Kebesaran sang pencipta yang luar biasa dengan ciptaannya yang begitu mengagumkan. Panorama indah disebuah desa pinggiran kota kecil yang selalu menyambut di setiap pagi, senja hingga gelap. Dari situlah ia lahir dan kini ia mulai tumbuh menjadi gadis yang beranjak dewasa. Charisa adalah nama sederhana yang merupakaan sapaan ayah dan ibunya. Walaupun mereka hidup secara sederhana tetapi kehangatan keluarga yang membuatnya menjadi seorang gadis yang tegar, periang serta kuat. Kini ia genap berusia 17 tahun, usia yang bisa dibilang usia labil. Walaupun hidupnya sederhana tetapi ia selalu bersekolah di sekolah favorit, hal ini tak lepas dari prestasi yang slalu ia torehkan sejak SD hingga dia masuk SMK. Walaupun ayahnya hanya bekerja serabutan dan ibunya ibu rumah tangga tetapi semangatnya untuk bersekolah tidak pernah surut malah ia semakin giat dalam belajar.
Mentari dari ufuk timur mulai menampakkan wajahnya. Disambut pula dengan bunyi alarm yang membisingkan. Suara seorang wanita yang memanggil serta ketokan pintu yang terdengar lembut juga menyapa.
“Cha, charisa bangun nak sudah siang waktunya sekolah, nanti kamu terlambat”, kata sang ibu.
Dengan mata yang masih tertutup rapat, Charisa pun menjawab panggilan sang ibu
“Eeehhmmm, iya bu sebentar lagi”, katanya
“Ayow nak segera”, kata sang ibu
Segera bergegaslah ia untuk keluar kamar karena dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 05.30 karena hari ini masuk pukul 07.00 pagi. Jika ia tidak segera bergegas, ia akan terlambat untuk masuk ke sekolah karena jarak rumahnya cukup jauh kira-kira setengah jam bila ditempuh dengan kendaraan umum.
Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi dia segera sarapan pagi. Disela-sela sarapan biasanya sang ibu selalu memberikan nasihat kepada Charisa.
“Nak kalau sekolah yang rajin ya supaya bisa mengangkat derajat orang tua, walaupun ayah dan ibuk hanya lulusan SMA tetapi kamu harus lebih baik daripada ayah dan ibuk”, kata sang ibu sambil mencuci peralatan dapur yang selesai digunakan untuk memasak.
Kata-kata itulah yang membuat ia menjadi gadis yang tegar. Dia dirumah hanya bersaman ibunya karena sang ayah merantau ke luar jawa dan biasanya pulang 1 sampai 2 bulan sekali.
“Iya buk, semangatku tak akan pernah surut, doakan terus Charisa agar kelak dapat membahagiakan ayah dan ibu”, kata Charisa dengan nada yang lembut.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.15, saatnya ia bergegas untuk kesekolah, ia harus mengayuh sepeda yang sudah kusam karena sepeda itu sudah menemaninya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Pelan tapi pasti akhirnya ia telah sampai di tempat pemberhentian bus yang akan membawanya kesekolah. Sepeda yang sudah lumayan tua dan kusam itu ia titipkan ke rumah warga yang tak jauh dari tempat ia menunggu bus yang datang untuk mengantarkannya ke sekolah setiap pagi hingga ia pulang dari sekolah. Setelah menunggu 15 menit akhirnya bus yang diharapkannya pun datang. Dengan berlari kecil menuju bus karena takut ketinggalan.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 sampailah ia di sekolah, saat ia berjalan menuju gerbang sekolah, ia bertemu teman akrab yang selalu ada buat dia panggil saja namanya Putri. Putri adalah gadis sederhana, dengan agak tomboy tetapi ia juga berjilbab sama dengan Charisa. Dimana ada Charisa pasti disitu ada Putri, ya bagaikan separang merpati yang setia akan pasangannya tetapi kalau ini setia pada sahabatnya.
