Karnaval Sastra yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Sastra (FS) kembali mendatangkan aktor kawakan ibukota. Setelah tahun lalu mengundang Slamet Raharjo, kini giliran Didi Petet yang hadir. Aktor yang antara lain pernah beken lewat perannya sebagai Kabayan dan Emon ini didaulat menjadi pemateri pada seminar budaya regional, Kamis (17/11) di gedung Sasana Budaya UM. Seminar dengan tema “Peran Seni Pertunjukan dalam Dunia Pendidikan untuk Membentuk Karakter Bangsa” ini dibuka langsung oleh Rektor UM.
Ketua pelaksana kegiatan seminar, Mukhlis Imam Bashori menjelaskan bahwa seminar kali ini merupakan acara pembuka dari rangkaian acara Karnaval Sastra II. “Karnaval Sastra merupakan acara puncak tahunan yang diselenggarakan oleh BEM FS. Tujuannya adalah untuk mewadahi kreativitas teman-teman dari berbagai jurusan yang ada di Fakultas Sastra,” jelasnya.
Meski beberapa kali terjadi korsleting listrik dan sound system yang berakibat pada kemoloran waktu, seminar ini tetap dapat berjalan lancar. Setelah menyapa penonton, Didi Petet mengungkap asal muasal nama “Petet”. Aktor bernama asli Didi Widiatmoko ini mengatakan bahwa “Petet” adalah sebutan dalam bahasa Sunda yang berarti “sipit”. “Mata saya hampir gak ada kelopaknya,” kelakarnya. Dalam penyampaian materinya, Didi Petet banyak bercerita mengenai pembuatan sebuah drama musikal Lutung Kasarung. Aktor kelahiran 12 Juli 1956 ini memang sedang mempersiapkan pagelaran yang rencananya akan digelar di Jawa Barat pada Selasa (31/12) dengan melibatkan 120 aktor dan 30 pemusik.
Bagi Didi Petet sendiri, Lutung Kasarung adalah cerita asli Indonesia yang kental dengan nilai-nilai yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, akar budaya utamanya, yaitu Jawa Barat sangat menonjol. Dalam sesi tanya jawab, lebih banyak lagi hal-hal yang diutarakan oleh Didi. Salah satunya, saat menjawab pertanyaan mengenai ukuran sukses sebuah pertunjukan, Didi mengatakan bahwa kesuksesan sebuah pertunjukan adalah pertunjukan tersebut harus sesuai dengan latihan. Tidak melenceng, tidak dilebihkan dan dikurangi.
Pria yang pernah menjadi Dekan Institut Kesenian Jakarta ini juga memberikan saran kepada para peserta ketika sedang menonton seni pertunjukan. “Larut, ikut, dan masuklah ke dalam peristiwa. Jangan dicari-cari dan terlalu dipikir mana pesannya, mana karakter bangsanya. Nikmati dan ikuti saja,” ujarnya. Sebagai penutupan, Didi Petet memainkan sebuah pantomim yang ia persembahkan untuk UM dan untuk para peserta yang hadir.Nur