Catatan dari Quattrick UM, Juara Umum MTQMN untuk keempat kalinya

Oleh Muslihati (Dosen BK FIP, Motivator Kafilah UM)

Universitas Negeri Malang kembali mengukir sejarah dengan mempertahankan gelar Juara Umum ke empat kalinya dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional XVI 2019 di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang berlangsung pada tanggal 28 Juli hingga 4 Agustus 2019. Sebelumnya UM berturut-turut menjadi jawara event besar Kemristek Dikti ini pada MTQMN ke XIII tahun 2013 di Padang, MTQMN ke XIV tahun 2015 di Jakarta dan MTQMN ke XV tahun 2017 di Malang. Sebuah capaian yang sangat prestisius dan membanggakan tentunya.

MTQMN XVI 2019 Unsyiah Banda Aceh sedikit berbeda dibandingkan dengan perhelatan MTQMN sebelumnya. Pada pelaksanaan tahun ini cabang-cabang kejuaraan yang dilombakan lebih berkembang dan variatif. Terdapat lima belas cabang yang dimusabaqahkan, salah satu diantaranya adalah Musabaqah Maulid Nabi yang digelar sebagai cabang uji coba atau eksibisi. Sebagaimana ajang MTQ pada umumnya, cabang Tilawatil Qur’an putra dan putri menjadi cabang utama. Cabang lain diantaranya cabang Qiraat Sab’ah kategori putra dan putri, Tartilil Qur’an kategori putra dan putri, Musabaqah Fahmil Qur’an, Hifdzil Qur’an 5 Juz kategori putra dan putri, Hifdzil Qur’an 10 Juz kategori putra dan putri, Hifdzil Qur’an 30 Juz kategori putra dan putri, Kaligrafi Dekorasi kategori putra dan putri, Kaligrafi Kontemporer kategori putra dan putri, Musabaqah Syaral Al Qur’an (MSQ), Karya Tulis Ilmiah Kandungan Al Qur’an (KTIQ), Desain Aplikasi Kandungan Al Qur’an (DAQ), Debat Isi Kandungan Al-Qur’an dalam Bahasa Arab (DBA), Debat Isi Kandungan Al-Qur’an dalam Bahasa Inggris (DII). Adapun cabang eksibisi yang dilombakan adalah Musabaqah Maulid Nabi Muhammad SAW (MMN).

Siaran langsung pengumuman Juara Umum MTQMN ke-XVI


Hal baru lainnya yang diterapkan adalah penghitungan skor poin perolehan kejuaraan yang digunakan sebagai penentu rangking prestasi perguruan tinggi dalam ajang ini. Jika pada MTQMN sebelumnya poin juara yang dihitung hanya juara satu (enam poin), juara dua (tiga poin) dan juara tiga (satu poin), maka pada tahun ini perhitungan poin berlaku untuk juara satu hingga juara harapan tiga. Perhitungan poin yang diberlakukan adalah sembilan poin untuk juara satu, tujuh poin untuk juara dua, lima poin untuk juara tiga, tiga poin untuk juara harapan satu, dua poin untuk juara harapan dua dan dan satu poin untuk juara harapan tiga. Ketentuan ini memberikan efek apresiatif pada setiap prestasi yang ditoreh kafilah perguruan tinggi yang meraihnya. Sebuah terobosan yang patut diacungi jempol.


Peraturan khas daerah Aceh juga diberlakukan pada cabang musabaqah beregu dimana anggotanya haruslah berjenis kelamin yang sama; semua anggoa tim harus perempuan semua atau laki-laki semua. Ketentuan ini menjadi tantangan tersendiri karena tidak mudah membentuk tim yang solid dan berkualitas dengan anggota berjenis kelamin yang sama. Ketentuan ini berlaku untuk cabang Fahmul Qur’an, Syarhil Qur’an dan KTIQ, DAQ, DII, dan DBA.


Sebagaimana biasa, UM selalu menurunkan kafilah dengan formasi “full team” di setiap ajang MTQMN. Kali ini kafilah UM juga berlaga di semua cabang lomba dengan memberangkatkan tiga puluh lima orang mahasiswa UM pada MTQMN ke XVI di Unsyiah. Tim ini didampingi dua orang official dan beberapa pendamping lapangan. Ustadz Moh. Fauzan, M.Pd. dan Ustadz Alifuddin Ihsan, M.Pd bertindak sebagai official kafilah, sedangkan anggota kafilah putri di dampingi Ustadzah Tsania Nur Diyana dan Ustadzah Zahro. Tim dari Biro Kemahasiswaan UM juga all out mensupport. Kehadiran Bapak Muarifin Wakil Rektor tiga UM, Bapak Taat Setyohadi, Pak Subur, Mas Iqbal, Bu Wiwid dan beberapa pembina menjadi modal semangat kafilah dalam berlomba. Dukungan doa dan support melalui media sosial juga disampaikan oleh warga UM. Kehadiran para Wakil Dekan bidang kemahasiswaan se UM, Wakil Dekan bidang Akademik Fak Sastra dan Ketua Jurusan Sastra Arab juga menjadi oase dan pengobar semangat bagi kafilah UM di tengah sengitnya pertarungan di medan musabaqah.


