Penyebab Kaum Muda Kurang Sadar Berwirausaha
Kondisi ekonomi bangsa Indonesia dapat dikatakan tidak stabil. Dilihat dari naiknya harga BBM dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Akibatnya, terjadi kesulitan memenuhi kebutuhan. Selain itu, persaingan di berbagai sendi kehidupan semakin ketat, tetapi minim skil. Ditambah, dikuasainya aset negara dan didominasinya beragam industri serta perdagangan oleh pihak asing. Bahkan, tenaga kerja saja diimpor dari Tiongkok. Oleh sebab itu, angka pengangguran semakin bertambah dan terjadilah tindakan kriminal. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja agar negara yang kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA) ini, bangsanya tetap sejahtera.
Salah satu penyebab masalah ekonomi yang krusial adalah kurangnya kesadaran kaum muda untuk berwirausaha. Mereka lebih tertarik bekerja sebagai karyawan di sebuah instansi atau perusahaan swasta yang terlihat elite, padahal penghasilan yang mereka dapat hanya mampu membeli perlengkapan fesyen dan makan, tidak bisa menabung. Itu masih bisa ditoleransi karena mereka punya ijazah atau keterampilan di dunia iptek. Mirisnya, jika hal terjadi pada kaum muda yang sama sekali tidak memiliki kemampuan apa-apa akibat putus sekolah atau ketiadaan biaya. Mereka hanya akan menjadi buruh kasar yang hanya mendapatkan upah seadanya. Bukan berarti pekerjaan seperti itu buruk, melainkan alangkah lebih bijaknya jika mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan membawa nama diri, keluarga, dan bangsa sehingga bangsa lain tidak meremehkan bangsa ini.
Jika hal itu terus dibiarkan, akan terjadi semacam kemiskinan yang diwariskan. Seyogyanya, manusia masih bisa mengubah nasibnya sendiri untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan lebih dihargai, terlebih saat menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah berjalan sejak tahun 2015. Berdasarkan data dari Kemenperin, tingkat daya saing Indonesia terhadap negar-negara ASEAN berada di urutan keenam. Karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri dengan serius untuk menghadapi pasar bebas itu.
Upaya Menggalakkan Kaum Muda Milenial Berwirausaha
Mengutip perkataan Bob Sadino, “Setinggi apa pun pangkat yang dimiliki, Anda tetap seorang pegawai. Sekecil apa pun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya,”. Seseorang akan merasa dirinya terbebas jika bisa berdiri sendiri tanpa aturan orang lain. Artinya, menjadi bos bagi dirinya sendiri dengan membuka usaha. Ada pun hal-hal yang dapat dilakukan dalam berwirausaha meliputi, membuka jasa menjahit pakaian atau butik; laundry; kuliner (kue kering dan basah sebagai makanan khas); berjualan pakaian, sepatu, dan tas online; berjualan aksesoris dan handmade; membuka les atau bimbingan belajar; membuka warung internet (warnet) beserta jasa foto kopi dan print; membuka salon atau jasa rias pengantin lengkap dengan event organizer (EO)-nya; membuka jasa penerbitan dan percetakan buku atau undangan; membuka bengkel; budi daya jamur; budi daya ikan air tawar; atau mengembangkan usaha ternak.
Jika kaum muda mau berwirausaha, tanpa harus gengsi ketika tidak terlihat modis bekerja di ruangan ber-AC, pasti penghasilan mereka berkali lipat dari gaji yang diperoleh selama ini, sehingga ujaran Bob Sadino tersebut dapat dibuktikan. Sayangnya, kebanyakan kaum muda gengsi melakukan usaha sendiri. Padahal, usaha-usaha di atas mampu menyelamatkan perekonomian bangsa yang kian carut-marut. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan oleh BPS pada bulan Agustus 2016, tercatat sebanyak 118,41 juta penduduk yang bekerja, dan 28,50 persennya adalah pemuda. Jumlah yang tidak sedikit itu dapat berperan menggerakkan ekonomi negara.
Potensi kaum muda akan maksimal jika mereka diberikan ruang gerak untuk melakukan kreasi dan inovasi sebab mereka yang akan melanjutkan para wirausahawan terdahulu. Kaum muda harus diberi kesempatan dengan cara melakukan pembinaan, seperti membuka workshop atau pelatihan secara gratis bagi yang tidak mampu selama beberapa waktu. Ketika mereka sudah dibekali keterampilan, bisa membuka usaha sendiri, bahkan membuka lapangan pekerjaan. Pelatihan atau kursus yang bisa mereka lakukan antara lain: memasak, menjahit, merias, belajar komputer, membuat handmade atau kerajianan tangan, budidaya tanaman, dan montir. Tentu semua bernilai jual di pasaran.
