aru

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” mungkin itulah yang
menjadi prinsip para mahasiswa Kepulauan Aru menapaki
jejaknya di kampus UM. Menempuh jarak selama 4 malam
5 hari dengan menggunakan kapal laut mereka berangkat
dari Kepulauan Aru menjalankan perkuliahan di Fakultas Sastra
dan Fakultas Ilmu Pendidikan UM. Gabriel Boger adalah salah satu
mahasiswa Kepulauan Aru yang menimba ilmu di S1 Pendidikan Sastra dan Bahasa Daerah UM angkatan 2010. Saat ditemui KOMUNIKASI ia tampak santai bercengkrama dengan teman-temannya yang juga dari Kepulauan Aru.

Setelah bertemu dengan KOMUNIKASI ia mulai
menceritakan perjalanan kuliahnya di UM. Awal perjalanan Boger
dimulai saat ia melakukan seleksi penerimaan beasiswa pemerintah
daerah Kepulauan Aru untuk menempuh perkuliahan di kampus Jawa.
Beasiswa dari Pemerintah Daerah Kepulauan Aru ini bertujuan untuk
mengirim pemuda-pemudinya belajar di UM dan bisa kembali serta
berkontribusi untuk kemajuan Kepulauan Aru. Setiap mahasiswa yang
dikirim akan ditanggung biaya pendidikan sampai lulus serta segala
keperluan saat belajar di Malang.
“Saat itu orang tua kurang setuju dengan keputusan saya
untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Pulau Jawa”, ucapnya dengan
mata menerawang. Wajar saja kala itu Boger tengah bekerja honorer di
Badan Kesbang Limnas di Kabupaten Aru sejak 2007 dengan gaji yang
lumayan. Setelah melakukan pertimbangan yang matang akhirnya
orang tua menyetujui Boger untuk mendaftar kuliah di Pulau Jawa.
Boger melangkah dengan penuh keyakinan melewati setiap tahap
tes yang langsung dilakukan oleh pihak UM. Dari sekitar 398 peminat
yang mendaftar akhirnya terpilih 100 orang yang akan dikirim untuk
belajar di Fakultas Sastra dan Fakultas Ilmu Pendidikan UM salah
Cerita Mereka
Cerita Mereka
Tahun 36 Mei-Juni 2014 | 33
satunya Boger. Setelah dinyatakan lolos ia
mulai memberitahu pimpinan di tempat
ia bekerja bahwa ia akan berhenti bekerja
dan akan melanjutkan pendidikan ke
pulau Jawa. Sontak pimpinan dan semua
temannya terkejut dan bahagia. Temanteman
Boger mengaku meyesal karena tidak
mengikuti tes tersebut. Boger mengakui
bahwa akses informasi di Kepulauan Aru
masih sangat kurang karena jarak yang jauh
sehingga pengumuman tentang beasiswa
pendidikanpun hanya terjangkau pada
tingkat kabupaten saja.
Laki-laki kelahiran 1998 ini
memilih jurusan Sastra Indonesia karena
kecintaannya terhadap bahasa Nasional dan
bahasa Daerah mengingat Kepulauan Aru
sendiri memiliki 16 rumpun bahasa daerah.
Selain itu kekurangan tenaga pendidik
di berbagi tingkat pendidikan terutama
di daerah menjadi alasannya untuk
mengabdikan diri di bidang pendidikan.
Tekadnya yang kuat untuk membangun
tanah kelahiran mengantarkannya
sampai di Pulau Jawa untuk menuntut
ilmu. Bersama 99 orang temannya yang
lain Boger sampai di tanah Jawa setelah
menempuh perjalanan dari Pulau Kai –
Banda – Ambon – Bau-bau – Makassar –
Surabaya – Malang. Perjalanan yang begitu
melelahkan selama berhari-hari tidak
menyurutkan semangatnya untuk belajar.
Sebelum sampai di Malang mereka turun di
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Boger
menceritakan pengalaman lucunya saat
pertama kali menginjakkan kakinya di pulau
Jawa. “Saya dan teman-teman kaget mbak
karena saat pertama kali turun dari kapal,
saya dan teman-teman diserbu pengemis
yang meminta uang receh. Di Kepulauan
Aru kami tidak mengenal uang receh.
Bagi kami uang receh tidak ada nilainya
dan waktu itu kami tidak membawa uang
seribuan. Akhirnya pengemis itu terus
menarik jaket teman saya sampai keluar di
pelabuhan”, kenangnya sambil terkekeh.
