IMG_8371

Terdapat seratus lebih jenis wayang yang berkembang di Indonesia,” tutur Sumari, Sekretaris Umum Sekretaris Nasional Wayang Indonesia (Sena Wangi) sabtu (07/07) pada acara seminar wayang. Seminar dengan tema “Wayang dalam Buku, Tak Kenal maka Tak Wayang” tersebut bertempat di aula AVA Lantai 2 Gedung E6 Fakultas Sastra (FS) Universitas Negeri Malang (UM). Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber, yakni Sumari, Sudjiwo Tejo (budayawan), dan Pitoyo Amrih (novelis wayang).

Sumari menjelaskan bahwa pada tanggal 7 November Tahun 2003, UNESCO telah menobatkan wayang sebagai masterpiece karya agung budaya dunia. Namun, hingga saat ini, usaha untuk mewujudkan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional masih belum tercapai. Sena Wangi telah melakukan beberapa upaya untuk melestarikan wayang, antara lain dengan menerbitkan buku-buku wayang, membuka peluang dengan perguruan tinggi pada fakultas filsafat, dan lain-lain.
Sementara itu, Sudjiwo Tejo yang dikenal sebagai Presiden Jancukers mengaku menulis novel wayang bukan untuk pecinta wayang, namun justru untuk yang tidak menyukai wayang. “Tanpa mengenal wayang kita tidak mungkin bisa beragama dengan tersenyum,” kata Sujiwo. Menurutnya, perlu ada inovasi berupa perpaduan wayang dengan ilmu pengetahuan dan hal-hal yang menyangkut hari ini dalam menulis novel wayang. Senada dengan Sudjiwo, Pitoyo Amrih biasa merekonstruksi cerita wayang dengan membangun kembali ceritanya lalu menyampaikan dalam bentuk novel. “Pakem mengikat pertunjukan tradisional. Di luar itu, bebas. Namun, yang membatasi adalah moral,” jelas Pitoyo ketika diwawancarai oleh kru Komunikasi.
Seminar yang dihadiri oleh seratus lebih peserta dari kalangan UM maupun non UM tersebut terselenggara berkat kerja sama Asia Wangi dengan beberapa pihak, antara lain Bhakti Bank Central Asia (BCA), Rumah Wayang, dan FS UM. Asia Wangi sendiri merupakan Paguyuban Karyawan BCA Pecinta Wayang Indonesia. Seminar diadakan dalam rangka launching kegiatan Gerakan Buku Wayang Untuk Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan mengajak masyarakat mengenal budaya, mendekatkan wayang dengan generasi muda, meningkatkan minat baca, dan memberi acuan bagi pendidik untuk mengajarkan materi wayang dengan baik dan benar. Acara seminar yang dimulai dengan penyerahan secara simbolis buku wayang kepada Dekan FS tersebut berakhir pukul 12 siang. “Mari kita cintai wayang, kembali ke wayang. Entah melalui perhelatan, melalui digital maupun cetak,” ajak Sudjiwo di penghujung acara.Diah