Sabtu (19/11), lebih dari dua ratus mahasiswa memadati aula Perpustakaan UM untuk mengikuti Dialog Interaktif bertema “Sex Education: Kupas Tuntas Kehidupan Seks Mahasiswa”. Acara yang digagas oleh bidang Kemuslimahan lembaga dakwah fakultas Kreativitas Islam MIPA ini sukses menarik perhatian para kaum hawa dari berbagai fakultas di UM. Tak hanya topik yang dibicarakan menarik, tetapi para pemateri yang dihadirkan pun tak kalah istimewa, yakni Kharisma K. Viranatha, Mbakyu Malang 2011, Amelia Ayu P.S., S.Psi., Kepala Home Schooling Group-Khoiru Ummah, dan dr. Ifa Wahyuni, praktisi kesehatan.
Dalam penyampaiannya, Mbakyu yang akrab dipanggil Vira ini memaparkan berbagai fakta mengejutkan mengenai banyaknya kasus seks bebas di kalangan mahasiswa. Berdasakan data penelitian tahun 2007, sebesar 53% mahasiswa mengaku telah melakukan seks bebas dengan alasan 79% di antaranya adalah karena saling mencintai. Sementara alasan yang lain didasarkan pada kebutuhan materi dan untuk bersenang-senang. Dampaknya pun tak kalah mencengangkan. Pada September 2011 saja di kota Malang sudah 1.875 kasus HIV dilaporkan terjadi. Itu baru yang dilaporkan, padahal diperkirakan angka di lapangan jauh lebih besar. Belum lagi dampak yang lain seperti kehamilan yang tidak diinginkan hingga aborsi. “Peran pemerintah Malang saat ini terhadap pencegahan HIV antara lain pelayanan klinik Voluntary Councelling Test (VCT) dan penyuluhan dan pelayanan serta pencetakan buku dan leaflet mengenai HIV,” terang mahasiswi akuntansi UB ini.
Selanjutnya Amelia Ayu lebih fokus pada pembahasan latar belakang munculnya perilaku di kalangan mahasiswa. Rasa ingin tahu yang kuat, faktor ekonomi, gaya hidup, dan sikap permisif masyarakat menjadi latar belakang tumbuh suburnya perilaku seks bebas. Ia menambahkan, “Oleh karena itu, penanganan terhadap kasus seks bebas membutuhkan peran banyak pihak, yakni orang tua, sekolah atau kampus, dan pemerintah dalam rangka untuk memberi pemahaman yang jelas tentang seks, kontrol terhadap perilaku, dan memberikan edukasi massal secara benar dan menyeluruh tentang seks bebas.”
Perbincangan semakin hangat ketika dr. Ifa Wahyuni membahas solusi tepat menyelesaikan kasus seks bebas. “Selama ini, pemerintah ternyata justru telah memfasilitasi perilaku seks bebas, di antaranya dengan disebarnya ATM kondom. Padahal berdasarkan penelitian, pori-pori kondom masih terlalu besar daripada ukuran virus HIV sehingga kemungkinan tertular masih ada,” terang dr. Ifa. Solusi tepat seharusnya perlu adanya sistem yang jelas dalam memberikan pemahaman dan edukasi tentang seks kepada masyarakat, kontrol ketat terhadap stimulan seks bebas, dan memberikan efek jera pada para pelaku seks bebas.
“Melihat semakin banyaknya kasus seks bebas dan dampaknya bagi pelaku maupun masyarakat mendorong kami untuk mengadakan acara yang mampu membahas dengan tuntas berbagai hal mengenai seks bebas. Semoga bermanfaat bagi peserta,” ujar Nurul, panitia acara.Num