Pandiga Sabilarrosyad

Amsal keabadian ialah menuba kuasa
Pada batas-batas kepercayaan yang muskil
Didera dendam — dengki: Takzimilah titahku
Meski telah lenyap dari nyalang mata
Pamorku Tumapel menggetarkan Arjuna hingga Semeru
Kubikin kawah bergidik: takut akan kebringasanku
Aku cabut sebilah keris dari perut Mpu Gandring
Menjelang bebatu makin muram, Dedes:
Kita senggama di atas keanyiran darah lelakimu
Menanggalkan berabad luka dan selintas singgasana
Aku tamatkan silsilah, sehalnya menafsir sejarah
Menguar lewat negarakertagama
Kita sama-sama paham, bahwa cinta mencuatkan luka
Akhirnya direnggut kekalahan sia-sia
Keabadian kini angan yang puisi
Sulur-sulur tua dan burung gereja
Telah meneroka langit kota
Menakhlikkan warna kirmizi
Yang menyerbuk kesuwungan relief candi
16 Oktober 2018


Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara Harapan 2 Penulisan Puisi Majalah Komunikasi