oleh Amalia Safitri Hidayati
Suatu kelak, kau kan menjadi.
Gerimis yang sederhana, teduh menenangkan.
Barangkali hatinya akan hanyut
ketika rintikmu membasah di parasnya.
Dan burung akan bersua suka manakali senjamu melayung di cakrawala.
Suatu kelak, kelak suatu senja, pulanglah..
Bawalah benih-benih teratai lalu habiskan harimu di sana
Barangkali kau kan menghidupi makhluk-makhluk pada muka teratainya.
Pulanglah kesedihan,
terlalu takut mamak pada jarak
Yang membelenggu dengan khidmat, lepas.
Kutolak keabadiaan bersama jarak,
tertambatlah pada mamak, kau.
Kau perempuanku telah menua dan dibesarkan waktu.
Sesuatu menjelmakanmu sebagai kupu-kupu
Di depan pintu kubaca baris-baris doa dan mantra.
Pulanglah perempuanku, tertambatlah pada mamak, kau.
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Malang