“Hai Cha”, kata Putri sambil tersenyum kecil kepada Charisa
“Hai juga put”, kata Charisa membalas sapaan sahabatnya tersebut
“Nggak ada tugas kan?”, kata Putri
“Nggak ada tenang aja!!”, kata Charisa sambil tersenyum kepada sahabatnya itu
Setelah berjalan beberapa menit sampailah ia dikelas, ternyata dikelas sudah banyak teman mereka yang berdatangan, tak lama kemudian Bu. Hernik masuk ke dalam dan mengajar, pelajaran pertama hari ini adalah akuntansi. Bu. Hernik sangat mengenali Charisa karena wali kelas 1 dulu adalah Bu. Hernik.
**
Hari berganti hari, suatu ketika Charisa dipanggil untuk kejurusan. Mendadak Charisa gemetar, ia berfikir apa ia punya salah dengan fikiran yang tak menentu. Akhirnya ia bergegas untuk kejurusan. Disana ia bertemu dengan kepala jurusan ialah Bapak Winarno tetapi anak-anak sering memanggilnya Pak Narno
“Assalamu’alaikum”, Kata Charisa sambil mengetuk pintu pelan.
“Wa’alaikumsalam, silahkan masuk Charisa”, kata Pak Narno pelan, sembari beliau sibuk membaca banyak kertas yang ada dihadapannya.
“Bapak memanggil saya? Ada perlu apa pak”, kata Charisa dengan wajah polosnya
“Ia saya memanggil kamu untuk memberi tahu kamu bahwa kamu akan menjadi perwakilan jurusan untuk mengikuti lomba LKS (Lomba Kompetensi Siswa) tingkat Jawa Timur yang akan diadakan di Surabaya. Mulai besok akan ada bimbingan setelah pulang sekolah”, kata Pak Narno sambil tersenyum kecil kepada Charisa.
“Saa..yaa ikut lomba”, kata Charisa sambil terbata-bata karena tak menyangka dia ditunjuk sebagai perwakilan jurusannya untuk mengikuti lomba bergengsi tingkat SMK se-Jatim.
“Iya kamu ikut lomba itu, persiapkan dirimu baik-baik, sekali lagi selamat”, kata Pak Narno
“Iya pak, saya akan memaksimalkan kesempatan ini” kata Charisa dengan semangat.
Setiap pulang sekolah ia harus bimbingan. Walaupun lelah selalu mendera dirinya tapi semangat membara yang slalu hinggap dalam hati dan fikirannnya tak pernah berkurang 1% pun. Bimbingan demi bimbingan ia lewati dengan senang hati karena menurutnya ini kesempatan emas untuk bisa mengharumkan nama sekolahnya dan juga membanggakan kedua orang tuanya.
Kini hari yang ditunggu-tunggupun tiba dan ia harus pergi ke Surabaya untuk mengikuti lomba itu. Tak lupa serpihan harapan dan doa dari orang tuanya selalu mengiringi gadis itu.
“Selalu semangat dan jangan lupa berdoa dulu nak”, kata sang ibu sebelum Charisa bergegas untuk berangkat
“Iya bu doain yang terbaik untuk Charisa”, kata Charisa sambil menyiapkan peralatan yang akan dibawa.
Tiga hari berturut-turut ia lakukan dengan maksimal dari setiap sesi lomba yang diikutinya. Kini tiba saatnya pengumuman, hatinya mulai berdebar-bedar….. dan ternyata “KALAH” seketika hati Charisa hancur berkeping-keping, semangat hilang tetapi guru yang mendampingi meneguhkan hati Charisa
“Tidak apa-apa kan kamu sudah melakukan dengan maksimal, ini hanya keberhasilan yang tertunda. Selalu belajar dari kegagalan dan tetap semangat”, kata Bu Weni.
“Iya bu, terima kasih dan maaf saya belum bisa kasih yang terbaik”, kata Charisa dengan muka yang polos dan semangat yang benar-benar hilang.
Selang beberapa bulan dari lomba LKS yang membuatnya hancur, kini ia dipanggil kembali ke jurusan. Ada apalagi ini, katanya dalam hati sambil ia berjalan menuju ke jurusan. Sampai dijurusan segera ia mengetuk pintu.
“Assalamu’alaikum”, kata Charisa
“Wa’alaikumsalam, ayo masuk dan duduklah”, kata Pak Narno
“Ada apa bapak memanggil saya?”, kata Charisa dengan hati yang berdegup kencang takut kalau dimarahi tentang kekalahan lomba beberapa bulan yang lalu.
