Mario Teguh

Menjadi sukses memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi perlu kerja keras dan strategi untuk mewujudkannya. Jika kita sungguh-sungguh mewujudkannya, maka kesuksesan bukan lagi menjadi hal yang mustahil. Demikian juga bagi salah satu alumni UM yang kini telah sukses dikenal masyarakat luas sebagai motivator handal, Mario Teguh. Bapak yang dikenal sebagai motivator handal dalam program Golden Ways yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta ini bukan saja mewujudkan kesuskesan untuk dirinya sendiri, tetapi juga telah memberikan banyak inspirasi kepada orang lain melalui pencerahan yang diberikannya. Tidak hanya itu,  ia juga telah melahirkan banyak buku. Mario Teguh, yang merupakan salah satu alumni Universitas Negeri Malang (dh. IKIP Malang) Jurusan Linguistik dan Pelajaran Bahasa Inggris senantiasa menyebut dirinya guru, karena bagi beliau, memotivasi juga sama halnya mendidik orang lain untuk menjadi sukses. Hebatnya, karir sebagai motivator ini ternyata tidak hanya berkutat di dalam negeri, tapi juga telah ke luar negeri. Seperti apa sebenarnya Mario Teguh? Dan bagaimana perjalanan beliau hingga seperti sekarang? Simak wawancara eksklusif kru Komunikasi dengan Mario Teguh berikut ini.

Nama          : Mario Teguh
TTL               : 5 Maret 1956
Alamat        : Jalan Taman Radio Dalam, Jakarta
Website        : www.marioteguh.asia
Profesi          : Konsultan, Pengusaha, Psikolog, Penulis, Filsuf
Riwayat Pendidikan    : New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
Jurusan Linguistik dan Pelajaran Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
Jurusan Interaksi Bisnis, Sophia University, Tokyo, Jepang.
Indiana University, Amerika Serikat, 1983.
Bagaimana awalnya Pak Mario Teguh merinti karir hingga akhirnya dapat sukses seperti ini?
Pada awalnya saya berasal dari keluarga kurang mampu. Namun, saya beruntung karena dapat melanjutkan kuliah di Jurusan Sastra Inggris UM. Ketika berada di perguruan tinggi, saya sempat diberi kesempatan untuk melanjutkan kuliah di Indiana University, USA. Di sanalah saya meraih gelar S2. Setelah pulang ke Indonesia, saya sempat bekerja di BANK ASPAC. Di sana saya sempat menjabat sebagai Vice President  pada usia 33 tahun. Namun, saya berhenti ketika mencapai usia 36 tahun. Lalu saya berkarir di City Bank. Selama saya bekerja di City Bank, saya selalu berusaha keras untuk mendapat pangkat tinggi. Tapi ketika semua itu telah tercapai, saya putuskan untuk berhenti. Memang itulah tujuan saya. Saya berhenti ketika di puncak untuk meneruskan ke puncak lain. Mulai saat itu, saya merintis karir sebagai pembicara publik hingga seperti sekarang ini.

Pak Mario Teguh, kiat-kiat apa yang harus dilakukan agar dapat meraih kesuksesan?
Kunci sukses saya adalah berani. Kita harus selalu melakukan terobosan dengan cara yang tidak umum. Karena bagi saya, orang yang menggunakan cara umum adalah orang biasa. Jangan merasa puas hanya jadi orang biasa. Saya bukan orang yang pandai. Kelebihan saya adalah tahu banyak. Motto saya adalah ‘wong sing becik kumpulana’ (berkumpullah dengan orang-orang baik). Artinya, kita harus pandai-pandai bergaul dan memilih pergaulan. Kita tidak boleh buntu dengan keadaan. Seburuk apa pun kondisi kita akibat berbagai permasalahan, kita harus tetap semangat dan berani. Kalau banyak mahasiswa yang akhirnya nganggur setelah lulus, itu karena yang mereka cari bukan pekerjaan, tapi uang. Kita harus luruskan niat. Jika niat kita didasari niat tulus untuk mencari pekerjaan, jalan bisa menjadi lebih mudah.
Saat kuliah di UM, adakah pengalaman yang tak terlupakan?
Saat berada di UM, perkuliahannya sederhana. Hubungan antar warga juga sederhana. Namun, iklim pendidikan di sana terasa lebih sungguh-sungguh dibandingkan dengan tempat lain.

