Oleh Elok Dwi R

Berat kurasakan…
Tapi semangat tak akan tumbang
Karena…
Harapan besar 805 tersandar
di pundakku

Dinginnya pagi itu mengantarkan mereka bertemu dengan semua yang sebelumnya tidak pernah ditemui. Pendidikan Dasar dan Kursus Kader Pelaksana. Terasa asing mendengarnya. Senior mengatakan, “Kalian akan di sekolahkan di sana. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya!” Pagi itu, langit begitu cerah dengan sedikit dihiasi awan-awan yang berusaha menutupi secarik sinar sang mentari. Tak lelah kiranya seperti semangat anggota-anggotaku yang kian membara yang pada hari itu akan diberangkatkan. Seperti tradisi kami, Resimen Mahasiswa Satuan 805 Wira Cendikia UM selalu memberikan bekal yang cukup, bahkan bisa dikatakan lebih untuk anggota yang akan mengikuti pendidikan. Semalam yang cukup melelahkan dengan berbagai materi mental dan fisik telah diberikan.
Pemberangkatan Pendidikan Dasar dan Suskalak Menwa Korwil II Malang dilaksanakan di Politeknik Negeri Malang. Cerah suasana saat itu semakin memberi semangat dan kekuatan semua peserta Pendidikan Dasar dan Suskalak Menwa Korwil II Malang. Setelah upacara pemberangkatan usai, mendekatlah serombongan Provost yang senior-senior katakan sang penegak disiplin. Mulailah orientasi medan yang cukup menguras tenaga. Tapi tekad tetap bulat dan semangat tak akan padam sampai pendidikan berakhir. Serasa mengepel lapangan rumput milik Politeknik Negeri Malang yang begitu luasnya dengan sekujur tubuh.
Dodik Bela Negara dan Dodikjur Rindam V/Brawijaya yang nantinya akan ditempati untuk Pendidikan Dasar dan Suskalak Menwa. Matahari sudah di atas kepala. Akhirnya pasukan Menwa Korwil II Malang dengan jalan kaki tiba di tempat itu. Senang, bangga bercampur takut terasa di hati. Tak menyangka akan berkumpul dengan Menwa se-Jawa Timur dan juga dari luar Jawa seperti Aceh, Riau, Bali, Ambon, Kalimantan, Papua, dan masih banyak yang lainnya. Sesuai tradisi, pasukan dengan langkah tegap memasuki kesatrian disambut teman-teman Menwa dari satuan lain dan pelatih-pelatih yang terlihat garang mukanya. Hijau-hijau pakaiannya dan tak ada rambut di kepala bagi peserta pendidikan laki-laki serasa menghiasi pandangan mata. Selama tiga minggu ke depan semua peserta pendidikan akan mengukir kisah hidupnya di sini, di lembaga pendidikan Rindam V/Brawijaya. Berbagai ilmu akan diberikan. Seusai daftar ulang dan pengecekan kesehatan yang terakhir, pelatih membagi barak atau yang biasa dikatakan tempat tidur atau tempat istirahat layaknya kamar yang berisikan sekitar 43 orang kepada masing-masing pasukan.
