Sajak Elyda K. Rara
Jangan kau kira aku ikut kalap atau kalut dalam laku keji senja itu,
memang aku hanya batu di bawah kayu belimbing tua
yang tak teranggap mata siapa saja
Tapi aku dengar, aku menangkap apa saja yang tergelar
bak drama perang Mongol ratusan tahun silam
Saat itu udara keruh oleh temaram debu yang berterbangan
Puluhan batu gambari tetubuh dengan warna merahnya
Bahkan riuh jerit dan amuk manusia tusuki sengkakala tenang
Namun bukan itu yang akhirnya buat jantung matiku bergetar
Mak Saijahlah,
sang janda tua penyapu tanah kuburan yang telah lama kukenal
Mak Saijah,
kulihat kau yang karena terlalu kuat menahan amarah,
tak lagi bisa kau bendung diammu
Kau kutuki orang-orang yang telah rampasi tetanah dan kampungmu,
lalu kau makan tanah semerah bata itu
Seperti para pemain kuda lumping yang kalap kesetanan
Mak Saijah,
kulihat seorang lelaki berseragam memukul kepalamu
lalu menyeret kau yang masih mengais tanah
hingga kain jarikmu mengelupas koyak
dan perlihatkan kaki kurus penuh lebam hitammu
Kulihat lagi ia menjejalkanmu ke dalam mobil yang penuh
dengan wajah-wajah yang sangat tak asing denganmu
Mak Saijah,
itulah hari terakhir aku melihatmu,
hingga kini tak pernah lagi kudengar kabarmu dari bibir mana pun
Kuharap kau kembali, Mak

Cirebon, 28 Februari 2012