Jangan pernah lupa untuk bersyukur sama Tuhan dan selalu berdoa,“ itulah tutur kata dari kedua orang tua yang selalu diingat oleh Fitrinda Wieke Dwie Putri, penyandang gelar Nimas Kota Batu 2018. Gadis yang dulunya bergaya tomboi ini, kini menjelma menjadi sosok perempuan anggun dan tangguh di umurnya yang beranjak 20 tahun. Paras tomboi itu diperolehnya dari kedua kakak lelakinya.  Menjadi sosok percaya diri dan berani menunjukkan karakter dirinya di hadapan banyak orang bukan hal yang sulit untuk ia lakukan. Terbukti, ia bisa menuntaskan segala tantangan dari pertanyaan-pertanyaan di atas panggung Nimas Kota Batu. Keberanian dan kepercayaan diri untuk unjuk bakat tidak ia dapatkan hanya dengan menengadahkan telapak tangan.

Keke5
Perempuan yang akrab disapa Keke ini pun mulai bercerita menembus mesin waktu ke masa kecilnya. Berawal dari mamanya yang menyukai dunia fashion, Keke yang saat itu duduk di bangku SMP mulai mencoba mengikuti kompetisi-kompetisi. Pada awalnya ia mengikuti kompetisi Multitalent yang diadakan di Jakarta, ia berhasil menyabet Harapan 3 pada kompetisi awal yang ia ikuti. Kemenangan yang tidak disangka-sangka pada kompetisi pertama itu membuatnya semakin berkeinginan besar untuk mengikuti kompetisi-kompetisi lainnya. Selain mengikuti kompetisi-kompetisi yang berkaitan dengan fashion, Keke juga aktif  mengikuti beberapa organisasi sejak masa SMP. Ia juga pernah menjadi Juara 1 Peraturan Baris-Berbaris (PBB) putri dan Juara Paskibraka Kota Batu.
Gadis yang memiliki hobi menyanyi ini juga merupakan sosok yang sporty, terbukti dengan diraihnya Juara 1 Basket putri pada tahun 2012. Semua yang telah diraih oleh Keke tidak lepas dari jatuh bangun kegagalan yang ia hadapi. Beberapa orang sempat underestimate terhadap Keke karena terlalu seringnya Keke mendapatkan kegagalan pada kompetisi-kompetisi yang ia ikuti. Namun, pemikiran orang-orang tersebut tidak menjadi penghalang bagi Keke untuk tetap berani unjuk diri pada setiap kompetisi. Pada awal masuk SMA, ia mendapatkan dukungan dari temannya untuk mengikuti Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu. Keke yang bertempat tinggal di Kota Batu dengan percaya diri mengikuti kompetisi tersebut, namun pada saat itu ia hanya berhasil masuk 50 besar saja.
Seiring berjalannya waktu, setelah lulus SMA Keke memutuskan untuk kuliah di Universitas Negeri Malang (UM) Jurusan Sastra Inggris. Suatu jurusan yang ia impikan sejak duduk di bangku SMA. Berawal dari masuknya Keke di dunia perkuliahan pada tahun 2016 membuatnya lebih berani dan mencoba untuk mengurangi rasa tidak percaya dirinya dengan mengikuti organisasi kampus. Ia  pun aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Inggris UM. Aktif di sebuah organisasi semakin meningkatkan bakat dan minat yang dimiliki oleh Keke. Hal itu dibuktikan dengan bergabungnya ia dalam bagian sub-bidang kesenian bidang bakat dan minat HMJ Sasing UM. Keke yang lahir di Ngawi ini benar-benar ingin mengembangkan seluruh kemampuan yang ia miliki, ia mulai berani unjuk aksi dalam berbagai kompetisi dan kesempatan.
Pada awal tahun 2016, ia mulai mencoba untuk mengikuti kompetisi Duta Kampus UM. Menjadi seorang Duta Kampus merupakan hal yang sangat membanggakan bagi mahasiswa. Dari situlah muncul keberanian dari Keke. Namun, gayung tak dapat diraih, Keke gagal pada kompetisi tersebut. Kegagalan demi kegagalan tak menjadikan Keke putus asa, ia semakin terpacu untuk memperbaiki diri dan mencoba menggali serta menunjukkan bakatnya yang lain. Keke pun tak patah semangat. Pada tahun 2017, ia kembali mengikuti kompetisi Duta Kampus UM. Pada percobaan kedua ini, ia menunjukkan bakat menarinya dengan sebuah tarian semi balet. Dihiasi oleh pita yang membuat penampilannya semakin menarik, ia mulai menggerakkan tubuh lincah dan gemulainya ke sana kemari dengan diiringi lantunan musik yang khusus ia nyanyikan sendiri. Penampilan tersebut sontak memikat hati para juri dan peserta lainnya. Ia pun masuk dalam sepuluh besar finalis Duta Kampus. Kegigihan Keke berbuah manis saat ia dinyatakan berhasil menyandang atribut Best Talent Duta Kampus UM 2017.
