oleh Anselmus JE Toenlioe

Mungkin tidak semua warga UM tahu, UM memiliki dua kampus selain kampus I di Jalan Semarang 5, Malang. Di luar kampus I,  ada pula kampus luar kota yang berada di Jalan Ir. Soekarno 3, Blitar, sebagai kampus III  Adapula kampus dalam kota di Jalan Ki Ageng Gibrik 45, Malang, sebagai kampus II. Kemungkinan besar jika di antara warga UM mungkin ada yang belum tahu bahwa UM memiliki tiga lokasi kampus,  bahkan pasti besar di masyarakat luar UM. Tentu relatif banyak masyarakat luar UM yang tak tahu bahwa UM adalah kampus dengan tiga lokasi. Dua dalam satu kota dan satu berada relatif jauh di kota lain.


Satu kampus dengan tiga lokasi tentu bukan  tanpa masalah. Entah sekadar masalah rasa maupun fakta. Misalnya ada warga UM yang merasa sebagai warga kelas dua, ketika menjadi warga  kampus II maupun III. Sebaliknya, ada pula yang merasa warga kelas satu, saat menjadi warga  kampus I.
Tentang masalah rasa, sejumlah orangtua mahasiswa misalnya, mengemukakan kekecewaannya, ketika tahu bahwa buah hatinya tidak kuliah di kampus yang dipersepsi sebagai kampus utama, Jalan Semarang 5, melainkan di kampus II maupun  kampus III. Tentu saja kekecewaan sejumlah orangtua adalah cerminan pula dari kekecewaan para ananda. Dengan kata lain, ada pula mahasiswa yang kecewa, ketika tahu bahwa dirinya berkuliah di luar kampus I.
Tentang masalah rasa yang mengganggu sebagai penghuni kampus II atau III, barangkali  tidak banyak hal yang dapat dikemukakan. Mungkin hanya bisa dikatakan, tidak ada niat UM untuk menomorduakan kampus II maupun III. Kalaupun terdapat perbedaan, itu terjadi semata-mata karena UM masih berproses menuju satu kampus tiga lokasi, dengan pelayanan holistik dan seimbang antarlokasi.
Tak dapat dipungkiri, sebagai kampus adik,  karena hadir sebagai kampus belakangan, terdapat sejumlah hal yang masih berbeda dibanding kampus kakak. Misalnya,  secara umum belum semua fasilitas yang dimiliki kampus I, dimiliki pula oleh kampus II dan III.  Kalaupun sudah ada, kuantitas dan kualitasnya belum setara kampus I.
Sebut saja perpustakaan misalnya. Dalam hal jumlah dan jenis, buku di di kampus I jauh lebih banyak dibanding kampus II dan III. Benar, perpustakaan pusat terbuka terhadap semua warga UM tanpa pandang lokasi. Meskipun demikian, jarak tempuh menjadi perjuangan tersendiri bagi warga kampus II, apalagi kampus III dalam menggunakan perpustakaan pusat. Singkatnya, warga UM di kampus I lebih mudah mengakses perpustakan memadai dibanding warga kampus II, apalagi  kampus  III, dengan sejumlah dampaknya. Wajar bila kenyataan ini  menimbulkan rasa tak adil warga penghuni kampus II dan III.
Sejumlah saran telah dilontarkan oleh berbagai pihak di lingkungan UM tentang penataan kampus II dan III, agar tidak memiliki  kesenjangan pelayanan kepada mahasiswa di tiga lokasi berbeda. Ada misalnya yang menyarankan agar  kampus di luar kampus I, khususnya kampus III dijadikan kampus khusus program pendidikan yang menjadi incaran banyak calon mahasiswa. Sebuah usulan yang mesti diwadahi untuk didiskusikan  dan ditindaklanjuti.
Sesungguhnya masih terus diperlukan saran, tak hanya praktis, tetapi juga kreatif dan  visioner, jauh melintas ke depan, tentang arah pengembangan satu kampus tiga lokasi ini. Silakan berpartisipasi, memanfaatkan berbagai wadah yang ada.
Salam satu kampus tiga lokasi: sehati dan serasi berinovasi.  Selamat membaca!
Penulis adalah dosen Jurusan Teknologi Pendidikan dan Ketua Penyunting Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang