Oleh: Lutfi Fauzan

Suzanne Boswell dalam The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 1, No. 3, Summer Issue (2000) melaporkan hasil eksperimen pada sejumlah kelompok yang ia sebut sebagai dental team. Permasalahan yang diajukan adalah mengapa dalam kelompok ada yang berhasil dalam kerja tim sedangkan yang lain tidak, yang satu berjalan baik dan produktif sehingga menimbulkan kepuasan bersama sedangkan yang lain timbul konflik. Berpijak pada konsep pengubahan perilaku untuk memperbaiki keterampilan individu dalam transaksi interpersonal yang bisa diamati, ia membuat model tipologi perilaku yang dikaitkan dengan tingkat asertivitas dan responsivitas seseorang.
Di dalam gambar dapat dilihat garis vertikal sebagai kontinum responsivitas yang melahirkan dua kutub: controls emotions dan displays emotions, sedangkan garis horisontal menunjukkan asertivitas yang membentangkan kontinum asks dan tells.
Tipologi Asertif
Orang asertif ditampilkan dalam dua cara: asertif bertanya dan asertif berkata. Orang bertanya untuk menunjukkan minat, seperti ketika dalam forum diskusi me¬reka ingin makan siang, maka bertanya, “Apakah kamu ingin pergi ke depot lezat?” Alih-alih “Saya akan ke depot lezat!” Pesan ini jelas dan mudah difahami. Ini gambaran orang yang mencari informasi, dan mereka sering tidak menempatkan posisi diri atau keberadaan diri sampai mereka mempunyai cukup informasi. Individu yang asertif bertanya sering berbicara lebih pelan, membuat sedikit pernyataan, dan sangat hati-hati dalam mengatur volume suara. Mereka kurang mengadakan kontak mata selama berbicara, sedikit gerakan tangan, dan postur tubuh le¬bih banyak menetap. Sebaliknya, individu asertif berkata lebih siap mem¬ver¬balisasikan po¬si¬si¬nya atau keberadaan dirinya. Ekstrimnya mereka sering menjadi yang pertama me¬nyatakan pendapat dan suka memimpin kelompok. Individu asertif berkata dikenal memi¬liki pola bicara cepat, lebih banyak membuat pernyataan, dan menggunakan volume lebih tinggi ketika berbicara. Selain itu gestur tubuhnya lebih terarah dan lebih banyak melakukan kontak mata.
Tipologi Responsif
Responsivitas adalah dimensi ke dua dari perilaku. Responsivitas ini mengin-di¬ka¬sikan seberapa banyak emosi seseorang yang ingin ditunjukkan kepada orang lain. Individu yang mengontrol emosi keadaannya kurang responsif, sebaliknya individu yang mengekspresikan emosi tampak lebih bebas dan responsif. Isyarat perilaku menunjukkan orang yang mengontrol emosi umumnya suaranya lebih monoton dan lebih fokus kepada tugas daripada yang lain. Mereka lebih banyak menggunakan data dan fakta dalam berbicara. Individu yang kurang responsif mempunyai emosi tertentu namun lebih banyak menjaga perasaan mereka. Postur tubuh, penggunaan tangan, ekspresi wajah lebih banyak dikendalikan dan kadang-kadang tampak kurang rileks. Sedangkan individu yang secara emosi lebih responsif lebih sering menggunakan rentang nada atau infleksi suara yang lebih luas, fokus pada orang dan hubungan, lebih sering menggunakan kisah dan pendapat pribadi dalam pembicaraan. Kelompok orang ini sering menyemarakkan suasana, sikapnya lebih casual dan gesturnya lebih terbuka.