Model belajar seperti apa yang Pak Mario Teguh terapkan saat berada di bangku perkuliahan?
Sebenarnya, kuliah saya saat itu bermasalah sekali. Saya lebih sering bekerja pada saat terakhir untuk menjalankan kewajiban saya sebagai mahasiswa. Namun, saya memperketat sistem belajar saya pada tahun-tahun terakhir saya kuliah. Karena kalau tidak begitu, saya tidak akan dapat beasiswa.

Apa saja aktivitas keorganisasian yang Pak Mario Teguh ikuti saat kuliah?
Saya dulu mengikuti hampir semua jenis kegiatan. Namun, saya memang tidak terlalu berminat pada organisasi yang berbau politik seperti senat dan sebagainya. Saya banyak berkarya di organisasi bakat minat. Saya bahkan mengikuti organisasi Seni Tari saat itu.

Menurut Pak Mario Teguh, mahasiswa harus memiliki bekal apa saja agar siap terjun ke dunia kerja?
Pada dasarnya, pengetahuan tidak lebih penting dari penggunaannya. Yang membuat kita berhasil bukanlah pendidikan kita, tapi perilaku kita. Saya tidak pernah menggunakan gear akademis saya karena itu hanya akan membuat panjang. Sekali lagi yang terpenting adalah perilaku kita.

Kesuksesan Pak Mario teguh sekarang tentunya tidak lepas dari motivasi Pak Mario Teguh untuk meraih kesuksesan?
Untuk meraih kesuksesan, saya memaksa diri. Saat itu saya yang dilahirkan dari keluarga pas-pasan sangat membenci kemiskinan. Akhirnya, setelah saya berhasil pergi ke luar negeri, saya merasa berhak untuk bicara, sehingga saya memutuskan untuk jadi pembicara publik. Sudah jadi kebiasaan saya untuk selalu berusaha  jujur, bisa dipercaya, dan hormat pada yang lebih tua. Kalau saya berusaha bersikap hormat pada yang lebih tua itu bukan sesuatu yang dibuat-buat.

Harapan Pak Mario Teguh untuk masa yang akan datang?
Sebenarnya saya dulu ingin punya sekolah yang muridnya banyak. Tapi sekarang semua itu sudah tercapai karena murid-murid saya sekarang ada di seluruh dunia. Mereka yang terdaftar di www.marioteguh.asia semua adalah murid saya. Walaupun sistem pendidikannya tidak seperti sekolah, tapi bagi saya pekerjaan saya ini sama saja dengan mendidik orang lain untuk memotivasi diri mereka sendiri. Sekarang yang terpenting bagi saya adalah jangan sampai saya melanggar nasehat. Maksudnya di sini adalah jangan sampai saya melanggar sendiri sesuatu yang telah saya ajarkan kepada murid-murid saya.

Agar bisa menjadi lebih baik, tentunya kampus UM harus melakukan terobosan-terobosan baru, Pak Mario Teguh bisa memberikan masukan?
Sederhana saja, UM harus memendarkan sinar harapan dalam hal perilaku. Jangan hanya mementingkan pencapaian akademis saja, tapi UM juga harus mengedepankan pembentukan perilaku yang baik dan pematangan pribadi untuk anak didiknya.

Harapan Pak Mario taguh untuk UM dan civitas akademika UM?
Semoga mereka tetap berdedikasi sehingga dapat lahir pribadi-pribadi yang tidak hanya memperkaya diri dan mementingkan uang. Tetap terapkan pendekatan pengajaran yang anggun dan motivasi yang tidak hanya berlandaskan pada pendekatan kognitif, tetapi juga aplikatif.

Ris