Keesokan harinya, pembukaan Pendidikan Dasar LXIV dan Suskalak XXVII dibuka oleh Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Gatot Nurmantyo. Kegiatan pendidikan selama dua minggu akan berpusat di Dodik Bela Negara untuk peserta Pendidikan Dasar dan Dodikjur untuk peserta Suskalak yang letaknya tidak berjauhan dengan pemberian materi kelas dan lapangan. Banyak yang akan diajarkan oleh pelatih-pelatih Rindam V/Brawijaya, seperti PBB, PPM (peraturan penghormatan militer), survival, bifak, patroli, IMPK (ilmu medan peta dan kompas), pertahanan malam, lempika (lempar pisau dan kapak), DOG (dasar operasi gunung), kesehatan lapangan, Tikrupan (teknik regu senapan), PUDD (peraturan urusan dinas dalam), PUDG (peraturan dinas garnisun), BDM (bela diri militer), pengenalan senjata, menembak, dan masih banyak yang lainnya. Kegiatan satu minggu berikutnya akan dilakukan di alam bebas di luar lembaga pendidikan. Tak lupa pembagian senjata kepada masing-masing siswa pendidikan, M16 untuk siswa Suskalak dan Garrand untuk siswa Diksar. Senang akhirnya bisa merasakan memegang senjata seperti TNI. Membawa senjata ternyata berat, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Pelatih mengatakan, “Senjata itu ibarat istri atau suami kalian. Jangan sampai hilang atau diambil orang. Senjata wajib dijaga baik-baik.” Entah berapa kilo beratnya, untung ada ransel yang ditenteng di punggung. Jadi, tubuh tetap seimbang saat berjalan dan berlari.
Malam pertama di lemdik (lembaga pendidikan) terasa begitu menggoda. Piket malam atau yang lebih dikenal jaga serambi terus digilirkan kepada setiap siswa. Dimulai pukul 21.00 sampai pukul 04.00, satu jam pertama peserta di tempat tidur. Satu dan dua selanjutnya sampai tempat tidur terakhir, begitu seterusnya. Semua siswa yang tidak pernah diatur dengan peraturan yang ketat dan mengikat, mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan peraturan di lemdik. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi semuanya diatur sampai tidur pun juga diatur. Tujuannya adalah satu, agar hidup menjadi terbiasa teratur dan disiplin. Satmenwa 805 UM mendelegasikan lima personil untuk mengikuti Pendidikan Dasar dan satu personil Suskalak tahun 2011 ini dengan tujuan agar tercetak generasi penerus yang  mempunyai ilmu yang mumpuni di bidangnya dan ke depannya mereka bisa mencetak generasi 805 yang teratur dan disiplin guna mengembangkan Menwa menjadi lebih maju. Walaupun berat dirasa, tapi kekuatan tetap 55 dan semangat tetap 45.
Minggu pertama, banyak sekali ukiran sejarah menyelimuti personil 805 beserta teman-teman dari satuan lain yang sedang mengikuti pendidikan. Bangun pagi pukul 04.00, dilanjutkan dengan salat subuh berjamaah di masjid. Setelah itu, dirangkai dengan jasmil yang merupakan singkatan dari jasmani militer dengan berlari memutari lapangan beberapa kali, ditambah lagi dengan senam senjata serta push-up, sit-up dan back-up. Karena banyak dan padatnya kegiatan sehingga banyak siswa pendidikan yang tertidur saat materi kelas. Provost pun tak tinggal diam melihat ulah mereka. Dengan garangnya semua siswa yang tertidur dihukumnya.
Banyak ilmu yang diberikan pelatih, mulai dari binsik (pembinaan fisik) yang dilakukan setiap hari guna melatih fisik dan mental untuk mempersiapkan berganda (jalan jauh). Bela diri militer di bawah terik matahari yang terasa membakar kulit tetap diajarkan pelatih berkaos kuning yang banyak siswa katakan “orang-orang jas” kepada siswa dengan semangat dan tegasnya. “Hitungan kelima, baju harus dilepas bagi siswa laki-laki,” begitu teriak pelatih berkaos kuning dengan garangnya. Jasmani militer siang hari juga dengan semangat dilaksanakan demi membentuk karakter yang disiplin dan mempunyai mental baja dan fisik yang kuat. Materi yang paling menyenangkan adalah DOG (dasar operasi gunung) seperti rappling, rayapan tali 1, rayapan tali 2 atau yang sering dikatakan jembatan birma, dan masih banyak yang lainnya. Menguji nyali, begitu kata anggota-anggotaku. Tetap menyenangkan walau awalnya terasa takut.