Empat Gaya Perilaku
Kombinasi tingkat asertivitas dan responsivitas menentukan gaya individual. Dari dua premis dasar ini dihasilkan pemahaman tentang empat gaya pribadi yang ditampilkan pada perilaku di dalam kerja tim. Empat gaya perilaku itu adalah:
Gaya analitik (analytical style) adalah tipe asertif bertanya yang cenderung mengendalikan emosi. Gaya ini memiliki hambatan dalam komunikasi. Suara sering melemah, dan lebih sering monoton. Fokus pada tugas, memiliki minat pada apresiasi dan lebih apresiatif pada data dan fakta. Gaya analitik lebih banyak diam dan hati-hati dalam berbicara, berbicara lebih lambat dan lebih sedikit memberikan pernyataan. Bahasa tubuhnya lebih terkendali dan disembunyikan. Mereka cenderung bungkam ketika menghadapi orang yang agresif atau emosional.
Gaya pengemudi (driving style) adalah asertif berkata yang cenderung me-ngendalikan emosi namun lebih banyak mengajukan pernyataan. Mereka berbicara cepat dan lebih terarah. Sekalipun mereka sering menggunakan rentang nada suara yang lebih luas atau berinfleksi, mereka lebih sering berbicara lebih keras daripada gaya yang lain. Gaya pengemudi cenderung memusatkan perhatian pada hasil. Mereka mungkin menjadi kurang sabar dengan orang yang lama dalam mengambil putusan atau terhadap orang yang emosional.
Gaya ramah-tamah (amiable style) adalah asertif bertanya yang cenderung menunjukkan emosinya. Mereka berbicara lebih lambat dan dipikir penuh, menggu-nakan variasi nada suara, sensitif terhadap kebutuhan atau reaksi orang lain. Gaya ramah-tamah lebih peduli terhadap hubungan dan dapat menjadi terganggu ketika terjadi perselisihan. Mereka dapat kehilangan hal-hal yang praktis ketika mengatasi masalah emosi dan hubungan antarmanusia.
Gaya menyatakan (expressive style) adalah asertif berkata yang cenderung me-nampilkan emosinya. Individu dengan tipe perilaku ekspresif cenderung lebih ba-nyak membuat pernyataan atau berbicara. Mereka berbicara dengan cepat, menggunakan variasi suara yang lebih banyak, dan lebih banyak menghidupkan suasana dalam berbicara. Mereka lebih fokus pada topik tentang orang, lebih banyak menyajikan cerita dalam menyatakan pokok pikirannya, lebih sering menampilkan spontanitasnya dengan energi tinggi dan menyumbangkan idea kreatif untuk hal-hal praktis.
Dinamika Gaya Perilaku
Adanya perbedaan signifikan dari keempat gaya ini mengundang terjadinya konflik dalam interaksi sehari-hari. Tanpa pemahaman perbedaan perilaku, frustrasi dan kemarahan dapat terjadi. Konflik lebih banyak terjadi antara tipe yang berla-wanan secara diagonal. Gaya pengemudi yang menginginkan orang menyatakan langsung (to the point) tanpa emosi dapat menjadi jengkel pada gaya ramah tamah yang banyak mengobrol tentang keluarga. Situasi itu mungkin menyebabkan si gaya pengemudi menjadi asertif dan si ramah tamah mengalami tekanan emosi (stres) dalam merespon. Si gaya ekspresif mungkin datang dengan banyak idea yang tam-pak menggembirakan. Namun ia bertemu dengan kesangsian si gaya analitik yang menyatakan ide mereka kurang memiliki landasan dengan tekanan suara emosional.
Demikianlah konflik dapat senantiasa terjadi. Sebagian orang dapat begitu asertif bahkan dapat meningkat menjadi agresif, sedangkan sebagian yang lain menjadi tertekan dan pasif. Dalam kelompok yang memerlukan kerja tim pertemuan gaya perilaku ini dapat menghambat efisiensi dan produktivitas, kecuali jika setiap pihak mampu dan mau memahami perbedaan gaya serta menerima keberbedaan itu. Bagaimana dengan Anda? Atau bahkan Anda ingin mengubah gaya Anda?
?    Penulis adalah dosen dan ketua UPT BK UM