Mempertahankan gelar Juara Umum tentu bukanlah hal sesuatu yang mudah, terlebih saat ini hampir semua perguruan tinggi negeri dan swasta memberikan perhatian khusus pada pembinaan mahasiswa yang memiliki talenta dan prestasi di bidang MTQ. Dengan kondisi kompetisi yang sangat ketat, semacam ini maka patut diakui bahwa kemenangan UM adalah karunia Allah SWT sekaligus buah dari perjuangan panjang. Prestasi UM di ajang MTQMN tentu tidaklah hadir tiba-tiba. Hasil ini merupakan capaian dari pembinaan prestasi mahasiswa yang dikelola dengan strategi dan pola sistematis. yang istiqomah disertai riyadhoh, doa dan ikhtiyar dijalani oleh kafilah dengan penuh kesungguhan.

Foto press conference dengan media massa di Universitas Negeri Malang, Senin 05/08/19.


Proses seleksi dan pembinaan melibatkan tim UKM Al Qur’an Studi Club. Dalam proses yang hampir memakan waktu lima bulan tersebut dikawal oleh dua khudama’ ASC yang sering disebut dengan tim repot. Kali ini Maya dan Hafidzah selalu hadir menjadi punggawa yang menjembatani komunikasi dengan tim Kesma dalam menyediakan semua kebutuhan logistik kafilah selama pembinaan dan persiapan keberangkatan menuju lomba.

Setiap mahasiswa yang dikirim sebagai bagian dari kafilah tentu bukan mahasiswa biasa. Mereka telah melewati proses seleksi yang cukup panjang sesuai cabang yang diikutinya. Para pembina MTQ di UM menggunakan berbagai pintu masuk untuk memperoleh input anggota kafilah yang benar-benar berkualitas. input utama adalah melalui Seleksi Tim Kafilah, mahasiswa yang berpotensi, pernah mengikuti MTQ di tahun sebelumnya dan masih terhitung aktif sebagai mahasiswa dalam Pangkalan Data Dikti dipanggil untuk mengikuti seleksi. Penilaian dan penentuan peserta yang lolos dilakukan oleh para pembina MTQ di setiap cabang. Tim kafilah kemudian melalui proses pembinaan setiap dua pekan sekali sejak bulan April 2019 yang diakhiri karantina pada tanggal 24 Juli 2019 hingga 26 Juli 2019. Kafilah berangkat dari Malang pada tanggal 27 Juli 2019.


Jika ditanya apa yang menjadi rahasia keberhasilan UM mempertahankan prestasi MTQMN untuk keempat kalinya. Jawabannya kembali pada ungkapan syukur “hadza min fadli Rabbi”, juara umum adalah karunia dan kelebihan yang diberi oleh Allah. Kemenangan demi kemenangan merupakan buah dari artikulasi rasa syukur yang melahirkan niat kuat, komitmen, dedikasi untuk meraih pretasi terbaik. Jujur UM cenderung melatih mental juang dengan proses karantina yang berfasilitas sederhana, bukan dengan fasilitas berbiaya mewah. Namun justru dari kesederhanaan itulah muncul keikhlasan, kerja keras, penuh doa dan tawakkal. Dalam kebersamaan riyadhoh, kafilah UM dibentuk untuk menjaga kekompakan dan kohesivitas kelompok yang sangat kuat. Inilah nilai-nilai tradisi UM yang perlu terus dirawat dan ditumbuhkan dalam jiwa mahasiswa UM. semua nilai-nilai tersebut selaras dengan motto lustrum UM yaitu Merawat Tradisi, Bernas Inovasi, Melambungkan Prestasi

Pose empat jari yang melambangkan quattrick juara umum

Saat ini prestasi MTQMN menjadi incaran berbagai kampus besar. Perolehan 64 poin yang mengantarkan UM menjadi juara umum keempat kalinya harus ditindaklanjuti dengan berbagai kerja keras. Selisih 1 poin dengan peraih peringkat kedua menyisakan pekerjaan rumah yang cukup besar dan berat. UM harus pandai dan sigap “memetik bintang” calon mahasiswa baru yang bertalenta dan berprestasi bidang MTQ dari sekolah dan pesantren untuk kemudian mengasah dan menyemaikan talentanya dalam sistem pembinaan yang baik. Ke depan UM juga memerlukan peran serta alumni, sekolah menengah dan pesantran sebagai mitra pengembangan potensi remaja pecinta Qur’an.
Bangga UM Kami Jawara.