IMG_1966Pesona Pulau Dewata selalu memanjakan penikmatnya. Bukan saja keindahan alamnya, kearifan lokal yang dimilikinya menjadi nilai plus yang patut dibanggakan. Hampir di setiap sudut pulau cantik ini mampu memikat pengunjungnya, menggoda kita untuk kembali berkunjung ke pulau sini.


Jika sudah menyebut Pulau Dewata, maka kita akan langsung mengenalinya. Ya, pulau itu ialah Bali. Bagi yang pernah berkunjung ke pulau ini, pertama kali yang akan terbayang ialah pantainya. Rasanya kurang lengkap apabila bertandang ke Pulau Bali tanpa menyinggahi pantainya.
Mengawali tahun 2017, rombongan dari kru Komunikasi bertandang ke pulau yang mendapat julukan “Pulau Seribu Pura” itu. Seperti kata pepatah, menuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, kali ini kru Komunikasi menimba ilmu jurnalistik sampai ke seberang Pulau Jawa. Bali Post dan Tribun Bali menjadi tujuan kami untuk menimba ilmu jurnalistik. Kedatangan kami disambut hangat oleh mereka. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kami berhasil mengorek-ngorek dapur redaksi mereka.
Selepas menimba ilmu, apa salahnya mencicipi debur ombak pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu tersebut.  Pilihan kami jatuh ke Pantai Kuta. Pantai ini memang sudah cukup populer. Barangkali wisatawan asing pun, jika ke Bali tak akan melewatkan untuk berkunjung ke pantai ini.
Kami sampai di Pantai Kuta pukul 17.00 WITA. Jika di Pulau Jawa pukul 17.00 matahari sudah hampir tenggelam, maka di Pantai Kuta ini matahari masih enggan beranjak pergi. Senja akan tiba sekitar pukul 18.30 WITA. Karena kepopulerannya tersebut, pantai yang terletak di Kecamatan Kuta tersebut tak pernah sepi pengunjung.
Di Pantai Kuta, kami banyak menemui orang-orang yang membawa sebilah papan yang hendak meluncur melenggok- lenggok seirama ombak. Ombaknya yang ramah membuat pantai ini menjadi surganya peselancar, baik yang sudah ahli maupun bagi pemula. Selain berselancar, pengunjung juga dapat berenang di pantai ini. Namun jika ingin berenang, perlu diperhatikan juga bendera yang terpasang di pinggir pantai. Apakah saat itu diperbolehkan berenang atau tidak. Kegiatan lainnya yang dapat  dilakukan ialah berjemur. Hal ini banyak dilakukan oleh wisatawan mancanegara. Sangat 0disayangkan, kami harus segera beranjak dari pantai ini sebelum matahari kembali ke peraduannya, padahal pantai ini terkenal pula dengan sunset-nya yang mempesona.
Keesokan harinya, kami berpelesir ke Tanjung Benoa dan Pantai Pandawa. Pukul 09.00 WITA kami menuju Tanjung Benoa seraya check out dari hotel. Sesampainya  di tempat tujuan, terik matahari langsung menyambut kami. Tanjung Benoa terletak di Kecamatan Kuta Selatan dengan berbagai macam water sport yang menjadi ciri khas dari tempat ini. Akan tetapi, jika tak ingin bermain permainan air, pengunjung dapat menyewa perahu untuk menyeberang ke penangkaran penyu di Pulau Penyu.
Kami juga mengunjungi Puja Mandala untuk beribadah salat dhuhur. Puja Mandala adalah sebuah kompleks tempat peribadatan lima agama yang ada di Indonesia. Lima agama tersebut yakni Islam, Katolik, Kristen, Buddha, dan Hindu.
Usai ke Puja Mandala, destinasi berikutnya ialah pantai yang dilekatkan dengan sebutan “Secret Beach”. Pantai Pandawa mendapat julukan tersebut disebabkan letaknya yang memang tersembunyi yang ditutupi oleh tebing-tebing kapur yang tinggi. Setelah pemerintah sekitar membenahi akses menuju Pantai Pandawa, pantai ini mulai dikenal oleh masyarakat luas. Apabila telah terlihat tebing-tebing kapur yang menjulang di kanan-kiri itu menandakan bahwa debur ombak Pantai Pandawa akan segera terdengar. Decak kagum akan segera berkumandang ketika melintas tebing kapur yang  terpahat rapi sedangkan di depan mata memandang telah tampak warna biru. Begitu indah ketika langit sedang cerah seolah birunya laut bercampur dengan birunya langit ditambah ombaknya yang bergerak dengan penuh ketenangan semakin membuat eksotis pantai ini. Pantai ini pernah dikenal dengan nama Pantai Melasti, kemudian pantai ini berubah nama menjadi Pantai Pandawa, karena di goa-goa tebing kapur berdiri patung lima pandawa. Tebing-tebing kapur serta patung lima pandawa tersebut dapat menjadi spot yang apik untuk mengabadikan momen. Tidak puas hanya dengan berjalan-jalan sepanjang pantai, pengunjung dapat pula bermain kano. Pantai Pandawa menjadi penutup perjalanan kami selama dua hari di pulau Bali. Shintiya