Oleh  Wahyu Dwi Lestari

Andaikan buku-buku yang ada di rak-rak perpustakaan adalah makanan kesukaan kita, apa jadinya ya? Tentunya kita akan lahap membacanya. Inilah kunci untuk membuka gembok yang menyebabkan kita enggan membaca buku.
Untuk memasuki dunia buku, hal yang perlu dilakukan adalah mengubah paradigma dalam memandang buku. Buku sama saja dengan makanan, yaitu makanan untuk rohani kita. Bayangkanlah apabila jasmani kita tidak diberi nasi, telur, daging ayam dan makanan bergizi tinggi lainnya. Apa yang akan terjadi ? Tubuh kita akan loyo dan sakit-sakitan. Demikian juga yang terjadi dengan rohani kita. Buku adalah salah satu jenis makanan rohani kita yang sangat bergizi. Mendengarkan pengajian dan ceramah adalah juga sebentuk makanan rohani. Namun, buku memiliki gizi lebih dibandingkan dengan ceramah.

Buku Ibarat Makanan Favorit
Dengan menganggap buku sebagai makanan, maka kita dapat memerlakukan buku layaknya makanan kesukaan kita. Bagaimanakah caranya? Pertama, agar membaca buku tidak membuat ngantuk, pilihlah buku-buku yang memang kita sukai sebagaimana kita memilih makanan yang kita gemari. Kedua, cicipilah kelezatan sebuah buku sebelum membaca semua halaman. Kita dapat mengenali lebih dahulu siapa pengarang buku tersebut. Kita bisa bertanya kepada seseorang yang menganjurkan kita untuk membaca sebuah buku (misalnya guru, orang tua, atau teman kita). Mintalah mereka untuk menunjukkan lebih dahulu hal-hal menarik yuang ada di buku itu. Ketiga, bacalah buku secara ngemil (sedikit demi sedikit, layaknya memakan kacang goreng). Apabila kita bertemu dengan buku ilmiah setebal tiga ratus halaman, ingatlah bahwa tidak semua halaman buku itu harus dibaca. Cari saja halaman –halaman yang menarik dan bermanfaat. Kita dapat ngemil membaca pada pagi hari sebanyak lima halaman dan sore harinya sepuluh halaman.
Gizi sebuah buku melebihi ceramah atau hal-hal lain yang kita dengar dan kita lihat. Hanya melalui membaca buku kita mampu menumbuhkan saraf-saraf di kepala kita. Aktivitas membaca buku menggabungkan banyak aktivitas penting lain. Pertama, memusatkan perhatian agar sebuah teks yang dibaca dapat memberikan manfaat. Kedua, apabila menemukan hal-hal menarik dari sebuah buku, berilah tanda. Ketiga, sebuah kalimat menarik akan membuat saraf-saraf otak bekerja secara efektif sehingga dapat menemukan sesuatu yang baru.
Apabila sudah mengubah paradigma bahwa membaca buku seperti makan makanan kesukaan kita dan sudah memahami manfaat membaca buku, maka cobalah untuk mulai membaca buku-buku ilmiah saat ini juga. Untuk memermudah membaca buku,  diperlukan tips-tips tetentu. Misalnya metode belajar gaya SAVI. SAVI adalah singkatan dari somatis (raga/tubuh), auditori (bunyi), visual (gambar), dan Intelektual (merenungkan). Kiat ini dilakukan agar membaca buku menjadi betah dan tidak mengantuk. Pertama, membaca secara somatis. Pada saat membaca dicoba untuk tidak hanya duduk, tetapi bisa dengan berdiri atau berjalan-jalan. Tubuh digerakkan pada saat membaca. Misalnya, setelah membaca lima sampai tujuh halaman, berhenti sejenak untuk menggerakkan tangan, kaki, dan kepala. Setelah itu, bisa dilanjutkan untuk membaca buku. Kedua, membaca secara auditori. Cobalah sesekali membaca dengan menyuarakan apa yang dibaca itu. Lebih-lebih apabila menjumpai kalimat-kalimat yang sulit dicerna. Dalam hal ini, telinga akan membantu mencernanya. Ketiga, membaca secara visual. Ini berkaitan dengan kemampuan dahsyat yang bernama imajinasi atau kekuatan membayangkan. Cobalah bayangkan saat membaca sebuah konsep atau gagasan. Kalau perlu, gambarlah. Hal ini juga akan memercepat pemahaman ketika membaca buku. Keempat, membaca secara intelektual. Hal ini berkaitan dengan kemampuan luar biasa. Perlu jeda atau berhenti sejenak setelah membaca dan merenungkan manfaat yang diperoleh dari membaca. Akan lebih bagus apabila saat merenung juga mencatat hal-hal penting yang diperoleh dari halaman-halaman buku. Hal ini akan memudahkan dalam menuangkan atau menceritakan kembali apa-apa yang telah dibaca.

Penulis adalah mahasiswa Teknik Mesin 2009