Sejak Keke mendapat gelar sebagai Duta Kampus UM pada tahun 2017, kesibukannya pun semakin bertambah. Pasalnya, ia juga harus tetap aktif di HMJ Sasing dan Paguyuban Duta Kampus UM (Paduka UM). Keaktifan dalam sebuah organisasi pastinya akan berdampak pula pada nilai akademik, itulah hal yang juga dialami oleh Keke. Ia sempat mengalami sedikit gangguan pada nilai akademiknya, namun Keke tetap berusaha untuk terus menyeimbangkan antara kegiatan kuliah dan organisasi. Orang tua juga selalu mendukung dan senantiasa mengingatkannya untuk tetap fokus pada akademik dengan menyeimbangkan segala keaktifannya di organisasi. Baginya mengikuti organisasi dapat mendapatkan banyak pengalaman baru, belajar hal baru, dan mendapatkan teman-teman baru juga.
Gadis yang dekat dengan ibunya ini melanjutkan ceritanya saat ia mencoba mengikuti pemilihan Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu. Pemilihan kompetisi tersebut dilaksanakan setiap dua tahun sekali, pada tahun pertama keikutsertaannya ia hanya berhasil sampai pada 50 besar saja. Di tahun kedua ini, ia mencoba peruntungan lagi. Keke yang awalnya merasa ragu tetap mendaftar pada hari terakhir ketika technical meeting sehari sebelum tes tulis dan wawancara. Berkat dukungan teman-teman ia tidak memikirkan menang atau kalah, Keke tetap melaju dan merasa lebih percaya diri. Berjalan mengikuti alur, Keke tak menyangka telah dinyatakan masuk dalam sepuluh besar Kangmas Nimas Kota Batu. Ia berhasil mengalahkan sebanyak 250 peserta awal. Gadis yang sempat aktif di pramuka ini masuk dalam babak final.
Keke menjalani masa pra karantina dan karantina dengan penuh semangat, meski ia sering merasakan tidak percaya diri dan minder dengan apa yang ia lakukan. “Entah kenapa selalu merasa ada yg kurang aja gitu kalau lihat peserta atau finalis lain,“ tuturnya. Sewaktu pra-karantina dan karantina ia berusaha selalu aktif mengikuti kegiatan, ditambah lagi dengan kemampuan public speaking yang telah ia dapatkan dari mengikuti kompetisi Duta Kampus UM. Selain memiliki kemampuan public speaking yang bagus, ia juga memiliki pemahaman mengenai materi kepariwisataan, terutama pariwisata tentang Kota Batu. Bukan sesuatu yang sulit bagi Keke untuk memahami pariwisata di Kota Batu. Gadis yang sejak 19 tahun tinggal di Kota Batu ini terbilang sudah memahami kotanya sendiri, terlebih pariwisatanya.
Kemampuan berbahasa Inggris yang dimilikinya pun ternyata mampu menjadi salah satu nilai tambah yang dapat memukau para juri. Keke mencoba untuk berusaha totalitas menjawab seluruh pertanyaan yang dilontarkan di atas panggung grand final. Berjalan melenggak-lenggok dengan penuh percaya diri di atas panggung penentuan, Keke yang dibalut gaun anggun sontak membuat terkejut para sahabat dan keluarganya. Detik-detik yang ditunggu telah tiba, ia dinyatakan sebagai penyandang gelar Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu 2018. Keke pun tak pernah menyangka akan hal ini. Perjuangan kedua kali mengikuti kompetisi ini berjalan lancar dan berbuah manis. Pada akhirnya, ia benar-benar telah membanggakan kedua orang tua dan orang-orang yang selama ini mendukungnya. Selain itu, menjadi kebanggaan tersendiri baginya karena Keke merupakan satu-satunya perwakilan dari UM yang mengikuti Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu dan masuk dalam sepuluh besar finalis wanita.
Tidak cukup berpuas hati dengan kemenangan yang telah ia raih, ia juga tetap meneruskan organisasi-organisasi di kampus yang selama ini telah ia ikuti. Fokus menjadi demisioner dan juga tetap konsisten aktif di Paduka UM. Ia juga berkomitmen untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu ke depannya. Program kerja (proker) tersebut berkaitan dengan kepariwisataan di Kota Batu sendiri, seperti mengunjungi desa wisata yang ada di Kota Batu. Keberhasilan yang selama ini telah diraih Keke memang tidak luput dari doa-doa yang ia panjatkan setiap hari serta usaha dan dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. Keke yakin bahwa jalan hidup yang diberikan oleh Tuhan tidak pernah salah, ia hanya harus berusaha dan tetap mengikuti rencana-Nya dengan ikhlas. Tak lupa, orang tuanya selalu mengingatkan bahwa semua yang terjadi, entah kegagalan ataupun kemenangan di hidupnya itu semua datangnya dari Tuhan. “Jadi gimanapun keadaannya selalu mengucap syukur sama Tuhan,“ ujar Keke.Fanisha