Tetap Istikamah Meski Perkuliahan Daring Tak Selancar Perkuliahan Luring
Universitas Negeri Malang (UM) merupakan sebuah perguruan tinggi dengan ribuan mahasiswa di dalamnya. Persebaran mahasiswa UM hampir merata di seluruh Indonesia baik yang tinggal di kota besar, kota kecil, bahkan pelosok desa sehingga bisa dibilang pemerataan pendidikan telah terjadi. Pendidikan yang semula semua mahasiswa harus berada di kampus dengan pembelajaran tatap muka, harus dilakukan secara daring akibat pandemi Covid-19. Pendidikan daring membawa persoalan baru yang belum terpecahkan yaitu jaringan internet yang sulit di pelosok negeri. Pembangunan infrastruktur yang belum merata, listrik yang baru masuk, dan jaringan internet yang sulit, membuat mahasiswa harus mencari jaringan sampai keluar desa tempat tinggal dengan perjalanan dan cukup jauh dan berisiko.
Rofiatul Azizah, salah satu mahasiswa Jurusan Sejarah UM, menuturkan bahwa untuk mencari jaringan internet guna pendidikan daring, dirinya harus lari ke pelabuhan yang memiliki jaringan internet walaupun minim dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Tempat tinggal yang berada di Pulau Poteran, Sumenep, Madura, membuatnya harus tinggal seharian di pelabuhan jika terdapat jam kuliah penuh. “Menghadapi sesuatu harus santai, biasanya 1 jam atau 30 menit sebelum perkuliahan daring dimulai sudah harus ada di pelabuhan untuk mempersiapkan jaringan internet karena hanya ada di pelabuhan dan pusat kota yang ada jaringan internet lumayan stabil,” jelasnya. Hal lain di juga dirasakan oleh Davia Faringgasari mahasiswa UM asal Nganjuk yang menghabiskan waktunya berada di sawah untuk mendapatkan jaringan internet yang stabil. Banyak kendala yang dirasakan di sawah seperti tidak adanya listrik guna mengisi ulang daya gawai. Selain itu, kendala seperti cuaca yang tidak menentu juga membuatnya kesulitan. “Selama ini ketika saya di rumah saya mencari jaringan internet di sawah karena jika di dalam rumah, sinyal tidak ada. Jadi mau tidak mau harus berada di luar rumah yang lokasinya lumayan jauh. Apalagi di sawah tidak ada jaringan listrik jadi harus bolak-balik ke rumah untuk _mencharger_”, tuturnya. Di samping itu, mahasiswa yang orang tuanya bekerja sebagai petani ini, kurang mengerti kondisi anaknya yang sedang kuliah daring sehingga tetap disuruh membantu pekerjaan di sawah sambil mencari jaringan internet.
Penggunaan jaringan internet dan listrik menjadi sebuah hal wajib bagi mahasiswa saat ini. Bagaimana pun kondisinya untuk berlangsungnya perkuliahan, harus ada jaringan internet yang stabil. Banyak mahasiswa harus meninggalkan rumah dan pergi ke kampus dengan berbagai resiko yang mengintai. Jalan yang diambil setiap mahasiswa berbeda, ada yang memutuskan untuk dirumah dengan kendala jaringan internet dan listrik. Tak jarang juga yang memutuskan kembali ke Malang untuk mendapatkan jaringan. Dengan berbagai keputusan, mahasiswa tersebut memiliki risikonya masing-masing.
Pewarta: Agustin Rahayu Intan Berlianti