Membantu menyukseskan perdamaian dunia lewat pembelajaran bahasa, itulah tujuan utama dari Critical Language Scholarship (CLS) program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) Fakultas Sastra (FS). CLS merupakan program tahunan Hubungan Internasional (HI) Universitas Negeri Malang (UM). Program ini merupakan program dari Depertemen Luar Negeri Amerika yang bekerjasama dengan 18 negara di dunia yang dianggap penting oleh Amerika. Negara tersebut diantaranya India, Maroko, Indonesia, Jepang, Turki, Cina, Korea, dll. Mahasisiswa Amerika yang terpilih mengikuti program ini dikirim ke negara tersebut untuk mempelajari bahasa dari masing-masing negara yang mereka pilih. Tidak hanya belajar bahasa saja, mereka juga mempelajari budaya dan kehidupan di sana.

IMG_8549


Di Indonesia, UM adalah satu-satunya universitas yang menjadi tempat pembelajaran CLS. Pada tahun 2018 ini, sebanyak 28 mahasiswa  Amerika datang ke UM dan siap mempelajari bahasa serta budaya Indonesia. Program ini dilaksanakan selama dua bulan sejak (17/06) hingga (17/08). UM selaku penyelenggara CLS di Indonesia mendapat apresiasi yang sangat tingi dari pihak Amerika. Menurut pihaknya, UM merupakan penyelenggara terbaik, “Kita berharap CLS tetep jalan dengan prestasi yang ada, karena UM merupakan penyelenggara CLS terbaik seantero dunia,”  tutur Prof. Dr. Yazid Basthomi, M.A. selaku direktur HI UM. Hal ini didukung oleh pernyataan Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd. direktur BIPA UM yang menyelengarakan CLS ini. Menurut Gatut, program CLS yang rutin diselenggarakan setiap tahun mulai 2010 tidak pernah mengalami kendala yang terlalu berarti. Hanya saja, pada minggu-minggu awal kedatangan mahasiswa Amerika ke Indonesia, mereka membutuhkan penyesuaian budaya. Namun, itu adalah hal yang lumrah terjadi.
Seluruh mahasiswa mengikuti program CLS dengan antusias. Salah satu peraturan di CLS adalah mewajibkan pesertanya untuk menggunakan bahasa Indonesia setiap harinya. Tentunya tetap dengan bimbingan para tutor CLS. Mahasiswa dari Amerika ini tidak tinggal di asrama maupun hotel, melainkan tinggal dengan keluarga asuh, yakni di rumah masyarakat sekitar. Dengan demikian, mereka bisa turut merasakan kehidupan orang Indonesia. Dengan cara seperti itu pula, mereka dapat belajar bahasa Indonesia 24 jam, baik saat di kelas maupun saat berada di tengah-tengah keluarga asuh mereka.
“Saya sangat menikmati Malang dan belajar bahasa Indonesia, jadi saya putuskan kembali ke sini lagi,” tutur Adam Inglis Strathearn, mahasiswa asal Texas saat diwawancarai beberapa waktu lalu. Tahun ini adalah kali kedua Adam mengkuti program CLS. Ia mengaku bahwa belajar bahasa Indonesia gampang-gampang susah, namun ia menikmati proses itu. Tujuan khusus Adam mengikuti program ini adalah untuk menguasai satu bahasa asing sebagai salah syarat kelulusannya  sebagai mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di kampusnya. Namun, lebih dari itu, setelah program ini berakhir, ia mengutarakan bahwa ingin sekali kembali ke Indonesia, menetap di sini dan mencari pekerjaan di sini.Nilam