“Bulan depan akan ada lomba JAWARA SMK tingkat Jawa Timur, kamu salah satu kandidat yang akan menjadi perwakilan sekolah kita. Tetapi kamu harus bersaing dengan kandidat dari setiap jurusan untuk bisa menjadi perwakilan sekolah”, kata Pak Narno
“Saa..ya pak, lalu apa yang harus saya persiapkan?”, kata Charisa dengan tidak percaya dengan semua ini.
“Kamu harus menyiapkan produk yang menjadi ciri khas sekolah. Minggu depan babak penentuan siapa yang akan terpilih untuk maju di Lomba JAWARA SMK tingkat Jawa Timur dengan cara presentasi di depan guru-guru penguji dari setiap jurusan di sekolah kita”, kata Pak Narno
“Iya pak saya siap, kata Charisa dengan semangat.
Hari yang ditunggu-tunggu kini sudah didepan mata, semangat membara menyelimuti hati dan fikirannya. Kini satu persatu kandidat dari setiap jurusan mulai mempresentasinya produk yang menjadi ciri khas sekolah. Setelah menunggu selama 1 jam, saatnya pengumuman. Pak Narno yang merupakan salah satu penguji mengumumkan hasil kesepakatan dari guru-guru setiap jurusan. “Setelah melakukan beberapa pertimbangan, yang akan mewakili sekolah dalam lomba JAWARA SMK tingkat Jatim adalah Charisa”, kata Pak Narno dengan senyum lebar. Seketika itu Charisa langsung bersyukur atas semua nikmat yang ia terima dan suatu kebanggaan baginya karena bisa maju mengikuti lomba bergengsing tingkat SMK se-Jatim.
**
Setelah melakukan pembinaan beberapa hari yang lalu, hari yang dinantikanpun tiba. Kini ia berangkat bersama guru pembimbing untuk mengikuti lomba yang diadakan di Kota Batu, Jawa Timur. Serangkaian acara telah dilewati, tiba saatnya pengumuman. Hati Charisa mulai berkecamuk seperti beberapa bulan yang lalu saat ia menunggu pengumuman lomba LKS. Dan ternyata…. “KALAH” kata-kata pahit itu lagi yang harus ia dengar sekarang, seketika itu ia merasa sedih dan merasa terpukul atas semua itu.
**
Sekian banyak kepahitan yang sudah ia rasakan antaranya selalu kalah dalam setiap perlombaan. Tetapi semangatnya untuk bisa menjadi yang terbaik tidak pernah padam. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, kenaikan kelas sudah didepan mata, murid-murid menunggu dengan suka cita. Sekarang ia sudah kelas 3 SMK sebentar lagi akan lulus. Waktu begitu cepat belalu, ujian akhir nasional sudah berada diujung mata. Siswa-siswi semua sibuk bimbingan belajar yang diadakan oleh sekolah agar para siswa maksimal dalam mengerjakan soal dan bisa lulus dengan hasil yang memuaskan. Hari yang ditunggu-tunggu siswa kelas 3 pun sudah didepan mata, kecamuk dalam hati mendera setiap siswa.
Akhirnya ujian nasional yang menjadi momok bagi setiap siswa, kini telah usai. Satu bulan berlalu, hasil dari ujian nasional akan diumumkan. Semua siswa merasa gugup dan gundah gulana. Dan akhirnya semua siswa dinyatakan lulus 100% dan yang tak kalah mengagetkan bagi Charisa adalah ia menjadi siswa dengan lulusan terbaik dan berhasil diterima disalah satu perguruan tinggi terbaik di Jawa Timur dengan beasiswa dari pemerintah.
“Inikah rencanamu Ya Allah, dari begitu banyak cobaan, kepahitan yang telah aku alami selama ini?”, kata Charisa dalam hatinya.
Ingatlah bahwa allah tidak akan memberi apa yang kita inginkan tapi allah akan memberi apa yang kita butuhkan. Jangan pernah patah semangat walaupun kamu gagal 1000 kali tetapi pasti ada 1 kali dari perjuanganmu yang akan berhasil.
***Never be afraid to fail because failure is the beginning of success***