Pemberian materi lapangan tetap dilaksanakan walau di bawah terik matahari guna memberikan bekal untuk menjadi personil yang loyal dan bisa mengembangkan satuannya masing-masing menjadi lebih baik. Didampingi oleh pelatih-pelatih yang tegas dan disiplin serta berhati lembut layaknya ayah dan ibu sendiri walaupun berada di lembaga pendidikan. Ditempa tak henti-hentinya setiap hari setiap saat, dan tanpa lelah pelatih-pelatih memberikan ilmu serta motivasi kepada siswa agar tetap semangat mengikuti pendidikan sampai akhir. Semua gerakan harus cepat, tepat dan akurat. Tap…tap… tap….
Pergeseran pasukan dari satu tempat ke tempat lain dilakukan dengan berlari dan berbaris dengan rapi. Setiap bertemu senior atau pelatih selalu dilakukan penghormatan militer seperti yang sudah diajarkan pelatih.Semua benar-benar serba diatur dan teratur.
Tibalah minggu ketiga ketika akan dilaksanakan berganda atau yang lebih dikenal jalan jauh. Semua siswa, baik Diksar maupun Suskalak mempersiapkan bekal fisik, mental, dan perlengkapan untuk melaksanakan berganda. Upacara pemberangkatan berganda dibuka oleh Komandan Rindam V/Brawijaya, Letkol Inf. Soeparno. Jalan jauh yang akan ditempuh kurang lebih 25 km tentu saja akan ditempuh dengan jalan kaki. Tempat tujuan utama adalah lapangan tembak Bedali Lawang yang nantinya semua siswa pendidikan akan dilatih menembak di sana. Berganda atau jalan jauh adalah ajang saat semua siswa mengaplikasikan semua materi yang telah diberikan pada saat di Depo pendidikan.
Materi pertama adalah IMPK. Semua siswa dengan kelompoknya masing-masing diberi tugas untuk mengaplikasikan materi IMPK yang telah didapatnya. Dari kegiatan ini akan terlihat mana yang menguasai IMPK atau tidak. Masih ada saja kelompok yang tersesat karena mereka kurang teliti atau mungkin mereka kurang memahami materi tersebut. Hari kedua dilaksanakan menembak basah atau bisa dikatakan menembak yang sebenarnya. Setiap siswa dibekali lima amunisi untuk sekali praktek menembak. Dengan cekatan, pelatih mengajarkan posisi menembak, yaitu dengan posisi berdiri, tiarap, dan duduk. Dengan senjata M16, praktik menembak dilakukan dengan posisi tiarap. Dor… dor… dor…. Suara dentuman peluru terus menggema berkali-kali di lapangan tembak yang sepi. Telinga terasa mendengung tak karuan dan hentakan senjata yang mengeluarkan peluru menghantam tubuh begitu menggetarkan. Akhirnya saya sudah merasakan menembak sungguhan. Begitu bisikan hati semua siswa seusai menembak.
Pendidikan diakhiri dengan HTF (how to fight). Tentu saja aplikasi di sini lebih mendalam dari semua materi yang sudah diberikan saat pendidikan dua minggu sebelumnya. Mulai dari lempika, rayapan tali 2, bongkar pasang senjata, turun hesti, kesehatan lapangan, semuanya diujikan oleh pelatih dan tempatnya tentu saja di alam bebas, di hutan. Sungguh puas rasanya selama tiga minggu bersama teman-teman se-nusantara susah dan senang bersama. Tentu saja tak akan terlupakan sepanjang masa. Malam terakhir di lembaga pendidikan ditutup dengan malam pengantar tugas, yaitu malam bersenang-senang, bernyanyi, berfoto, dan sebagainya.
Tak akan kulupakan dan akan aku aplikasikan beribu ilmu yang telah engkau berikan padaku wahai pelatih-pelatihku. Teman-temanku, tetaplah berjuang dan jayalah Menwa Indonesia. Widya Castrena Dharma Siddha.

Penulis adalah mahasiswa Matematika dan KSU Operasional di Satmenwa 805 UM