakhir, sehingga saya punya waktu recovery. Sampai dibawakan kencur oleh ibu-ibu dari Kemahasiswaan. Saya yakin, kalau cobaan banyak, biasanya hasilnya juga besar. Waktu di Malaysia, H-1 poster temen saya salah cetak, rantai motor putus, bensin habis, HP temen terselip,  paspor teman hilang, ketinggalan MRT, sampai Juanda tas saya masih di Malaysia. Dari situ saya belajar kalau saya menyerah dengan cobaan ini bisa-bisa mental saya hancur. Akhirnya pasrah, namun tetap optimis.
Bagaimana Anda menularkan semangat berkompetisi ke mahasiswa lain?
Sepulang dari Pimnas sampai hari ini, saya mengisi materi PKM di FPPSI, FMIPA, FT, FIK, dan UKMP. Bahkan di jurusan saya  mengader sendiri. Di UKMP saya mengisi lima sesi, mulai cari ide sampai proposal jadi. Sudah ada belasan judul yang tinggal poles. Sebagai pemenang, kita­ punya tanggung jawab moral untuk mengatrol.
Pesan untuk mahasiswa UM?
Kita boleh ikut organisasi, boleh mengejar akademik, tapi kita harus mengembangkan passion. Berkarya itu yang penting. Organisasi iya, kuliah iya, dan berkarya juga iya.Shintiya