Ia kembali menceritakan
pengalaman pertamanya saat sampai di
Kota Malang. Ia bersama teman yang lain
di jemput dengan bis UM dan turun di
Gedung A3 pada tanggal 24 Oktober 2010
pukul empat sore. Ia bersama temannya
yang lain kebingungan tempat yang harus
ia tuju untuk beristirahat sehingga ia
menunggu. Setelah kurang lebih satu jam
kemudian pihak Fakultas menunjukkan
asrama UM sebagai tempat tinggal
mahasiswa Kepulauan Aru. Kedatangan
mereka di kampus sebenarnya terlambat
dari ketentuan jadwal ajaran baru di kampus
UM sehinggan Kelompok mahasiswa
Kepulauan Aru ini memulai perkuliahan
tanggal 1 November 2010. Selama
menempuh perkuliahan di UM, Boger dan
teman-temannya mengaku sangat senang
dan berusaha membaur dengan teman dari
Jawa. Agar dapat lebih membaur Boger
dan dua temannya mengikuti organisasi
di Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra
Indonesia. Meski aktif di kegiatan intra
kampus Boger tidak melupakan kegiatan
utamanya yakni belajar, terbukti dengan
IPK yang diraihnya masih diatas 3,00.
Selama perkuliahan Boger dan
beberapa temannya yang lain tidak mengalami
kesulitan yang berarti. Ia dapat bersosialisasi
dengan teman yang lain dengan baik. “Kami
berusaha menjaga satu sama lain mbak”,
ungkapnya sembari tersenyum. Meski tidak
mengalami kesulitan yang berarti namun bagi
beberapa teman yang lain kendala terberat
adalah mengubah kebiasaan tepat waktu
dan terkadang kesulitan menyelesaikan
tugas dari kampus. Namun sesulit apapun
tugas yang diberikan Boger dan temanteman
selalu berusaha untuk mengerjakan
tugas tersebut. Suka dan duka juga pernah
mereka alami bersama. Saat suka adalah
belajar di kampus Boger dan teman-teman
yang lain mendapatkan banyak pengalaman,
teman, ilmu yang bisa digunakan sebagai
bekal saat kembali ke Kepulauan Aru. Duka
pun tak jarang menghampiri para mahasiswa
Kepulauan Aru.
Rasa rindu pada kampung
halaman sering menghampiri mahasiswa
Kepulauan Aru. Bahkan beberapa mahasiswa
merasa tidak betah di Malang. Apalagi teman
Kepulauan Aru yang ditempatkan kuliah di
kampus Blitar jurusan PGSD. “Saya dan temanteman
di Malang terkadang menemani
teman-teman yang ada di Blitar. Kami
(teman-teman dari Malang) menyewa sepeda
motor dan bersama-sama pergi ke Blitar”,
ujarnya senang. Hal ini tentu saja membuat
rasa kekeluargaan antar teman sedaerah
terasa lebih dekat. Pemerintah Kepulauan
Aru memang hanya menanggung biaya
berangkat dan pulang setelah menyelesaikan
kuliah sehingga biaya kepulangan sebelum
menyelesaikan kuliah ditanggung secara
mandiri. Boger sendiri mengaku hanya
pulang sekali selama empat tahun menjalani
perkuliahan. Putra sulung dari empat
bersaudara ini menunggu kiriman uang dan
hasil tabungannya sampai ia bisa pulang
ke kampung halaman. Namun ia merasa
lebih nyaman hidup di Malang pasalnya ia
lebih mudah mendapatkan informasi dan
kemudahan sarana dan prasarana. “Ditempat
saya namanya Desa Sabir Sidjo kecamatan
Aru Selatan Timur akses internet loadingnya
saja sampai satu jam, dan biaya warnet disana
satu jam sepuluh ribu rupiah”, ungkapnya.
Namun dibalik rasa nyamannya hidup di pulau
Jawa dengan segala aksesnya Boger tetap
ingin mengabdikan dirinya ke Kepulauan Aru.
Setelah menyelesaikan perkuliahan di UM,
mahasiswa Kepulauan Aru ini akan disebar
pada daerah yang berbeda.
Boger juga menceritakan
keindahan Kepulauan Aru dimana
laut Aru adalah laut yang tidak pernah
kehabisan ikan dan sumberdaya lautnya.
Ekosistem yang masih alami membuat
keanekaragaman hayati di Kepulauan Aru
masih terjaga. Boger juga menambahkan
hampir semua kampung di Kepulauan Aru
adalah wilayah pesisir. “Inilah yang harus
kita jaga dari Indonesia, semoga apa yang
saya lakukan bisa memeratakan SDM di
Indonesia” ungkapnya di akhir wawancara
bersama KOMUNIKASI. Lailil