Kaum muda dapat membantu membangun negeri ini, menggalakkan produk dalam negeri yang tidak kalah saing di kancah nasional maupun internasional, mengurangi angka pengangguran, mengaktualisasikan diri, dan memperkenalkan warisan kebudayaan bangsa Indonesia melalui kerajinan tangan dan pakaian adat, sepetri ulos, songket, dan batik. Dikutip dari situs berita detikfinance, pada 12 Oktober 2018, diinformasikan bahwa pihak Nike akan mengurangi rantai pasokan di seluruh dunia, dari 785 pabrik menjadi 542. Kebijakan itu berlaku secara global, termasuk Indonesia. Selain itu, dikabarkan pihak Nike akan menghentikan pesanan pakaian olahraga terhadap 19 perusahaan garmen atau produsen pakaian jadi di Indonesia. Akibatnya, muncul opini yang mengatakan bahwa 35.000 karyawan terancam di-PHK.
Berwirausaha, Identitas Kaum Muda Milenial
Untuk bisa bergerak memulihkan kegiatan ekonomi, sudah seharusnya pemerintah juga membantu kaum muda berwirausaha lewat pemberian hibah atau peminjaman modal untuk membuka Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan demikian, diharapkan UMKM akan terus melejit sehingga produk-produk dalam negeri mampu bersaing di kancah global. Mengingat, UMKM tengah menjadi salah satu roda penggerak ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2017 menunjukkan tingginya devisa negara dari para pelaku UMKM. Angkanya pun sangat tinggi, mencapai Rp88,45 miliar. Angka ini mengalami peningkatan hingga delapan kali lipat dibandingkan tahun 2016. Selanjutnya, dikutip dari laman internetmarketing yang dipublikasi pada tanggal 20 November 2017, dikatakan bahwa tidak sampai disitu saja, bisnis kecil ini juga mampu memberikan sumbangsih terhadap PDB yang tercatat mencapai 7,1 persen dan mampu menyerap 10,7 persen atau sekitar 12 juta total dari tenaga kerja. Memang kontribusinya cukup besar meskipun hanya usaha kecil. Untuk industri ekonomi kreatif sendiri juga tumbuh 5,76 persen dari tahun sebelumnya. Dari data itu bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini di atas rata-rata.
Peran UMKM cukup penting karena mampu memberi nilai tambah hingga Rp641,8 triliun untuk PDB nasional. Walaupun begitu, pemerintah juga memiliki target tersendiri dari UMKM ini karena pemerintah merencanakan kontribusi PDB Ekonomi kreatif ditahun 2019 bisa mencapai 7–7,5 persen. Untuk sektor ekonomi kreatif ini pemerintah menargetkan 15 subsektor ekonnomi kreatif dan 3 di antaranya telah tercatat mampu memberikan kontribusi PDB yang cukup besar. Ketiganya itu antara lain adalah usaha kuliner sebesar Rp209 triliun atau 32,5 persen. Fesyen sebesar Rp182 triliun (28,3 persen) dan kerajinan sebesar Rp93 triliun (14,4 persen).
Pemaparan mengenai kontribusi UMKM di atas, jelaslah bahwa UMKM sangat berperan bagi negara sehingga harus tetap ditingkatkan. Khususnya oleh kaum muda milenial yang memiliki banyak waktu. Jika sudah telanjur bekerja kantoran, tidak perlu khawatir. Kaum muda bisa berwirausaha pada paruh waktu. Terlebih akses informasi saat ini sangat mudah. Siapa saja bisa berbisnis di manapun dan kapan pun menggunakan teknologi gadget. Waktu yang digunakan juga tidak begitu banyak. Namun, tidak jarang para pegawai kantor meninggalkan pekerjaannya hanya untuk berwirausaha. Hasil yang diperoleh mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini berimbas pada kemakmuran keluarga, orang sekitar, dan negara. Selain itu, dapat menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang tidak kalah saing secara ekonomi dengan bangsa lain sehingga tidak akan ada lagi pengusaha asing yang berkuasa di negeri tercinta ini.

Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana dan Juara II Penulisan Opini Majalah Komunkasi